Anda di halaman 1dari 60

MIDDLE CHILDCHOOD

THE ANXIETY DISORDER


Oleh
Ginanti Anugrah Putri M. (10050012054)
Ghaida P.Z (10050012206)
Rr. Neisya A.P (10050012080)
Bayu
KECEMASAN
• Teori Psikoanalisis Klasik
Kecemasan yang berlebihan adalah sebuah tanda
neurosis, dan neurosis itu sendiri adalah hasil dari
perkembangan
• Teori – Teori Modern
Suatu pengalaman yang normatif dan dapat
memberikan manfaat selama proses
perkembangan.
Rasa Takut di Dalam Perkembangan
yang Normal

• Rasa takut  perilaku adaptif yang


penting untuk bertahan hidup karena
ini memberikan peringatan kepada
seseorang ketika ada situasi yang
dapat secara fisik maupun psikis
berbahaya
Rentang Usia Hal yang Dicemaskan dan Menakutkan
0 – 12 Bulan Suara bising yang keras, benda-benda yang muncul secara tiba-
tiba, kehilangan dukungan
12 – 24 Bulan Perpisahan, orang asing

24 – 36 Bulan Perpisahan, binatang, anjing

3 – 6 Tahun Perpisahan, orang asing, binatang, kegelapan, makhluk-


makhluk imajinasi (seperti raksasa, monster, dan lain-lain)

6 – 10 Tahun Kegelapan, terluka, sendirian, binatang

10 – 12 Tahun Terluka, kegagalan di sekolah, ejekan, petir

12 – 18 Tahun Kegagalan sosial, penolakan dari teman, perang, bencana alam,


masa depan
Dari Ketakutan yang normal ke
Anxiety Disorder
• Anxiety Disorder dibedakan dari rasa takut
yang normal berdasarkan,
Kekuatannya
Perilaku maladaptif yang muncul
Ketakutan ini berada di luar kendali
Ketakutan ini tidak dapat dijelaskan secara
rasional
• Tugas Psikolog
Mempelajari bagaimana rasa takut ini bisa
berkembang menjadi salah dan membuat
anak menjadi tidak mampu mengontrol rasa
takut yang dimilikinya
The Anxiety Disorders
Ciri – Ciri yang Umum
• Beberapa karakteristik lain dari Anxiety Disorder
yang umum, yaitu :
 Simtom-simtom yang menekan dan tidak
diinginkan
 Reality Testing yang tidak utuh
 Gangguan yang terus menerus
 Simtom-simtom yang ada tidak secara langsung
melanggar norma-norma sosial
• Anak-anak dengan anxiety disorder adalah
internalizers, yaitu penderitaan yang mereka
rasakan diarahkan ke dalam diri mereka sendiri.
• Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi
prevalensi anxiety disorder secara umum.
• Kebanyakan anxiety disorder terjadi diikuti
dengan tipe kecemasan yang lain.
Kecemasan vs Depresi
Kecemasan Depresi
Persamaan
Memiliki karakteristik umum yang sama yaitu negative affectivity
Perbedaan
Mengalami lebih banyak masalah yang Mengalami kekhawatiran terhadap masa
berhubungan dengan kehilangan minat, depan, keberadaan mereka, dan pandangan
motivasi rendah, dan memiliki pandangan orang lain terhadap diri mereka
negatif terhadap diri mereka sendiri

Memiliki skor yang rendah dalam Tidak memiliki skor yang rendah dalam
pengukuran mengenai afeksi yang positif pengukuran mengenai afeksi yang positif
Generalized Anxiety Disorder
Definisi dan Karakteristik
• Menurut DSM IV-TR
1. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, telah terjadi berhari-hari
selama kurang lebih 6 bulan, pada berbagai kejadian atau aktivitas (seperti
pekerjaan atau prestasi sekolah).
2. Subjek merasa sulit untuk mengontrol rasa khawatir yang dimilikinya.
3. Kecemasan dan kekhawatiran yang dimiliki berhubungan dengan tiga atau
lebih simtom-simtom di bawah ini (hanya satu item yang dibutuhkan untuk
anak-anak)
Kurang istirahat
Mudah marah
Mudah merasa lelah
Otot-otot menjadi tegang
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Susah tidur
Definisi dan Karakteristik ~lanjutan~
4.Fokusan objek dari kecemasan dan
kekhawatiran tidak kepada satu objek tertentu
5.Kecemasan, khawatir, dan simtom-simtom
fisik menyebabkan stres atau
ketidakmampuan dalam sosial, pekerjaan,
atau area-area penting lainnya
• Kata kunci dari Generalized Anxiety Disorders (GAD) adalah
khawatir.
• Anak dengan GAD dapat memiliki kekhawatiran terhadap
semua situasi.
• Kekhawatiran anak-anak GAD terfokus terutama pada
kompetensi dan kualitas penampilan mereka di dalam
berbagai aktivitas seperti sekolah dan olah raga.
• Anak-anak dengan GAD memiliki kemungkinan yang besar
akan mengembangkan anxiety disorder yang lain seperti fobia
yang spesifik.
• GAD kadang juga diikuti dengan depresi (APA, 2000).
Intervensi
• Treatment Cognitive-Behavioral
Unsur-unsur penting :
 Mengajari anak untuk menemukan penyebab
psikologis yang membuat mereka menjadi cemas.
 Mengidentifikasi cara maladaptif yang dilakukan anak
dalam menghadapi kecemasannya.
 Mengembangkan pembentukan kembali cara berpikir
dan coping strategies yang baru dalam menghadapi
ketakutannya
PHOBIA
Pengertian
• Phobia adalah rasa takut yang berlebihan dan
tidak masuk akal, antisipasi dari objek atau
situasi tertentu.
• Phobia yang umum pada anak-anak secara
klinis, yaitu takut anjing, sekolah, dan tempat
yang gelap.
Kriteria yang Spesifik Menurut DSM-IV-TR
• Ditandai dan diperkuat mengenai ketakutan yang berlebihan dan
tidak masuk akal, diisyaratkan dengan kehadiran atau antisipasi
terhadap objek atau situasi spesifik.
• Pada stimulus fobia hampir selalu memberikan respon anxiety
dengan segera, mungkin dalam bentuk situasi serangan panik.
(pada anak-anak, kecemasan mungkin di ekspresikan dengan
menangis atau tantrum)
• Orang mengenal ketakutan tersebut sebagai sesuatu yang
berlebihan dan tidak masuk akal. (pada anak-anak ciri ini mungkin
tidak ditonjolkan)
• Situasi fobia menghindarkan atau menahan
kecemasan yang intens atau distress
• Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau distress
yang mengganggu secara signifikan dengan fungsi
orang normal, aktivitas atau hubungan sosial,
atau ditandai dengan distress karena memiliki
fobia
• Pada individu yang berumur 18 tahun ke bawah,
sekurang-kurangnya selama 6 bulan
Fobia Sekolah
• Pada fobia sekolah, seorang anak mengalami
ketakutan irasional dari beberapa aspek situasi
sekolah disertai dengan gejala fisiologis
kecemasan atau panik ketika kehadiran sudah
dekat, sehingga sebagian atau total
ketidakmampuan untuk pergi ke sekolah.
• Fobia sekolah pada anak-anak diasosiasikan
dengan peningkatan resiko gangguan pada
kecemasan dan depresi di masa dewasa.
• Fobia sekolah berbeda dengan keengganan untuk
menghadiri sekolah, yang dikenal dengan
penolakan sekolah- school refusal.
• Pada anak-anak yang menolak untuk menghadiri
sekolah bisa jadi karena depresi tapi tidak ada
hubungannya dengan gangguan kecemasan
seperti gangguan oppositional-defiant.
• Pada anak yang fobia sekolah, memiliki reaksi
intensitas yang diperlukan untuk benar-benar
memberikan respon fobia dan dicampur dengan
pengaruh negatif lainnya, seperti kesedihan dan
rendah diri.
• Gangguan yang kadang menyamar sebagai fobia
sekolah adalah kecemasan akan perpisahan.
• Anak-anak dengan SAD selalu tetap di rumah dengan
figur attachment-nya jika tidak di sekolah,
• Anak-anak dengan fobia sekolah merasa nyaman di
banyak peraturan, selama itu tidak di sekolah.2
• Ibu dari anak-anak yang menderita SAD memiliki
masalah emosi lebih banyak, terutama dalam bentuk
depresi.
Developmental Course
• Fobia binatang dimulai sekitar 7 tahun
• Fobia darah sekitar 9 tahun
• Fobia pada dokter gigi sekitar 12 tahun
• Takut kedekatan dan fobia sosial dimulai pada
masa remaja atau awal dewasa
• Selama masa kanak-kanak, fobia specific
berada di interval antara 2 sampai 5 tahun.
Intervensi
• Prolonged Exposure
Di sini anak-anak dihadapkan pada objek atau stimulus yang
ditakutinya dalam jangka waktu yang lama. Teknik ini untuk melihat
bagaimana caranya anak menghadapi ketakutan atau fobianya.
Teknik ini bisa diberikan hanya dalam imajinasinya atau secara nyata
(in vivo).

• Modeling
Dalam modeling, anak akan mengobservasi orang lain yang dapat
menyesuaikan diri dengan objek yang ditakuti. Lebih efektif jika
mengikutkan modeling setelah periode observasi tersebut, model
ikut bergabung secara gradual mendekati objek yang ditakuti.
• Cognitive Self-Management
Cognitive self-manajement menekankan pada
strategi “berbicara pada diri sendiri” untuk
menghalangi efek dari fobia. Ini merupakan
pembuktian statement diri yang menekankan
pada kompetensi.
Tapi, cara ini masih dipertanyakan, apakah
dapat mereduksi anxiety atau malah
meningkatkan perasaan keduanya.
Fobia Sosial (Social Anxiety Disorder)
• Definisi
Anak-anak dengan fobia sosial merasa menderita
sekali dengan kesadaran dirinya dan menolak situasi
sosial, mereka merasa takut dengan apa yang mereka
lakukan disebabkan rasa malu dan merendahkan diri
symptom fisik berupa : jantung berdetak cepat,
tremors, berkeringat,diare, dll.
symptom anxiety : merasa malu, mual-mual, atau
perasaan ingin “mati”
• Pada masa anak-anak awal, social anxiety
umumnya berbentuk rasa malu yang berlebihan.
Anak-anak akan bereaksi dengan distress yang
ekstrem terhadap orang dewasa atau grup yang
tidak familiar dengannya, menangis atau tantrum.
• Pada masa anak-anak pertengahan, sekolah
menjadi focus ketakutan.
• Anak-anak yang menderita social anxiety
kemungkinan akan ditolak dan memiliki sedikit
teman. Hasilnya anak akan memiliki self-esteem
yang rendah dan perasaan inferior.
Kriteria Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR
• Ditandai dan diperkuat dengan ketakutan pada satu atau
lebih situasi sosial atau situasi dimana dia menampilkan
dirinya yang harus ditunjukkan pada orang yang tidak
familiar atau mungkin penelitian bagi orang lain. individu
takut akan berbuat yang memalukan atau merendahkan
diri.
• Pada ketakutan terhadap situasi sosial hampir selalu
menyebabkan anxiety dimana dimunculkan dalam bentuk
serangan panic. (pada anak-anak, kecemasan di tandai
dengan nangis, tantrum jika berhadapan pada situasi
sosial dengan orang yang tidak familiar)
• Orang mengenal ketakutan tersebut sebagai
sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal.
(pada anak-anak ciri ini mungkin tidak
ditonjolkan)
• Situasi fobia menghindarkan atau menahan
kecemasan yang intens atau distress
• Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau distress
yang mengganggu secara signifikan dengan fungsi
orang normal, aktivitas atau hubungan sosial,
atau ditandai dengan distress karena memiliki
fobia
• Pada individu yang berumur 18 tahun ke bawah,
sekurang-kurangnya selama 6 bulan
Developmental Considerations
• Anak-anak merasa malu dan segan jika berada di
sekitar orang dewasa, spesifik kriteria dalam DSM
IV TR menyatakan bahwa ketidaknyamanan sosial
karena harus menjalin hubungan dengan peers.
• Remaja gampang diserang perasaan tidak
nyaman terhadap situasi sosial dan perasaan
“semua orang menatap saya”. Oleh karena itu,
pada orang yang masih muda, symptom harus
dirasakan setelah 6 bulan baru dapat di diagnosis.
• Prevalensi
Prevalence pada fobia sosial sekitar 1- 2% dari
populasi anak secara umum dan kira-kira setinggi
6.3% dari remaja. Secara klinis tidak ada perbedaan
gender dalam karakteristik fobia sosial. Ada juga data
yang menyatakan remaja Eropa-Amerika lebih
prevalent dalam fobia sosial daripada remaja Afrika-
Amerika.
• Comorbidity
Dalam studi pada 25 anak yang didiagnosa fobia
sosial, Beidel menemukan 20% mirip dengan kriteria
dari fobia yang spesifik, 16% dari GAD, 8% dari
depresi, 16% dari ADHD dan 16% yang lain dari
Learning Disorders.
• Cultural differences
Pada masyarakat barat, social anxiety dalam
bentuk ketakutan berbuat hal yang
memalukan. Tetapi di Korea dan Jepang,
individu yang menderita social anxiety
mengekspresikan dalam bentuk menghindari
orang lain
• Developmental Course
Fobia sosial didiagnosa pertama kali pada usia remaja awal.
Anak-anak yang yang perform di sekolahnya jelek, frekuensi
kehadirannya rendah, menolak untuk berpartisipasi di
dalam kelas, takut dievaluasi, atau pada tes kecemasan.
Anak-anak yang memiliki rasa cemas yang akut, tidak mahir
dalam membagi atensi terhadap pekerjaan akademiknya.
Dalam perkuliahan dan dunia dewasa, individu dengan
social anxiety takut berbiacara di depan umum atau
dihadapan pembimbingnya dan rekan-rekannya.
Pada masa dewasa, orang yang memiliki social anxiety
memiliki teman yang sedikit dan support dari jaringan
kerjanya rendah dan cenderung kurang memiliki kehendak
untuk menikah.
Intervensi
1. Social Effectiveness Treatment for Children oleh Beidel
Pada treatment ini, tiap minggu anak-anak menerima dua sesi
treatment, yang pertama memfokuskan pada situasi yang
ditakuti dan yang kedua focus pada training sosial skill.
Program ini kemudian di perbaharui menghasilkan sesi umum,
dimana anak-anak dengan fobia sosial dipasangkan dengan
kelompok yang nonanxious selama 90 menit dimana mereka
melatih perkembangan skill mereka yang baru.
2. Effectiveness of a group treatment for children oleh Spence.
Treatmen grup untuk anak-anak dikombinasikan dengan terapi
dan training skill sosial dengan relaksasi, problem solving, dan
merestrukturisasi kognitif. Lebih efektif jika orang tua terlibat.
Separation Anxiety Disorders
(SAD)

Definisi
SAD adalah kecemasan yang berlebihan pada
separation-pemisahan dari orang yang di
attached oleh anak, yaitu orangtua.
Kriteria SAD menurut DSM IV TR
a. Perkembangan yang tidak tepat dan kecemasan yang berlebihan
yang mengenai pemisahan dari rumah atau individu yang menjadi
figure attachement anak. Ditandai dengan 3 atau lebih mengikuti
dari tanda-tanda dibawah ini :
• Distress yang berlebihan yang berulang ketika dipisahkan dari
rumah atau figure attachment yang utama terjadi atau
diantisipasi.
• Perasaan cemas yang berlebihan dan diperkuat tentang
kehilangan, atau mungkin terjadi kesalahan, figure attachment
yang utama
• Perasaan cemas yang berlebihan dan diperkuat tentang kejadian
yang tidak baik ketika berpisah dengan figure attachment yang
utama.
• Keengganan yang berlebihan dan diperkuat atau penolakan pergi
ke sekolah atau kemanapun karena takut berpisah atau
dipisahkan.
• Perasaan ketakutan atau keengganan yang berlebihan
dan diperkuat ketika sendirian atau tanpa figure
attachment yang utama di rumah atau tanpa orang
dewasa yang signifikan di seting yang lain.
• Keengganan yang berlebihan dan diperkuat ketika tidur
tanpa atau tidak didekat figure attachment yang utama
atau tidak tidur di rumah.
• Sering mimpi buruk tentang perpisahan
• Sering merasakan symptom fisik seperti sakit kepala
ketika dipisahkan dengan figure attachment yang utama .

b. Durasi gangguan sekurang-kurangnya 4 minggu

c. Serangan terjadi sebelum usia 18 tahun


• Prevalensi
- SAD ditemukan pada 2 sampai 12% dari populasi
umum, dan 29 hingga 45% dari populasi klinis.
- Last menemukan dalam sampel klinis anak-anak
yang menderita anxiety disorders, 48% penderita yang
didiagnosa SAD adalah anak laki-laki.
- SAD biasanya pada sampel yang berpenghasilan
rendah dan anak-anak yang orangtuanya pada tahap
rata-rata rendah dalam hal pendidikan.
- Keluarga yang cenderung dekat satu sama lainnya
dan selalu memberikan perhatian tetapi muncul SAD,
besar kemungkinan pada ibu yang menderita anxiety
disorders.
• Comorbidity and Differential Diagnosis
Sepertiga dari anak-anak yang menderita SAD, diagnosis
keduanya adalah GAD, kemudian dalam perkembangannya,
diagnosis ketiganya adalah depresi.

• Developmental Consideration
SAD muncul lebih sering pada periode preschool daripada
masa remaja. Karakteristik symptom dari umur 5-8 tahun
menunjukkan kecemasan yang berlebihan tentang
kesalahan yang terjadi pada figur attachment-nya, selalu
mimpi buruk tentang perpisahan, dan penolakan sekolah
karena separation anxiety. 9- 12 tahun distress karena
pemisahan itu sendiri dan keluhan yang terjadi seperti sakit
kepala dan sakit perut dan penolakan sekolah terjadi pada
umur 13-16 tahun.
Intervensi
1. Kognitif-behavior oleh Kendall
Anak dibuang fikiran negatifnya dengan
disesuaikan lagi jalan berfikirnya. Meskipun
demikian, dalam treatment ini terapis di
harapkan bisa flexibel dengan menanyakan “Apa
yang kamu lakukan untuk merasa lebih baik?”.
Dengan bertanya hal tersebut dapat membantu
orang tua untuk melakukan sesuatu agar anak
merasa nyaman.
Ini tidak sukses dalam mengatasi ketakutan,
tetapi penderita mungkin tidak akan menderita
SAD lagi.
OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER
(OCD)
• Ditandai dengan adanya ide-ide (obsesif) dan
perilaku yang berlebihan (kompulsi).
• Obsesif adalah pikiran, bayangan (images), gagasan,
atau impuls-impuls yang menetap, yang dirasakan
individu mengganggu hingga kesadarannya
kehilangan kontrol dan secara signifikan
menyebabkan anxiety dan distress.
• Kompulsi adalah pengulangan perilaku atau tindakan
mental dimana individu merasa harus melakukannya.
• Obsesif kompulsif merupakan gangguan
dimana seseorang memikirkian sesuatu hal
yang ia kehendaki secara terus-menerus, atau
yang menyebabkan dilakukannya tindakan-
tindakan :
1. bersifat ritualistik.
2. bersifat irrasional
3. tidak dapat dikendalikan
Obsesi dan kompulsi yang biasa
muncul:
Obsesi Kompulsi

Perhatian terhadap kebersihan (kotoran, Ritual mandi, mencuci dan membersihkan


kuman, kontaminasi) yang berlebihan

Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi berulang – ulang

Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah, Ritual menghindari kontak dengan sekret
feces, urine) tubuh, menghindari sentuhan

Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa


sepanjang hari)
Simtom OCD berdasarkan DSM IV TR
• Orang harus menunjukkan salah satu dari obsesi atau
kompulsi, dimana mereka mengakui bahwa mereka
sangat berlebihan (eksesif) atau tidak masuk akal
(unreasonable). (cat : tidak berlaku untuk anak)
• Obsesi digambarkan :
a. pikiran yang berulang dan terus-menerus tersebut
menimbulkan anxiety dan distress,
b. Seseorang berusaha untuk menekan atau mengabaikan
pikiran tersebut dengan menetralisir melalui pikiran
atau tindakan lain,
c. Menyadari bahwa pikiran yang berlebihan tesebut
merupakan hasil dari pikiran mereka sendiri
• Kompulsi digambarkan :
a. Pengulangan perilaku bahwa seseorang didorong
untuk bertindak sebagai respon terhadap obsesi atau
sesuai dengan aturan yang harus ditampilkan dengan
sangat rigid (kaku),
b. Perilaku atau tindakan mental yang ditampilkan
dengan maksud pencegahan atau pengurangan
distress atau pencegahan situasi yang menakutkan,
namun tindakan yang dilakukannya tidak dengan
cara yang realistik dimana seharusnya mereka dapat
mencegah dengan cara yang tidak berlebihan.
Prevalansi, Perbedaan Suku, dan
Komordibitas
• 1-3 % OCD terjadi pada populasi umum anak-anak.
• Tidak ditemukan perbedaan pravalansi yang berdasar
pada perbedaan suku atau ras, namun yang terjadi
anak-anak keturunan eropa-amerika lebih banyak
menerima perlakuan daripada anak-anak keturunan
afrika-amerika.
• Sekitar 84% dari anak-anak dengan OCD memiliki
kondisi umum komordibitas, diantaranya depresi, dan
mengalami gangguan belajar khususnya yang
mengangkut masalah dengan penalaran nonverbal.
Intervensi
• Pharmacotherapy
- Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
• Cognitive-Behavioral Treatment (CBT)
- proses habituasi
POST TRAUMATIC STRESS
DISORDERS (PTSD)
• Reaksi individu terhadap peristiwa traumatis
yang dialaminya (kematian,luka serius, atau
ancaman terhadap diri sendiri atau orang lain)
berupa perasaan yang sangat takut,
ketidakberdayaan, atau kegelisahan.
• Berbeda dengan gangguan kecemasan yang
lainnya, PTSD tidak memiliki unsur irrasional.
Tipe peristiwa traumatik
1. Melibatkan kejadian yang tiba-tiba :
kecelakan mobil, bencana alam, atau
kebakaran rumah.
2. Melibatkan kejadian yang berlangsung lama
dan berulang: kekerasan dalam rumah
tangga, atau pelecehan seksual
Simtom PTSD berdasarkan DSM-IV-TR
A. Orang yang terpapar dengan suatu peristiwa traumatis
sebelumnya
1. orang yang mengalami, menyaksikan atau dihadapkan
pada peristiwa yang hampir membuatnya mati atau cedera
serius, atau ancaman terhadap keselamatan dirinya atau orang
lain,
2. respon seseorang terhadap ketakutan yang intens,
ketidakberdayaan, atau horor.
Catatan: Pada anak-anak, hal ini dapat diungkapkan dalam
bentuk perilaku yang tidak teratur atau gelisah
B. Peristiwa traumatik adalah peristiwa yang dialami kembali
terus-menerus, dalam satu (atau lebih) satu cara berikut:
1. teringat kembali pada peristiwa yang
buruk termasuk pencitraan, pikiran, atau persepsi.
2. berulangkali mimpi buruk.
3. merasa seolah-olah peristiwa traumatik terus
berlangsung dan nyata (termasuk menghidupkan kembali
pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode disosiatif ke
masa lalu, termasuk yang terjadi pada saat sadar atau
ketika mabuk).
C. Menghindari terus menerus, stimulus yang berhubungan dengan
trauma dan mati rasa responsif umum (tidak ada sebelum trauma),
seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) sebagai berikut:
1. Upaya untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang
terkait dengan trauma
2. upaya untuk menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang
membangkitkan kenangan trauma
3. ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma itu
4. berkurangnya ketertarikan atau partisipasi dalam kegiatan-
kegiatan yang signifikan
5. rasa tidak memiliki masa depan (misalnya, tidak berharap dapat
memiliki karir, perkawinan, anak-anak, atau jangka hidup normal)
D. Gejala aurosal (gairah) yang meningkat (tidak ada
sebelum trauma), seperti ditunjukkan oleh dua (atau
lebih) sebagai berikut:
1. sulit memulai tidur atau mempertahankan tidur
2. lekas marah atau mudah meledak
3. sulit konsentrasi
4. selalu tegang
5. mudah kaget atau respons berlebihan
E. Durasi gangguan (gejala dalam kriteria b, c, dan d)
adalah lebih dari 1 bulan.
Symtom Clusters (APA)
1. Reexperiencing
Individu seringkali “mengulang” kembali kejadian traumatis yang pernah dialami
melalui mimpi buruknya. Hal-hal yang mengingatkan individu pada kejadian
tersebut juga dapat memunculkan emosi sebagaimana yang pernah
dirasakannya ketika ia mengalaminya.
2. Avoidance and numbing
Individu berusaha untuk tidak memikirkan trauma yang dialaminya ataupun
stimulus yang mungkin berkaitan dengan trauma, dan dapat dikatakan bahwa
individu mengalami amnesia atas kejadian tersebut. Selain itu, individu juga akan
memunculkan respon numbing, di mana ia akan mengalami penurunan minat
terhadap orang lain dan ketidak-mampuan merasakan emosi positif.
3. Aurosal
Individu merasa sulit untuk tidur, sulit berkonsentrasi, dan rasa cemas yang
berlebihan (hypervigilance). Simptom ini biasanya ada pada penderita PTSD
akibat perang.
Prevalansi, Perbedaan suku, dan
Komordibitas
• Suatu penelitian mengemukakan bahwa perempuan lebih besar
terkena gejala trauma daripada laki-laki, namun ada juga studi lain
yang berpendapat sebaliknya. (Pfefferbaum, 1997)
• Tidak ditemukan perbedaan pravalansi yang berdasar pada perbedaan
suku atau ras, namun yang terjadi anak-anak keturunan eropa-amerika
lebih banyak menerima perlakuan daripada anak-anak keturunan
afrika-amerika.
• Kondisi umum komordibitas dengan PTSD secara signifikan
meningkatkan resiko depresi, kecemasan dan gangguan perilaku.
• PTSD dapat dibedakan dengan gangguan kecemasan lain berdasarkan
fakta bahwa ada peristiwa penting yang spesifik dan unik.
INTERVENSI
• CBT
Penderita yang telah mengalami peristiwa
traumatik diajak untuk “menciptakan kembali”
kejadian tersebut.
DEVELOPMENTAL PATHWAYS
TO ANXIETY DISORDERS
Predisposing Factors of Anxiety
Disorder
A. Konteks Biologis
1. Resiko Genetik  bawaan
2. Temperamen  temperamen pemalu
3. Faktor Neurobiologis
B. Konteks Keluarga  insecure attachment
C. Konteks Individu  bias dalam memproses
informasi
Two Pathways to The Onset of Anxiety
Disorder
• Vasey dan koleganya mendeskipsikan dua
jalan utama yang membentuk anxiety
disorder.
1. Cumulative Risk Pathaway
2. Precipitating Event Pathaway
Precipitating Event Pathaway

• Terdapat 3 mekanisme yaitu


1.Respondent Conditioning
2.Operant Conditioning
3.Noncontingent Exposure
Factors maintaining or Intensifying
Anxiety
1. Kebiasaan anak untuk menghindari situasi
yang menimbulkan kecemasan
2. Kemampuan akademis, sosial, dan meregulasi
emosi yang rendah
3. Pengalaman negatif
4. Respon dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
5. Bias Kognitif
Clark memberikan ilustrasi mengenai cara berfikir
mereka yang akan mengembangkan kecemasan
sosial.
a. Munculnya pemikiran yang membuat anak yang
cemas merasa takut akan hasil yang didapat di dalam
situasi sosial
b. Menganggap bahwa situasi sosial itu mengancam,
mengantisipasi konsekuensi negatif, dan
menganggap orang berpikiran negatif tentang
mereka
Factors Contributing to Desistence
• Vasey and Dadds (2001) membuat suatu model
yang digunakan dalam upaya menanggulangi
terhadap masalah kecemasan yang dialami oleh
anak.
• Perbedaan budaya dalam teknik membesarkan
anak dapat berpengaruh terhadap gangguan
kecemasan pada anak.
• Suatu tingkah laku, dikatakan patologis
tergantung dari bagaimana budaya
menginterpretasikan tingkah laku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai