Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TUNA LARAS DAN ADHD (GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN


DAN HIPERATIVITAS)

DISUSUN OLEH :
ANDILA TRI UTAMI (232401020099)

NOVIANI NURHIDAYATI (232401020114)

SITI MAESAROH (232401020119)

DOSEN PENGAMPU :
EKO SUPRATONO, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AL – AMIN INDRAMAYU
2023
BAB I
TUNA LARAS

1. Pengertian
Tunalaras adalah suatu kondisi yang termasuk pada anak berkebutuhan khusus
atau disabilitas dengan gangguan emosi dan penyimpangan tingkah laku. Anak tunalaras
sering disebut sebagai anak yang nakal, padahal kondisi ini sangat berbeda karena
mereka cenderung memiliki sikap yang berlainan dengan anak seusianya.

2. Klasifikasi Tunalaras
• Klasifikasi Psikiatris
- Tingkat ringan atau sedang, meliputi neurosis, psychoneurosis, gangguan
perilaku kepribadian yaitu penyimpangan perilaku ditandai dengan konflik
emosi dan kecemasan tetapi masih mempunyai hubungan dengan dunia nyata.
- Tingkat berat, meliputi
a) Psychosis: yaitu penyimpangan perilaku ditandai dengan penyimpangan
dari pola-pola perilaku normal dalam berpikir dan bertindak.
b) Schizophrenia: yaitu gangguan jiwa ditandai dengan distorsi berpikir,
persepsi tidak normal, dan perilaku atau emosi yang aneh.
c) Autism: gangguan jiwa tingkat berat pada masa anak-anak, ditandai
dengan isolasi diri secara berlebihan, perilaku aneh, keterlambatan
perkembangan, biasanya dapat diamati sebelum usia 2,5 tahun.

• Klasifikasi Behavioristic
- Conduct disorder, juga disebut unsocialized aggression, yaitu
ketidakmampuan mengendalikan diri seperti berkelahi, memukul, menyerang
orang lain, pemarah, tidak patuh, menentang, merusak milik orang lain,
kurang ajar, nakal, hiperaktif, menolak arahan, mudah terganggu
perhatiannya, mencuri, menyalahkan orang lain, gaduh, dan ramai.
- Socialized aggression, yaitu berbagai perilaku yang dilakukan secara
berkelompok, seperti bertemu dengan anak-anak jahat, mencuri secara
kelompok, setia dengan teman-teman yang nakal, menjadi anggota geng,
keluar rumah sampai larut malam, bolos dari sekolah, dan lari dari rumah.
- Immaturity/inadequacy, yaitu kelompok perilaku yang menunjukkan sikap
kurang dewasa, kurang matang, seperti kemampuan memperhatikan pendek,
tak dapat berkonsentrasi, melamun, kaku, pasif, kesulitan memperhatikan,
kurang minat, gagal menyelesaikan sesuatu, ceroboh, dan tidak rapi.
• Gangguan penyesuaian diri dengan lingkungan
- The semi-socialized child (Anak2 semi-sosialisasi ). Anak yang termasuk
kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada
lingkungan tertentu. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari
lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma
tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Di
lingkungan sekolah, karena perilaku mereka sudah diarahkan oleh
kelompoknya, maka sering kali menunjukkan perilaku memberontak karena
tidak mau terikat oleh peraturan di luar kelompoknya. Dengan demikian anak
selalu merasakan ada masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
- Children arrested at a primitive level or socialization (Anak2 yang memiliki
tingkat bersosialisasi yang rendah). Anak pada kelompok ini dalam
perkembangan sosialnya berhenti pada level atau tingkat yang rendah. Mereka
adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial dan
terlantar dari pendidikan sehingga ia melakukan apa saja yang
dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang
tua, yang berakibat pada perilaku anak kelompok ini cenderung dikuasai oleh
dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan
respon pada perlakuan yang ramah.
- Children with minimum socialization capacity (Anak2 yang memiliki
kapasitas minim dalam bersosialisasi). Anak kelompok ini tidak mempunyai
kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh
pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang
sehingga anak pada golongan ini banyak bersifat apatis dan egois

• Gangguan Emosi
- Neurotic behavior (Perasan negative dan kecemasan). Anak pada kelompok
ini masih dapat bergaul dengan orang lain, tetapi mereka mempunyai
permasalahan pribadi yang tidak dapat diselesaikan. Mereka sering dan mudah
sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan marah, cemas, dan agresif serta
rasa bersalah dan kadang-kadang mereka melakukan tindakan lain seperti
yang dilakukan oleh anak unsocialized. Anak pada kelompok ini dapat
dibantu dengan terapi seorang konselor.
- Children with psychotic processes (anak-anak dengan gangguan yang
mempengaruhi pikiran <emosi,narikotika,miras,dll>). Anak pada kelompok
ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan
yang lebih khusus, mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata,
sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Hal ini
disebabkan karena gangguan dari sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan,
misalnya minum minuman keras dan obat-obatan.
3. Identifikasi Anak Tunalaras
• Psikotes
- Tes Rorchach. Tes ini memberikan gambaran mengenai keseluruhan
kepribadian, kelainan dan perlunya psikoterapi. Gambaran ini ditafsirkan dari
reaksi anak terhadap gambaran-gambaran yang terbuat dari tetesan tinta.
- Thematic Apperception Test (TAT). Tes ini memperlihatkan berbagai situasi
emosi dalam bentuk gambar-gambar. Gambaran kepribadian tampak dari
tafsiran anak mengenai situasi emosi tersebut untuk itu disediakan skala
khusus.
- Tes Gambar Orang. Dalam tes ini persoalan-persoalan emosi tampak dari
gambar yang harus dibuat oleh anak. Gambarnya ialah seorang laki-laki dan
seorang perempuan.
- Dispert Fable Tes. Tes ini memberikan gambaran mengenai: iri hati, rasa
dosa, rasa cemas, tanggapan terhadap diri sendiri, ketergantungan kepada
orang tua, dan sebagainya.
• Sosiometri
Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/mengetahui suka
atau tidaknya seseorang. Caranya ialah tanyakan kepada para anggota kelompok
siapa di antara anggotanya yang mereka sukai. Setia anggota hendaknya memilih
menurut pilihannya sendiri. Dari jawaban itu akan diketahui siapa yang lain
disukai oleh para anggota. Perlu diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri
adalah hasil sementara yang perlu ditelaah lebih lanjut. Anak yang terpencil
dalam suatu saat belum tentu anak yang tunalaras, bahkan mungkin tidak terpencil
lagi dalam sosiometri berikutnya. Walaupun demikian, sosiometri dapat dipakai
bersama-sama dengan cara yang lain.
• Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya
Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah
laku anak dengan tingkah laku anak pada umumnya. Pekerjaan membandingkan
boleh dilakukan oleh setiap orang dewasa. Anak yang jahat dapat diketahui
jahatnya oleh masyarakat. Demikian juga anak yang tidak jahat tetapi
kelakuannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku, diketahui oleh masyarakat.
Masyarakat mempunyai ketentuan-ketentuan untuk menetapkan jahat dan
tidaknya atau serasi dan tidaknya tingkah laku para anggotanya. Siapa yang
melanggar ketentuan ini akan dibenci, dimarahi, diasingkan, malah ditindak,
tetapi yang baik akan dihargai, diterima kehadirannya malah dipuji.
• Memeriksakan ke klinik psikiatri anak
Bentuk usaha lain untuk mengetahui anak tunalaras adalah dengan memeriksakan
ke klinik psikiatri. Tugas pokonya ialah melakukan usaha rehabilitasi dan
penyembuhan terhadap mereka yang mengalami kelainan psikis, tetapi juga dapat
menetapkan apakah seseorang mempunyai kelainan tunalaras atau tidak.
BAB II

ADHD

1. PENGERTIAN
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang
menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan
hiperaktif, Kondisi ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah.

2. PENYEBAB
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan
bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara
lain faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada
pola aliran listrik otak atau gelombang otak. Ada pula yang menganggap bahwa
gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula
berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.

3. GEJALA
Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta berperilaku
impulsif dan hiperaktif. Penderita ADHD umumnya tidak bisa diam dan mudah lupa akan
hal yang ia lakukan. Orang yang menderita ADHD juga bisa mengalami kesulitan belajar,
misalnya susah membaca atau menulis. ADHD umumnya muncul pada anak usia di
bawah 12 tahun. Namun, pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak
anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.

4. PENANGANAN
Penanganan ADHD bisa dengan obat-obatan atau psikoterapi. Perlu diketahui
bahwa orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga membutuhkan bimbingan
untuk menghadapi anak dengan ADHD. ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya,
tetapi penanganan yang diberikan dapat meredakan gejala dan membantu penderita untuk
menjalani hidup dengan normal.

5. PENCEGAHAN
Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah. Namun, ibu hamil
dapat mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak dengan menjauhi rokok, minuman
beralkohol, dan NAPZA, terutama pada masa kehamilan. Selain itu, jauhkan anak dari
asap rokok dan paparan zat beracun.

Anda mungkin juga menyukai