Anda di halaman 1dari 75

Adiksi gadget (smartphone)

oleh
Nuniek Sri Rahayu,dr.SpKJ
 
Dunia Anak – Dunia Bermain
• Membantu perkembangan fisik, emosi,
mental, intelektual, kreatifitas dan sosial

Ada apa dengan dunia bermain anak hari


ini?
Prevalensi
• 21 % masyarakat indonesia penguna aktif gadget
• Jumlah penduduk 237 jiwa
• 55 % : 15-19 thn
• 26 % : 20-19 thn
• 19 % diatas 30 thn

Freeman tahun 2010 : 4 dari 10 pengguna internet bermain game


online
Dampak Negatif Penggunaan Gadget
• Menghabiskan banyak waktu
• Merusak konsentrasi
• Tidak empati dengan lingkungan

Gangguan mental dan


perilaku
saat bermain justru menimbulkan petaka

• Permasalahan sosial
• Gangguan komunikasi
• Gangguan empati
• Gangguan kontrol diri
• Gangguan motorik
• Gangguan kesehatan
Pengertian adiksi
• Satu perilaku yang tidak normal, tidak sehat, merugikan
diri sendiri, yang berlangsung terus menerus dan sulit
diakhiri, yang mempengaruhi kondisi fisik, psikis, sosial
dan kerusakan otak
Adiksi gadget
• Pemakaian gadget secara terus menerus untuk
aktivitas sehari hari, 8-10 jam perhari
• Pemakaian 30 jam per minggu untuk tujuan
rekreasional atau sosial
• ADL terganggu
• Pemakaian gadget tidak termasuk untuk
keperluan pembelajaran
Gejala adiksi gadget (game online)
Kriteria Diagnosis
Adiksi game (DSM V – internet
gaming disorder )
• Preokupasi terhadap game internet
• Bila tidak ada internet muncul perasaan gelisah, cemas, sedih
• Tolerance
• Kehilangan hobby yang sebelumnya ditekuni
• Terus menggunakan game walaupun mengetahui memunyai
dampak yang tidak bagus
• Menolak diterapi
• Sebagai bentuk pelarian disaat mengalami perasaan yang tidak
menyenangkan
• Kehilangan saudara, teman
Neurobiologi adiksi
Perubahan perilaku impulsif ke kompulsif terjadi karena ada
perpindahan jaras dari ventral ke dorsall

Impulsifitas bermain game memberikan kesenangan “high”

Berlanjut terus menerus akan terbentuk kompulsiv

Anak akhirnya bermain game bukan untuk mencari kesenangan tetapi


untuk mencari “Obat”
Reward
• Neurotransmiter YANG terlibat dalam penyalahgunaan ZAT
termasuk serotonin, norepinefrin, dopamin, GABA, dan
neuropeptida tertentu.
• Sistem dopaminergik Ventral tegmental bertanggung jawab untuk
efek menyenangkan dan timbulnya craving dari zat
• Korteks frontalis tidak dapat mengontrol drive terhadap zat pada
individu yang adiksi.
• Waspadai tanda anak :
– mudah marah dan ekspresi emosi yang intens;
– sulit kembali ke keadaan emosi tenang setelah ledakan amarah
– kurangnya perilaku mengendalikan diri seperti acting out,
– Suka mengganggu orang lain, menentang otoritas dan impulsif.
Komorbid
• ADHD
• Depresi pada anak
• OCD
Penatalaksanaan
Hasni,2018
Hasni, 2018
Hasni,2018
Hasni,2018
Hasni,2018
Farmakoterapi : Apabila ada Komorbid
Psikoterapi : 1. CBT
2. Family Therapy
PEMBAHASAN
Penegakkan Diagnosis

1. 3 gejala utama :
•kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional
•Komunikasi kurang
•Minat yang terbatas disertai gerakan berulang
2. Muncul sebelum usia 3 tahun
Gangguan dalam komunikasi

• Terlambat bicara, tidak ada usaha untuk


berkomunikasi dengan gerak dan mimik
• Meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti
orang lain
• Bicara tidak dipakai untuk komunikasi

• Menarik tangan bila menginginkan sesuatu


Gangguan dalam interaksi sosial

• Menghindari atau menolak kontak mata


• Lebih asyik main sendiri
Gangguan dalam tingkah laku

• Asyik bermain sendiri


• Tidak acuh terhadap lingkungan
• Tidak mau diatur, semaunya
• Kelekatan pada benda tertentu
Gangguan dalam emosi

• Tidak dapat mengendalikan emosi

• Mengamuk bila tidak mendapatkan apa yang


diinginkannya
Gangguan sensori atau penginderaan

• Tidak suka memakai baju yang kasar


DSM 5
A. Defisit yang menetap dalam komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat
menetap pada berbagai konteks
1. Defisit dalam hubungan sosial emosional secara timbal balik, contoh :
pendekatan sosial yang tidak normal, kegagalan untuk melakukan
komunikasi dua arah, penurunan untuk berbagi perhatian, emosi dan
afektif, kegagalan untuk berinsiatif ( memulai) atau menjawab interaksi
sosial.
2. Defisit perilaku komunikasi non verbal yang digunakan untuk interaksi
sosial, ikut serta berkomunikasi dengan orang lain, contoh : integrasi
komunikasi verbal dan non verbal yang sangat buruk, hilangnya kontak
mata dan menurunnya Bahasa tubuh, atau menurunnya pengertian dan
penguunaan Bahasa tubuh/gesture, kurangnya ekpresi muka dan
komunikasi nonverbal yang berat.
Lanjutan poin A DSM 5
3. Defisit dalam mengembangkan, mempertahankan
dan memahami hubungan sosial, contoh kesulitan
menyesuaikan diri, bertingkah laku sesuai dengan
macam-macam konteks sosial, kesulitan ikut serta
dalam permainan imajinatif atau membuat pertemanan.
Tidak ada perhatian terhadap teman-teman dalam
kelompoknya
B. Perilaku yang terbatas, perilaku yang repetitif, ketertarikan atau
aktivitas yang termanifestasi oleh paling sedikit minimal dua dari
gejala sekarang atau riwayat masa lalu sebagai berikut:

1. Pergerakkan motorik repetitive dan streotipik menggunakan obyek-


obyek atau Bahasa misal perilaku streotipik yang sederhana
membariskan mainan-mainan atau membalik-balikan obyek,
echolalia, suku-suku, kata aneh idiosinkratik
2. Desakan pada kesamaan, tidak flekisbel terhadap yang rutin, atau
pola ritual perilaku verbal atau non verbal contohnya stress ekstrim
pada suatu perubahan kecil, kesulitan pada saat adannya proses
perubahan, pola pikir yang kaku, bersalaman seperti ritual dan
berkali-kali, selalu mencari arah jalan yang sama, atau makan
dengan makanan yang sama setiap hari.
Lanjutan poin B DSM 5
3. Perhatian yang sangat terbatas dan meningkat , terfokus dan
terfiksasi pada sesuatu hal yang intensitasnya abnormal
contoh
kelekatan kuat atau preokupasi terhadap obyek yang tidak
biasa dan pembatasan yang berlebihan atau ketertarikan yang

berulang.
4. Reaksi berlebihan atau berkurangnya reaksi terhadap
rangsangan sensoris atau input sensoris atau ketertarikan yang
tidak biasa pada aspek sensori pada lingkungan .
contoh : sikap tidak peduli pada rasa sakit atau temperature
udara, reaksi yang berlebihan terhadap suara yang spesifik
atau testur tertentu , penciuman berlebihan atau sentuhan
terhadap obyek, kekaguman visual pada cahaya atau gerakan-
gerakan tertentu
Lanjutan ASD DSM 5
C. gejala-gejala harus muncul pada periode perkembangan awal
tetapi mungkin tidak termanifestasi secara penuh sampai adanya
tuntunan sosial melebihi kapasitas yang terbatas atau mungkin
tertutupi dengan strategi belajar dalam kehidupannya
D. Gejala –gejala menyebabkan kerusakan yang signifikan pada
kehidupan sosial, pekerjaan, dan keadaan penting lainnya dalam
kehidupan
C. Gangguan ini sangat sulit dijelaskan ketidakmampuan
intelektual (intelektuan disability) atau gangguan perkembangan

intelektual atau perkembangan secara global


Hal hal yang harus ditentukan :
• Disabilitas intelektual dan GSA sering komorbiditas sehingga
buatlah diagnosa komorbid DSA dengan disabilitas intelektual
• Komunikasi sosial harus dibawah yang diharapkan dari level
perkembangan secara umum
• Individu dengan dianosa pada DSM 4 yang sudah pasti seperti
gangguan autism, gangguan Asperger, atau gangguan
perkembangan pervasive tidak dinyatakan khusus harus diberi
diagnosa sebagai gangguan spectrum autism
• Individu yang ditandai dengan kekurangan dalam komunikasi
sosial tapi kriteria gejala tidak khusus ditemukan untuk GSA
harus dievaluasi untuk gangguan komunikasi sosial
Intervensi Non Farmakologi

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Intervensi psikososial
• Intervensi perilaku dan perkembangan intensif dini
a. Model UCLA/Lovaas based
Analisis perilaku, dasar satu-untuk-satu selama beberapa jam dalam 1 minggu
Terapis dan anak berlatih kemampuan sosial spesifik, penggunaan bahasa,
kemampuan bermain sesuai target, dengan penguatan dan hadiah bila dapat
memenuhi dan menguasai kemampuan yang diajarkan
b. Early Start Denver Model (ESDM)
Dilakukan dalam keadaan alamiah (tempat perawatan, rumah, sewaktu bermain
dengan teman) atau rutinitas sehari-hari pada anak yang masih sangat muda.
Orang tua  terapis pendamping di rumah
Fokus : mengembangkan kemampuan bermain dasar dan kemampuan membina
hubungan yang terintegrasi dengan teknik analisis perilaku

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Intervensi psikososial
c. Pendekatan pelatihan orang tua
Termasuk Pivotal Response Training di mana orang tua
dan keluarga diajarkan untuk memfasilitasi perkembangan
sosial dan komunikasi di rumah dan selama aktivitas
dengan menargetkan penguasaan perilaku sosial yang
penting atau perilaku yang perlu dikuasai di awal dengan
harapan ketika anak menguasai kemampuan sosial yang
penting, anak akan dapat menguasai perilaku sosial umum
alamiah lainnya

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Pencapaian Kemampuan Sosial
• Pelatihan kemampuan sosial
 Diajarkan oleh pemimpin terapi pada anak dengan setting
kelompok bersama dengan teman-teman sebayanya
 Anak diberi arahan untuk berlatih memulai pembicaraan
sosial, menyapa, memulai permainan, dan memperhatikan
 Identifikasi dan pengaturan emosi dimasukkan ke dalam
latihan dengan cara mengenali dan belajar bagaimana
meberikan pengenalan pada emosi dalam situasi yang telah
dikondisikan, belajar memberikan reaksi emosi yang sesuai
dengan orang lain, teknik memecahkan masalah sosial.
 Tujuan : anak mampu menggunakan teknik di tempat yang
kurang terstruktur dan menginternalisasi strategi untuk
berinteraksi secara positif dengan teman sebayanya dalam
keadaan berkelompok

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Behavioral Interventions (Bis) and Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) untuk perilaku
berulang dan gejala yang terkait
• Terapi perilaku
Intervensi awal diperlukan untuk perilaku repetitif yang
membahayakan diri sendiri (pada keadaan ini perlu
dipertimbangkan pemberian psikofarmakologi)
• Terapi perilaku kognitif
Penelitian terbatas
Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Intervensi perilaku pada anak dengan
gangguan spektrum autisme
• Treatment and Education ofA utistic and Communicationrelated
Handicapped children (TEACCH).
 Pelatuhan terstruktur yang berdasarkan pendapat bahwa anak
dengan gangguan spektrum autisme memiliki kesulitan dalam
persepsi  metode pembelajaran melibatkan banyak dukungan
visual dan gambar terjadwal untuk membantu anak belajarsecara
akademik bersamaan dengan respon sosial
 Lingkungan dibuat untuk mendukung pembelajaran visual dan
dalam kehidupan sehari-hari disusun untuk meningkatkan
keterlibatan sosial dan otonomi

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical psychiatry.
11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Intervensi perilaku pada anak dengan
gangguan spektrum autisme

• Broad-based approaches
 Penggabungan strategi pembelajaran yang
menggunakan analisis perilaku serta fokus pada
remediasi bahasa.
 Penguatan perilaku ditujukan untuk mempersiapkan
perilaku sosial yang dapat diterima secara sosial
bersamaan dengan pembelajaran akademik
Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Intervensi perilaku pada anak dengan
gangguan spektrum autisme
• Computer-based approaches and virtual reality
 Penggunaan program berbasis komputer, permainan,
dan program interaktif lainnya untuk mengajar
kemahiran berbahasa dan membaca.
 Meningkatkan kemampuan anak untuk menguasai dan
melaksanakan perilaku yang berdasar pada instruksi
dengan cara menarik untuk anak
 The Let’s Face It  7 permainan interaktif  perubahan ekspresi
wajah, perhatian pada area mata, pengenalan wajah secara
holistik, identifikasi ekspresi emosi
Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical psychiatry.
11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Farmakologi

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Iritabilitas
• Risperidone
 Kombinasi properti antagonis reseptor serotonin (5-HT2) dan Dopamin (D2)
 Terapi perilaku agresif dan perilaku membahayakan diri sendiri
 Dosis 0.5 mg – 1.5mg
 Efek samping : penambahan berat badan peningkatan nafsu makan, efek
samping metabolik (hiperglikemia, peningkatan prolaktin, dislipidemia), rasa
lelah, mengantuk, pusing, mengeluarkan air liur
 Hati-hati pada individu dengan abnormalitas jantung  hipotensi ortostatik
• Aripiprazole
 Dosis 5mg-15 mg
 Efek samping : sedasi, pusing, insomnia, akathisia, mual, muntah
• Olanzapine
 Blok 5HT2A, reseptor D2, reseptor muskarinik
 Efek samping : sedasi, penambahan berat badan

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical psychiatry.
11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Hiperaktivitas, impulsivitas, inatensi
• Methylphenidate
 Untuk remaja dengan gangguan spektrum autisme dan
GPPH
 Dosis 0.25-0.5 mg/kg
 Efek samping : peningkatan iritabilitas pada pasien GSA
tanpa GPPH, peningkatan gerak stereotipik, rasa tidak
nyaman di pencernaan, masalah tidur, emosi labil
• Atomoxetine (non stimulan)
 Efek samping : sedasi, iritabilitasm konstipasi, mual
• Clonidine
• α - agonist
Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
psychiatry. 11 ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 1160-1 p.
Perilaku yang repetitif dan
stereotipik
• Anti depresan (Serotonin –reuptake inhibitor/ SSRI)
 Untuk remaja dengan gangguan spektrum autisme dan
GPPH
 Dosis 0.25-0.5 mg/kg
 Efek samping : peningkatan iritabilitas pada pasien
GSA tanpa GPPH, peningkatan gerak stereotipik, rasa
tidak nyaman di pencernaan, masalah tidur, emosi labil
• Antipsikotika generasi kedua
 Risperidone
• Mood Stabilizer
 Valproate

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Agen yang diberikan untuk hendaya
perilaku pada gangguan spektrum autisme
berdasarkan percobaan terbuka
• Quetiapine
 Properti blok 5 H2 lebih besar dari D2
 Diberikan bila risperidone dan olanzapine tidak efektif
 Efek samping : mengantuk, takikardia, agitasi, penambahan
berat badan
• Antipsikotika generasi kedua
 Clozapine  agranulositosis
 Ziprasidone sedasi, pusing, berkunang-kunang EKG sebelum
terapi
 Lithium
• Mood Stabilizer
 Valproate

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Agen yang diberikan untuk hendaya
perilaku pada gangguan spektrum autisme
tanpa bukti efikasi
• Amantadine (Symmetrel)
 Blok reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA)
• Naltrexone (antagonis reseptor opioid)
• Lamotrigine
• Clomipramine
• Venlafacine (18.75 mg per hari)

Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : behavioral sciences/clinical
Tata laksana pasien yang memberikan respon
kurang

Sumber Couteur AL, Szatmari P. Autism spectrum disorder. In: Thapar A, Pine DS, Leckman JF, Scott S, Snowling MJ, Taylor E, editors. Rutter’s child
and adolescent psychiatry. 6 ed. USA: JohnWiley & Sons; 2015. p. 751.
Mengatasi efek samping pengobatan

Sumber Couteur AL, Szatmari P. Autism spectrum disorder. In: Thapar A, Pine DS, Leckman JF, Scott S, Snowling MJ, Taylor E, editors. Rutter’s child
and adolescent psychiatry. 6 ed. USA: JohnWiley & Sons; 2015. p. 748.
Neuroanatomi

Stahl’s Essential psychopharmacology, Chapter 12 Attention deficit


hyperactivity disorder and its treatmen. 4ed.
Fungsi amigdala
• Mengendalikan fungsi emosi dan agresi dan pengaturan
terhadap rangsang sensoris sehingga bila terjadi
kerusakan pada amigdala muncul : tidak bisa
mengendalikan emosi, sering agresif terhadap orang
lain, ataupun dirinya sendiri, pasif seperi tidak punya
emosi
• Kepekaan berlebihan terhadap suara penglihatan dan
penciuman
• Terdapat emosi rasa takut
Lanjutan etiologi
• Adanya kerusakan neuron yang Sangat
padat dan kecil kecil di dalam sisitim limbik
(hipokampus dan amigdala) dan
ditemukan lesi pada serebellum, korteks,
lobus temporalis, lobus parietalis, dan
lobus frontalis
In
Atensi

Stahl’s Essential psychopharmacology, Chapter 12 Attention deficit hyperactivity disorder and its
treatmen. 4ed.
Hiperakt
ifitas

Stahl’s Essential psychopharmacology, Chapter 12 Attention deficit hyperactivity disorder and its
treatmen. 4ed.
Impulsivit
as
Neurokimiawi

Stahl’s Essential psychopharmacology, Chapter 12 Attention deficit hyperactivity disorder and its
treatmen. 4ed.

Anda mungkin juga menyukai