Anda di halaman 1dari 34

LOW BACK PAIN

KELOMPOK 3
DEFINISI

Low Back Pain (LBP) merupakan nyeri akut


maupun kronik yang dirasakan di daerah
punggung bawah dan biasanya merupakan
nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya di daerah lumbosacral yang dapat
disebabkan oleh inflamasi, degeneratif,
kelainan ginekologi, trauma dan gangguan
metabolik (Mahadewa dan Maliawan, 2009)
ANATOMI
TULANG BELAKANG
 Panjang 57 - 67 cm
 Diantara dua ruas
tulang belakang
terdapat bantalan
tulang rawan
 Terdapat 33 ruas
tulang dibagi menjadi:
- 7 ruas V. cervical
- 12 ruas V. thoracal
- 5 ruas V. lumbal
- 5 ruas V. sacralis
- 4 ruas V. coccygis
Corpus Vertebrae
Anterior
• korpus vertebra
• Diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi)
• Ditopang oleh ligamnetum
longitudinale anterior dan
posterior
Posterior
• Pedikel, lamina
• kanalis vertebralis
• Prosesus tranversus dan
spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrale
Vertebra Cervical
 Terdiri dari tujuh tulang
atau ruas tulang leher
 paling kecil.
Vertebra Torakalis

 Terdiri dari dua belas tulang, lebih


besar dari pada yang servikal dan
disebelah bawah menjadi lebih
besar.
 Ciri khas Vertebra Torakalis :
- badanya berbentuk lebar lonjong dengan
lekukan kecil
di setiap sisi untuk menyambung iga,
- lengkungnya agak kecil,
- taju duri panjang dan mengarah ke
bawah,
- taju sayap yang membantu mendukung
iga adalah tebal dan kuat serta memuat
faset persendian untuk iga.
Vertebra Lumbal

 Terdiri dari lima


ruas tulang atau
disebut juga ruas
tulang pinggang

 Luas tulang
pinggang adalah
yang terbesar.
Vertebra Sacralis

Terdiri dari lima ruas


tulang atau disebut
juga tulang
kelangkang.

berbentuk segi tiga


Vertebra Coccygis

- tulang tungging

- Terdiri dari empat


atau lima vertebra
yang rudimenter
yang bergabung
menjadi satu
TANDA DAN GEJALA

Gejala tersebut meliputi:


1) Sakit
2) Kekakuan
3) Rasa baal / mati rasa
4) Kelemahan
5) Rasa kesemutan (seperti
ditusuk peniti dan jarum)

Nyeri tersebut bisa berawal dari pada punggung, namun nyeri dapat
menjalar turun ke bokong, tungkai bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah
berat atau berlangsung dalam waktu yang lama, maka anda dapat
mengalami kesulitan buang air kecil, kesulitan tidur, dan depresi
PEMERIKSAAN FISIK

1. INSPEKSI

1. Posisi pasien berdiri dan diamati dari tiga posisi yaitu depan, samping
dan belakang.

2. Diamati apakah tulang belakang simetris atau terjadi skoliosis,


lordosis atau kifosis.

3. Diperhatikan juga adanya deformitas atau lekukan kulit yang


abnormal, atrofi otot, atau pola rambut tubuh yang tidak normal
4. Dilakukan dengan posisi pasien duduk untuk mengamati simetrisitas
panggul

5. Posisikan pasien untuk berbaring dengan kaki lurus untuk menilai


simetrisitas panjang kaki kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN
FISIK
2. Range of Motion (Rentang Gerak Aktif)

1. Untuk melihat pergerakkan pada


tulang belakang dari bagian leher
hingga punggung bawah.
2. Pasien diarahkan untuk menekuk,
memutar atau memiringkan badan
mulai dari bagian leher hingga
punggung bawah lalu pemeriksa
amati apakah ada tahanan atau
rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien.
3. Memastikan letak nyeri pemeriksa
harus melakukan rangsangan
atau tekanan perlahan pada
daerah yang mengalami keluhan.
3. Kekuatan Otot
1. Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan dengan cara
meletakkan tangan pemeriksa pada dada pasien dan
mengarahkan pasien untuk membungkuk lalu pemeriksa
menahan gerakan tersebut untuk menilai kekuatan ototnya.
2.dilakukan dengan meletakkan tangan pemeriksa pada bahu
pasien dan menahan gerakan pasien untuk miring dan
memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
3.Pasien diposisikan untuk duduk dengan kaki menekuk 90
derajat, pemeriksa meletakkan tangannya pada paha pasien
lalu menahan gerakan paha pasien yang fleksi. Selanjutnya
tangan pemeriksa diletakkan diatas tulang kering pasien lalu
menahan gerakan ekstensi kaki pasien.
4.Pemeriksaan terakhir dilakukan dengan posisi berbaring dan
lutut ditekuk. Pada posisi ini pasien diarahkan untuk
menegangkan otot perut selama lima detik lalu relaksasikan
perlahan. Amati apakah ada tahanan gerak dari setiap
perlakuan untuk melihat adanya kelainan pada otot.
4. PALPASI
Palpasi dilakukan untuk
mengetahui apakah ada
nyeri tekan, massa,
deformitas, kelainan struktur
tulang dan kekakuan otot.
Palpasi dilakukan dengan
cara meletakkan kedua
permukaan tangan dari
bagian processus spinosus
dan meraba sambil menekan
perlahan ke arah tubuh
bagian bawah atau lumbar
vertebrae.
5. Test Persyarafan

 Laseque Test
 Patrick test
Penegakan Diagnosa
Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Lab
LED, morfologi darah, kalsium fosfor,
antigen spesifik prostat
RO
Foto polos (lumbo sacral)  penilaian awal
MRI jaringan lunak, vertebra dan
kecurigaan pada diskusnya
CT mielografi  menentukan menentukan
lokalisasi lesi nyeri
Foto polos Lumbosakral MRI Lumbosakral
STAGE
 Degenerasi diskus

 Prolaps/ protusi

 Ekstrusi

 Sekuestrasi diskus
TREATMENT
Edukasi:

• Penurunan BB
• Hidro Terapi
• Proper Body Mechanism

54
Microwave
Diathermy
(MWD)

Transcutaneo
us Electrical
Ultrasou FISIOTE Nerve
nd RAPI Stimulator
(TENS)

Iontopho
resis
Farmakologi
 Analgetik dan NSAID  Kortikosteroid
 Tramadol  Metilprednisolon
 Aspirin  Dexametason
 Etodolak
 Selekoksib  Analgetik Ajuvan
 Amitriptilin
 Muscle Relaxant  Gabapentin
 Tinazidin
 Esperidon  Injeksi pada Titik Picu
 Carisoprodol  Lidocain
 Lignokin
 Opioid  Dexametason
 Triamsinolon
Spinal fusion dan
sacroiliac joint fusion
Percutaneous distectomy

Terapi
Operatif Distectomy
Aeromedical Concern
1. Kondisi yang memberatkan karena lingkungan
G-Force, Turbulensi.
2. Penilaian resiko
Adanya defisit neurologi dan deformitas vertebra
yang dapat membahayakan keselamatan
penerbangan.
3. Limitasi spesifik
Tipe pesawat / helikopter dengan efek
vibrasi
4. Resiko Inkapasitasi
Risiko timbulnya inkapasitasi dapat terjadi
bila terjadi defisit neurologi mendadak
yang terjadi pada regio thorakolumbal
dan juga khususnya regio cervical
Aeromedical Consideration
• USAF :
• Back pain is specifically disqualifying for
Flying Classes I/IA, II, and III.
• Fractures or dislocations of the vertebrae is
disqualifying for all US Air Force aircrew.

Juknis TNI AU Tahun 2015:


Low back pain tanpa Hernia
nucleus pulposus / HNP (U4/U2p),
dengan HNP (U4/U3p).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai