Anda di halaman 1dari 16

FOBIA

SOSIAL
Nama: Muhamad Farhan Nabil (1102017143)
Pembimbing: dr. Hj Ni Wayan Ani P,Sp.KJ
Definisi
 Fobia berasal dari kata Phobos, nama salah satu Dewa Yunani yang diartikan
dengan kekhawatiran, ketakutan, atau kepanikan (Yaunin, 2012).

 Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya
berkaitan dengan keberadaan orang lain (Nevid et.al, 2005).

 Fobia sosial merupakan ketakutan yang menetap untuk tampil pada situasi
sosial, terutama jika terdapat orang yang asing atau jika pasien takut malu
(Davies & Craig, 2009).
Epidemiologi

Tingkat prevalensi 2-3%

Wanita » pria

Usia puncak  usia belasan tahun

Terjadi usia 5 sampai 35 tahun


Faktor Risiko
Kondisi kesehatan yang
menarik perhatian
Riwayat keluarga

Jenis kelamin Tempramen


Perempuan  Laki-laki
Etiologi
1. Faktor Psikoanalitik

2. Faktor Genetik

3. Faktor Neurokimiawi
Patofisiologi

Respon sistem Aktivitas sirkuit


saraf otonom paralimbik &
limbik

Temperamen
Sistem neuro-
tertentu pada
transmitter
balita & stres ibu
Manifestasi Klinis

Palpitasi Mual muntah Nyeri kepala

Nyeri dada Keringat banyak Muka merah

Dispnea Otot tegang Tangan gemetar

Mulut kering Panas dingin Ingin BAK


Diagnosis (PPDGJ III)
a) Gejala psikologis, perilaku/ otonomik yang timbul harus manifestasi sekunder dari
ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham / pikiran obsesif;
b) Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Diagnosis (DSM-V)

a) Menandai ketakutan/ kecemasan terhadap satu g) Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran


atau lebih situasi sosial. menyebabkan gangguan klinis yang
b) Individu merasa takut melakukan sesuatu jika signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan,
menunjukkan gejala kecemasan akan atau bidang penting lainnya.
ditanggapi negatif. h) Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran
c) Situasi sosial hampir selalu memancing tersebut tidak termasuk kedalam efek
ketakutan atau kecemasan. psikologis secara subtansi atau kondisi
d) Situasi sosial dihindari atau diatasi dengan medis lainnya.
ketakutan atau kecemasan yang tinggi. i) Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran
e) Ketakutan atau kecemasan itu tidak sesuai tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala dari
dengan ancaman sebenarnya yang ditimbulkan gangguan mental lainnya, atau gangguan
situasi sosial dan pada konteks kultur sosial. spektrum autisme.
f) Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran j) Jika kondisi medis lainnya ada, maka
tersebut berlanjut, biasanya berlangsung ketakutan, kecemasan, atau penghindaran
selama 6 bulan atau lebih. jelas tidak terkait atau berlebihan.
Diagnosis Banding

Fobia
Agorafobia Spesifik

Ketakutan hebat yang membuat tidak Ketakutan yang tidak rasional


berdaya akan tempat / situasi yang sulit akan objek atau situasi tertentu
untuk meloloskan diri / sulit untuk seperti takut terhadap binatang
mendapatkan pertolongan apabila terjadi tertentu, ketinggian, dan terbang
serangan cemas.
Tatalaksana
 Farmakologi
1. Gol. β-Adrenergic receptor antagonists : Propranolol 10-40mg, diminum 20-30
menit sebelum situasi yang memicu kecemasan
2. Gol. Benzodiazepin: diazepam (dosis dewasa: 2-40 mg/hari), alprazolam (0,5-6
mg/hari), dan klonazepam (0,5-4,0 mg/hari)
3. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs): fenelzin 45-90 mg/hari;
4. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluvoksamin (50-300 mg/hari),
fluoksetin (10-40 mg/hari), paroksetin (10-30 mg/hari), sertralin (50-100 mg/hari)
(Yaunin,2012).

 Nonfarmakologi
 Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif dengan cara exposure, atau melalui feedback videotape atau
dengan fantasi, cukup menolong beberapa individu yang takut bicara di depan
umum dan bentuk fobia lainnya.
Komplikasi
● Gangguan kejiwaan komorbid terjadi pada hingga 90% pasien dengan gangguan
kecemasan sosial. Adanya gangguan kecemasan sosial adalah prediktor untuk
perkembangan depresi berat dan gangguan penggunaan alkohol. Pasien yang memiliki
gangguan psikiatri komorbid memiliki kemungkinan peningkatan gejala yang lebih
parah, resistensi pengobatan, penurunan fungsi, dan peningkatan tingkat bunuh diri
(Koyuncu et.al, 2019).
Prognosis
● Gangguan kecemasan sosial dikenali sebagai gangguan yang melemahkan dan sangat
umum yang dapat mengakibatkan pencapaian pendidikan yang lebih rendah, kinerja
pekerjaan yang lebih buruk, interaksi sosial yang terhambat, hubungan berkualitas
rendah, dan penurunan kualitas hidup apabila tidak diobati. Gangguan kecemasan sosial
dikaitkan dengan keinginan bunuh diri, harga diri rendah, status sosial ekonomi rendah,
pengangguran, masalah keuangan, dan belum menikah. Banyak orang dengan gangguan
kecemasan sosial tidak menyadari masalah kesehatan mental mereka dan, oleh karena
itu, tidak mencari pengobatan (Iverach & Rapee, 2014).
Kesimpulan

 Fobia sosial : ketakutan akan diamati atau


dipermalukan orang lain didepan publik.
 Insiden fobia sosial sekitar 2% dan lebih
sering terjadi pada wanita.
 Beberapa penyebabnya adalah perilaku
menahan diri, riwayat keluarga, konflik
yang tidak terselesaikan dengan baik, dan
defisiensi hormon pertumbuhan.
 Gejala yang muncul dapat berupa palpitasi,
nyeri dada, muka merah dan rasa tertekan
di kepala atau nyeri kepala.
Daftar pustaka
● Davies, T. & Craig, TKJ. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC
● Elvira, S. D. & Hadisukanto, G. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
● Haryanthi, L.P.S. & Tresniasari, N. 2012. Efektivitas Metode Terapi Ego State dalam Mengatasi Kecemasan
Berbicara di Depan Publik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. INSAN Vol. 14
No. 1. [Internet] Available from: https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-artikel%204-14-1.pdf [cited 2021
April 30]
● Iverach L & Rapee R.M. 2014. Social anxiety disorder and stuttering: current status and future directions. J Fluency
Disord. 40:69-82. DOI: 10.1016/j.jfludis.2013.08.003.
● Koyuncu, A., İnce, E., Ertekin, E., & Tükel, R. 2019. Comorbidity in social anxiety disorder: diagnostic and
therapeutic challenges. [Internet]. Drugs in Context. Available from: https://doi.org/10.7573/dic.212573 [cited 2021
May 02]
● Maramis, W. F & Maramis, A.A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
Press.
● Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJIII dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya.
● Nevid, J.S, Rathus, S.A., & Greene B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
● Rose G.M. & Tadi P. 2021. Social Anxiety Disorder. [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555890/ [cited 2021 May 02]
● Sadock, B.J., Sadock, V.A, & Ruiz, P. 2017. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. New York:
Wolters Kluwer.
● Yaunin, Yaslinda. 2012. Fobia Sosial. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran Vol. 39 No. 10.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai