Anda di halaman 1dari 78

Laporan Kasus:

“TETANUS”

Pembimbing : dr. Harry Sugiarto, Sp.B, FINACS, FICS


Presentan : Muhamad Farhan Nabil 1102017143
Identitas pasiem
Nama : Tn. S
Usia : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Prumpung
Tanggal pemeriksaan : 9/03/22
Nomor rekam medis : 012*****
ANAMNESIS

Alloanamnesis KELUHAN UTAMA

Penurunan kesadaran 6 jam SMRS

KELUHAN TAMBAHAN

-
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri diantar oleh anaknya dengan
penurunan kesadaran 6 jam SMRS. Pada tanggal 7 februari pasien mempunyai
riwayat menginjak paku berkarat pada bagian ibu jari kaki kanan dan hanya
dibersihkan menggunakan alkohol saja, setelah itu pasien tidak mengalami keluhan
apapun. Pada tanggal 21 februari setelah kejadian pasien merasakan nyeri pada
daerah sekitar luka pada ibu jari kaki kanan yang disertai dengan demam, demam
dirasakan terus – menerus. Pada tanggal 24 februari pasien dibawa ke klinik dekat
rumah dan hanya diberi obat antibiotik serta obat penurun panas. Pada tanggal 4
Maret pasien mengalami kejang pada pukul 03.00 pagi, kejang dengan tipe kaku
pada seluruh tubuh selama kurang lebih 30 menit dan setelah itu pasien pingsan,
lalu kejang berulang pada pukul 07.00 dengan tipe kejang yang sama, pasien lalu
dibawa ke IGD RS Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto dalam keadaan tidak
sadar.
Keluhan lain seperti mual dan muntah, sesak disangkal, BAK dan BAB tidak
ada keluhan. Riwayat imunisasi tetanus tidak diketahui.
RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU KELUARGA
• Keluhan serupa (-)
• Hipertensi (+) • Diabetes Melitus (-)
• Diabetes Melitus (+) • Hipertensi (-)
• Riwayat Trauma (-)
• Alergi (-)
• Riwayat kejang (-)
• Alergi (-)
• Asma (-)
• Jantung (-)
Riwayat Riwayat Kebiasaan,
pengobatan Sosial dan Ekonomi

• Pasien mengkonsumsi • Sebelumnya pasien


obat antibiotik dan merupakan seorang
penurun panas wiraswasta
• Pasien mengonsumsi • Pasien saat ini tidak
obat metformin untuk bekerja
riwayat DMnya
• Riwayat merokok (+)
• Riwayat Alkohol (-)
• Penggunaan napza (-)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum Tampak sakit berat

Kesadaran GCS 3T (E1M2VT)

Tanda vital :

Tekanan Darah 150/90 mmHg

Nadi 61x/menit, reguler

Pernapasan 16x/menit

Suhu 36,7°C

SpO2 99% (on ventilator)


Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS

Kepala Normocephal
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, diameter pupil 3mm/3mm, RCL (+/+), RTCL
(+/+)
Hidung Deviasi septum (-), deformitas (-), terpasang NGT

Telinga Deformitas (-), discharge (-), massa


(-)
Mulut Trismus (+), terpasang ventilator
Leher Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), struma
(-)
Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS
Paru
Inspeksi Tidak ada dada yang tertinggal, retraksi (-)
Palpasi Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, vocal
fremitus teraba simetris (+/+)
Perkusi Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesicular (+/+) rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 LMCS, kuat angkat
Perkusi Batas kanan atas: ICS 3 Linea Parasternal Dextra
Batas kiri atas: ICS 5 Linea Midclavicula Sinistra
Batas kanan bawah: ICS 4 Linea Parasternal
Dextra Batas kiri bawah: ICS 5 Linea Midclavicula
Sinistra
Auskultasi S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS

Abdomen
Inspeksi Tampak rata

Auskultasi Bising usus 3x/menit

Perkusi Timpani pada seluruh regio abdomen, pekak hepar (+)

Palpasi Spasme (+)

Ekstremitas Akral teraba hangat, luka (+) pada digiti I pedis dextra,
kaku seluruh ekstremitas, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-
STATUS L OK A L IS
Regio Pedis Dextra Digiti I

Inspeksi: Terdapat luka dengan bentuk bulat


dengan ukuran diameter 3 cm dengan batas
tepi tegas, Slough (+), darah (-), nanah (-).
Palpasi: Teraba luka pada regio dextra,
teraba dingin, digiti pedis sulit digerakan/kaku

Regio Fascialis

Inspeksi: Terlihat spasme pada otot dahi,


alis, dan kelopak mata, terpasang
ventilator. Risus sardonikus(+)
Palpasi: Teraba spasme otot-otot wajah,
Trismus (+)
Spo2 : 95-98% On ventilator
Phillips score

1. Masa inkubasi : 10 -14 hari (2)


2. Lokasi infeksi : perifer distal (2)
3. Status proteksi : Tidak ada (10)
4. Faktor komplikasi : Penyakit minor
(2)

Total skor : 16 (severitas sedang)


Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 10.5 13 - 16

Leukosit 21,040 5,000 - 10,000

Hematokrit 32 40 - 48
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Trombosit 259,000 150.000 - 400.000

Natrium 138 135-145


LABORATORIUM
Kalium 3,7 3,5-5.0
7/03/2022
Chlorida 110 98 - 108

Ureum 51 10 - 50

Creatinine 0.9 0.5 - 1.5

eGFR 87 >=90

GDS 69 <200

HbA1C 5,4 <6,5%


Hasil Nilai Normal

PEMERIKSAAN pH 7,43 7,35-7,45


PENUNJANG pCO2 48 35-45

LABORATORIUM pO2 109 85-95

7/03/2022 O2 Saturasi 98,1 85-95

HCO3 31 21-25

Base Excess 7,9 -2,5 - +2,5

Total CO2 34 21-27


Hasil Nilai Normal

PEMERIKSAAN pH 7,23 7,35-7,45


PENUNJANG pCO2 75 35-45

LABORATORIUM pO2 85 85-95

8/03/2022 O2 Saturasi 94,3 85-95

HCO3 25 21-25

Base Excess 3,6 -2,5 - +2,5

Total CO2 33 21-27


Hasil Nilai Normal

GDS 123 <200

PEMERIKSAAN pH 7,50 7,35-7,45


PENUNJANG pCO2 41 35-45

LABORATORIUM pO2 194 85-95

9/03/2022 O2 Saturasi 99,4 85-95

HCO3 32 21-25

Base Excess 8,7 -2,5 - +2,5

Total CO2 33 21-27


RESUEME
Tn. S, 69 tahun, IGD RS Polri diantar oleh anaknya
dengan penurunan kesadaran 6 jam SMRS. Sebelumnya pasien
mengalami kejang sebanyak dua kali tipe kejang tonik umum diantara
kejang pertama dan kedua pasien tidak sadar dan mengalami gagal
nafas, keluhan lain seperti mual dan muntah disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan
tekanan darah, penurunan kesaaran, serta gagal nafas. Pada status
lokalis pada region pedis dekstra Terdapat luka dengan bentuk bulat
diameter 3 cm dengan batas tepi tegas, Slough (+) darah (-), nanah (-).
Pada palpasi teraba dingin dan digiti pedis sulit digerakan/kaku. Pada
regio fascialis terpasang ventilator dan terlihat spasme pada otot dahi,
alis, dan kelopak mata. Risus sardonikus (+), pada palpasi teraba
spasme otot-otot wajah, trismus (+)
DIAGNOSIS KERJA

Tetanus Grade IV
HHD

DIAGNOSIS BANDING

-
TATA LAKSANA
• IVFD RL
• Ventilator FIO2 60% jika tidak efektif  Trakeostomi
• Aminofluid 1000cc/hari
• TT 0,5 cc
• HTIG 5.000 IU
• Drip metronidazole 4x500 mg
• Drip Nicardipine 3 mg/Jam  dengan pantauan
• Inj diazepam 6x10 mg
• Spooling
• GV luka dengan H202
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP
Tanggal Assesmen Medis Rawat Inap

10/03/2022 S/ Pasien dalam keadaan penurunan kesadaran, spasme


otot (+)

O/ Keadaan umum: Tampak sakit Berat


Kesadaran : GCS 3T (E1M2VT)

TD : 160/90 mmHg
HR : 72x/menit
RR : 16x/menit
T : 36.6o C
Status Regio Pedis Dextra: Luka tertutup kassa,
rembesan(-), darah (-), nanah (-)
A/ Tetanus grade IV + HHD
FOLLOW UP
Tanggal Assesmen Medis Rawat Inap

11/03/2022 S/ Pasien dalam keadaan penurunan kesadaran, spasme


otot berkurang dari hari sebelumnya

O/ Keadaan umum: Tampak sakit Berat


Kesadaran : GCS 3T (E1M2VT)

TD : 140/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 16x/menit
T : 36.8o C
Status Regio Pedis Dextra: Luka tertutup kassa,
rembesan(-), darah (-)
A/ Tetanus grade IV + HHD
FOLLOW UP
Tanggal Assesmen Medis Rawat Inap

14/03/2022 S/ Pasien mulai sadar, respon (+), Bicara (-), Spasme


berkurang

O/ Keadaan umum: Tampak sakit Berat


Kesadaran : GCS 9T (E4M5VT)

TD : 120/80 mmHg
HR : 72x/menit
RR : 18x/menit
T : 36.8o C
Status Regio Pedis Dextra: Luka tertutup kassa,
rembesan(-), darah (-), nanah(-)
A/ Tetanus grade IV + HHD
FOLLOW UP
Tanggal Assesmen Medis Rawat Inap

15/03/2022 S/ Pasien mulai sadar, respon (+), Bicara (-), Spasme


berkurang, makan lewat oral (+)
Sudah boleh
pulang oleh
dokter Sp.S
O/ Keadaan umum: Tampak sakit Berat
Kesadaran : GCS 10T (E4M6VT)

TD : 120/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.8o C
Status Regio Pedis Dextra: Luka tertutup kassa,
rembesan(-), darah (-), Nanah (-)
A/ Tetanus grade IV + HHD
Tinjauan Pustaka
Definisi
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh toksin dari Clostridium
tetani. Pada kondisi anaerobika, seperti luka kotor dan nekrotik, basil yang ada di
mana-mana ini bisa menghasilkan tetanospasmin yang merupakan neurotoxin
yang sangat ampuh.
Tetanus toksin menghambat inhibitor neurotransmiter di sistem saraf pusat,
mengakibatkan kekakuan otot dan kejang yang merupaka ciri khas dari tetanus.
Kekakuan otot biasanya melibatkan rahang dan leher dan kemudian menjadi
umum.
Epidemiologi
• Tetanus merupakan permasalahan yang sering ditemukan di negara
berkembang, dimana 80% kasusnya terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.

• Selama 20 tahun terakhir, insiden tetanus telah menurun seiring dengan


peningkatan cakupan imunisasi.

• Namun, dengan bertambahnya umur kadar antitoksin antibody tetanus


semakin menurun, sehingga risiko lebih tinggi pada geriatric

• Pada dewasa umur 60 tahun, risiko tetanus sekitar tujuh kalinya


dibandingkan dengan umur 5-19 tahun.
Etiologi
• Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium
tetani

• Clostridium tetani merupakan organisme obligat


anaerob,

• Batang gram positif, dapat bergerak, ukuran nya kurang


lebih 0,4x6 µm.

• Mikroorganisme ini menghasilkan spora pada salah satu


ujung nya sehingga membentuk gambaran tongkat
penabuh drum atau seperti raket tennis.
Etiologi
• Spora juga relatif tahan terhadap fenol dan lainnya
agen kimia. Spora tersebar luas di tanah dan di usus
serta kotoran kuda, domba, sapi, anjing, kucing,
tikus, kelinci percobaan, dan ayam.

• Spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif dalam


suasana anaerob. Bentuk vegetatif ini yang
menghasilkan dua jenis eksotoksin, yaitu
tetanospasmin dan tetanolisin.

• Toksin tetanospasmin inilah yang menyebabkan


tetanus.
Jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani

• Luka-luka tembus pada kulit atau yang • Bekas irisan umbilicus pada bayi
menimbulkan kerusakan luas
  • Endometritis sesudah abortus septic
• Luka bakar tingkat 2 dan 3
• Abses gigi
• Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
• Mastoiditis kronis
• Luka-luka di bawah kuku
• Ruptur apendiks
• Ulkus kulit yang iskemik
• Abses dan luka yang mengandung
• Luka bekas suntikan narkoba bakteri dari tinja.
Patogenesis

Clostridium tetani menghasilkan dua


jenis toksin, yaitu tetanolysin dan
tetanospasmin.

Tetanospasmin adalah toksin yang


berperan dalam manifestasi klinis dari
tetanus
Klasifikasi
Tetanus lokal
• Tetanus lokal merupakan bentuk penyakit tetanus
yang ringan dengan angka kematian sekitar 1%.

• Gejala  kekakuan dan spasme yang menetap


disertai rasa sakit pada otot disekitar atau
proksimal luka.

• Tetanus lokal dapet berkembang menjadi tetanus


umum.
Klasifikasi
Tetanus sefal
• Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah oleh karena
luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.

• Masa inkubasi 1-2 hari.

• Gejala klinis  trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan


disfungsi nervus kranial.

• Jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum


dengan prognosis yang jelek.
Klasifikasi

Tetanus umum
• Gejala klinis  trismus, iritable, kekakuan leher, susah
menelan, kekakuan dada, dan perut (opisthotonus), fleksi-
abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum
• Timbul opistotonus  kaku kuduk, kaku leher, dan kaku
punggung.
• Tampak risus sardonikus karena kaku otot wajah dan
keadaan kekuan ekstremitas.
Klasifikasi

Tetanus neonatorum
• Karena adanya infeksi tali pusat  teknik pemotongan tali
pusat yang nonsteril dan ibu yang tidak mendapat imunisasi
yang adekuat.
• Gejala  ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, iritable
diikuti oleh kekakuan dan spasme.
• Posisi tubuh klasik; trismus, kekakuan pada otot punggung
menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal.
Manifestasi Klinis
• Riwayat adanya faktor trauma sebelumnya  luka yang dapat berkontaminasi
dengan tanah, kotoran binatang, logam berkarat.

• Bentuk yang paling umum  tetanus generalisata

• Ditandai  meningkatnya tonus otot dan spasme generalisata.

• Trias klinik: Rigiditas, spasme otot dan disfungsi otonomik (Berat).

• Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan membuka mulut  gejala awal
tetanus.

• Spasme otot masseter (trismus), spasme otot-otot wajah (risus sardonicus),


disfagia.

• Rigiditas tubuh  opistotonus dan gangguan respirasi


Diagnosis
Anamnesis tentang riwayat terluka yang terkontaminasi namun 20% dapat tanpa riwayat luka,
adanya riwayat imunisasi yang tidak lengkap, luka adanya kelainan yang dapat menjadi tempat
masuknya kuman tetanus trismus, risus sardonikus, kaku kuduk, opistotonus, perut keras seperti papan
atau kejang tanpa gangguan kesadaran, cukup untuk menegakkan diagnosis tetanus.
Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan uji spatula, dilakukan dengan menyentuh dinding
posterior faring menggunakan alat dengan ujung yang lembut dan steril. Hasil tes positif jika
terjadi kontraksi rahang involunter (menggigit spatula) dan hasil negatif berupa refleks muntah.
Derajat Tetanus
Diagnosis Banding
Penyakit Gambaran diferensial
INFEKSI  
Meningoensefalitis Demam, trismus tidak ada, penurunan kesadaran, cairan
  serebrospinal abnormal.
 Polio  Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid,
 Rabies  Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.
 Lesi orofaring  Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh
  tubuh tidak ada
PENYAKIT SISTEM SARAF PUSAT  
Status epileptikus  Penurunan kesadaran.
  Perdarahan atau tumor (SOL)  Trismus tidak ada, penurunan kesadaran
 
Tatalaksana
Prinsip penatalaksanaan tetanus
1. Membuang sumber tetanospasmin
2. Menetralisasi toksin yang bersirkulasi
3. Perawatan penunjang (suportif) sampai tetanospasmin yang berikatan
dengan jaringan telah habis dimetabolisme.
1. Membuang Sumber Tetanospamin

• Menghilangkan sumber toksin dengan debridemen/pembersihan luka dan jaringan nekrotik serta
pemberian antibiotic ditunjukkan untuk memberantas kuman bentuk vegetative.

• Metronidazole oral/IV 500 mg tiap 6 jam (30mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis) selama 7-10 hari

• Penicillin G 100.000 U/kgBB/hari (dibagi menjadi 4 dosis) selama 7-10 hari


2. Menetralisir toksin yang bersirkulasi

• Human tetanus immunoglobulin (HTIG) diinjeksikan intramuskuler dengan dosis berkisar antara
3000-6000 unit

• Sedangkan dosis pada bayi adalah 500 unit

• Bila tidak tersedia maka digunakan ATS dengan dosis 100.000- 200.000 unit diberikan 50.000 unit
intramuskular dan 50.000 unit intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit
intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga.

• Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberi immunisasi aktif dengan toksoid
3. Perawatan penunjang (suportif)

• Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.

• Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval 2-4
jam sesuai gejala klinis.

• Untuk usia <2 thn adalah 8 mg/kgBB/hari oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam

• Phenobarbital diberikan dengan dosis 120-200 mg intravena, dan diazepam dapat


ditambahkan terpisah dengan dosis sampai 120 mg/hari.

• Chlorpromazine diberikan setiap 4-8 jam dengan dosis dari 4-12 mg bagi bayi sampai 50-150
mg bagi dewasa.
DEBRIDEMENT LUKA
Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda asing dari dalam luka
untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya. Jaringan mati bisa berupa pus, krusta, eschar
(pada luka bakar), atau bekuan darah.Debridement harus dilakukan karena:

1. Jaringan mati akan mengganggu penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi dan
menimbulkan bau.
2. Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi penyembuhan dengan
menciptakan milieu luka yang optimal.
3. Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen trombosit yang akan
mengawali fase penyembuhan luka. Platelet-derived Growth Factor (PDGF) dan
Transforming Growth Factor-B (TGF-B) dalam granula alfa trombosit mengendalikan
penyembuhan luka selama fase inflamasi.
DEBRIDEMENT LUKA
Terdapat beberapa jenis teknik debridement :
1. Surgical debridement (sharp debridement)
2. Mechanical debridement :
a. Wet-to-dry dressing, di mana kassa lembab ditutupkan di atas luka dan dibiarkan
mengering. Jaringan nekrotik akan ikut terangkat saat kassa diangkat. Kekurangan
metode ini adalah :
- Sangat menyakitkan
- Perdarahan
- Merusak jaringan epitel regeneratif yang baru terbentuk.
b. Irigasi dengan saline bertekanan tinggi lebih menguntungkan karena tidak
menyakitkan dan tidak merusak jaringan.
DEBRIDEMENT LUKA
3. Chemical debridement :
a. Dengan aplikasi obat-obat mengandung enzim proteolitik (misalnya collagenase)
yang akan melisiskan jaringan nekrotik.
b. Dengan aplikasi balutan yang akan melunakkan jaringan nekrotik (misalnya
pembalut yang mengandung hydrogel atau hydrocolloid dan alginate atau
cellulose). Jaringan nekrotik yang sudah lunak kemudian diangkat secara manual.
Cara ini kurang efisien karena memerlukan waktu lebih lama.

4. Biological debridement  Terapi larva, yang dipergunakan adalah larva Lucilia


sericata (greenbottle fly).Larva diaplikasikan pada luka. Larva dibiarkan mencerna
jaringan nekrotik dan bakteri, serta meninggalkan jaringan sehat.
Komplikasi
 Laringospasme (spasme pita suara) dan spasme pada otot-otot pernapasan yang
menyebabkan gangguan pernapasan.

 Fraktur pada tulang belakang atau tulang panjang bisa terjadi karena kontraksi yang
berkelanjutan serta kejang-kejang.

 Hiperaktivitas yang terjadi pada sistem saraf otonom dapat menyebabkan hipertensi
atau irama jantung abnormal.

 Aspirasi penumonia adalah komplikasi lanjut dari tetanus


Prognosis

Prognosis tetanus tergantung berat penyakit dan fasilitas pengobatan yang tersedia. Jika tidak
diobati, mortalitasnya lebih dari 60% dan lebih tinggi pada neonatus. Di fasilitas yang baik, angka
mortalitasnya 13% sampai 25%. Hanya sedikit penelitian jangka panjang pada pasien yang berhasil
selamat. Pemulihan tetanus cenderung lambat namun sering sembuh sempurna, beberapa pasien
mengalami abnormalitas elektroensefalografi yang menetap dan gangguan keseimbangan, berbicara, dan
memori.
Phillips score
• Score <9 Severitas Ringan
• Score 9-18 Severitas sedang
• Score > 18 Severitas berat
Dakar score
• 0-1, severitas ringan dengan mortalitas 10%;
• 2-3, severitas sedang dengan mortalitas 10-20%;
• 4, severitas berat dengan mortalitas 20-40%;
• 5-6, severitas sangat berat > 50%
Pencegahan
Jadwal imunisasi aktif terhadap tetanus:
• Bayi dan anak normal: imunisasi DPT usia 2,4,6 dan 15, 18 bulan. Dosis ke5 diberikan usia 4-6
tahun. Sepuliuh tahun setelahnya ( usia 14-15 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10
tahun sekali.

• Bayi dan anak normal sampai usia 7 tahun yang tidak diimunisasi pada masa bayi awal: DPT
diberikan pada kunjungan pertama, kemudian 2 dan 4 bulan setelah injeksi pertama. Dosis ke-4
diberikan 6-12 bulan setelah injeksi pertama. Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.sepuluh
tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Pencegahan
• Usia lebih dari 7 tahun yang berlum pernah diimunisasi: Imunisasi dasar terdiri dari 3 injeksi TT yang
diberikan pada kunjungan pertama, 4-8 minggu setelah injeksi pertama, dan 6-12 bulan setelah injeksi
kedua. Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali.  

• Ibu hamil yang belum pernah diimunisasi: Wanita hamil yang belum pernah diimunisasi harus menerima 2
dosis injeksi TT dengan jarak 2 bulan (lebih baik pada 2 trimester terakhir). Setelah bersalin, diberikan
dosis ke-3 yaitu 6 bulan setelah injeksi ke-2 untuk melengkapi imunisasi Injeksi TT diulang setiap 10 tahun
sekali. Apabila ditemukan neonatus lahir dari ibu yang tidak pernah diimunisasi tanpa perawatan obstetrik
yang adekuat, neonatus tersebut diberikan 250 IU human tetanus immunoglobulin. Imunitas aktif dan pasif
untuk ibu juga harus diberikan.
Terimakasih
Daftar Pustaka
1. Azhali MS, et al. 2005. Penyakit Infeksi dan Tropis Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan anak Edisi 3,
209-213. Bandung: FKUP/RSHS.
2. Berkowitz A.L., Tetanus, Butulism, and Diphtheria. In Neuroinfectious disease. Continuum. Lifelong Learning in
Neurology, October, 2018, Vol. 24 No.5
3. Centers for disease control and preventim ( CDC ). Tetanus.2013
4. Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al. 2003. Management and prevention of tetanus.
Niger J Paed, 13(3):139-54.
5. Ropper A.H., Samuels M.A., Klein J.P., Adams and Victor, Principles of Neurology, tenth ed. Mc Graww Hill, 2014
1215-12217, 1500-1501
6. Standart kompetensi spesialis saraf 2015, KNI PERDOSSI
7. Thwaites CL, Yen LM. Tetanus. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, Kochanek PM, editors. Textbook of Critical Care.

5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.p.1401-4.


Copywriting icon pack
Alternative resources
Photos
● Afroamerican man looking away
● Close-up female writing in journal
● Side view entrepreneur working
● Front view of happy man writing
● Close-up young entrepreneur working
● Close-up woman writing in journal
● Model wearing suspenders accessory
● Books and imagination still life
● Front view of desk with stacked books
Resources
Photos Vectors
● Male model with curly hair ● Technology devices set
● Medium shot woman writing ● Flat design book logo collection
● Entrepreneur writing in agenda ● Ink brush stroke collection
● Shot woman writing ● Ink brush stroke collection
● Woman holding notebook
● Poetry day event poster template Icons
● Event banner template
● World poetry day landing page ● Copywriting icon pack
● Poetry day landing page template
Instructions for use
In order to use this template, you must credit Slidesgo by keeping the Thanks slide.

You are allowed to:


- Modify this template.
- Use it for both personal and commercial projects.

You are not allowed to:


- Sublicense, sell or rent any of Slidesgo Content (or a modified version of Slidesgo Content).
- Distribute Slidesgo Content unless it has been expressly authorized by Slidesgo.
- Include Slidesgo Content in an online or offline database or file.
- Offer Slidesgo templates (or modified versions of Slidesgo templates) for download.
- Acquire the copyright of Slidesgo Content.

For more information about editing slides, please read our FAQs or visit Slidesgo School:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Instructions for use (premium users)
As a Premium user, you can use this template without attributing Slidesgo or keeping the "Thanks" slide.

You are allowed to:


● Modify this template.
● Use it for both personal and commercial purposes.
● Hide or delete the “Thanks” slide and the mention to Slidesgo in the credits.
● Share this template in an editable format with people who are not part of your team.

You are not allowed to:


● Sublicense, sell or rent this Slidesgo Template (or a modified version of this Slidesgo Template).
● Distribute this Slidesgo Template (or a modified version of this Slidesgo Template) or include it in a database or in
any other product or service that offers downloadable images, icons or presentations that may be subject to
distribution or resale.
● Use any of the elements that are part of this Slidesgo Template in an isolated and separated way from this
Template.
● Register any of the elements that are part of this template as a trademark or logo, or register it as a work in an
intellectual property registry or similar.

For more information about editing slides, please read our FAQs or visit Slidesgo School:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Fonts & colors used

This presentation has been made using the following fonts:

Fraunces
(https://fonts.google.com/specimen/Fraunces)

Barlow
(https://fonts.google.com/specimen/Barlow)

#595959 #eeeeee #99a296 #4b4a48

#d2d4c2 #f4f1de #ffffff #646a62


Storyset

Create your Story with our illustrated concepts. Choose the style you like the most, edit its colors, pick
the background and layers you want to show and bring them to life with the animator panel! It will boost
your presentation. Check out How it Works.

Pana Amico Bro Rafiki Cuate


Use our editable graphic resources...

You can easily resize these resources without losing quality. To change the color, just ungroup the resource
and click on the object you want to change. Then, click on the paint bucket and select the color you want.
Group the resource again when you’re done. You can also look for more infographics on Slidesgo.
JANUARY FEBRUARY MARCH APRIL MAY JUNE

PHASE 1

Task 1

Task 2

PHASE 2

Task 1

Task 2

JANUARY FEBRUARY MARCH APRIL

PHASE
1

Task 1

Task 2
...and our sets of editable icons

You can resize these icons without losing quality.


You can change the stroke and fill color; just select the icon and click on the paint bucket/pen.
In Google Slides, you can also use Flaticon’s extension, allowing you to customize and add even more icons.
Educational Icons Medical Icons
Business Icons Teamwork Icons
Help & Support Icons Avatar Icons
Creative Process Icons Performing Arts Icons
Nature Icons
SEO & Marketing Icons

Anda mungkin juga menyukai