Anda di halaman 1dari 8

COVER

LEMBAR PENGESAHAN
A. PENGERTIAN
I. Definisi
Skizofrenia (schizophrenia; dibaca “skit-se-fri-nia”) adalah salah satu
gangguan jiwa berat yang dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku
individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan psikosis yang terutama
ditandai denga dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya
daya tilik diri [insight] (Sadock et al., 2014 dalam Surya dan Ratri, 2018). Istilah
skozofrenia berasal dari bahsa Yunani yaitu schizo (split/perpecahan) dan phren
(jiwa). Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan terpecahnya atau
terfragmentasinya pikiran individu dengan gangguan ini. Istilah skizofrenia tidak
menunjukan beragamnya kepribadian pada individu (multiple personality)
[Sadock et al., 2014].
Skizofrenia ialah penyakit yang berpengaruh terhadap pola fikir, tingkat
emosi, sikap, dan kehidupan sosial. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa
bisa ditandai dengan penyimpangan realistis, penarikan diri dari interaksi sosial,
persepsi serta pikiran, dan kognitif (Stuart, 2013 dalam F. Mellia, 2020).
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini
disebabkan oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor
sel-sel otak, dan kelainan otak struktural, dan bukan karena alasan psikologis.
Pasien akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang
tidak normal, memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan
kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari. Beberapa pasien bersifat
rentan dan mencoba atau melakuakn tindakan bunuh diri.tingkat kekambuhannya
sangat tinggi jika tidak dilakukan tindakan pengobatan dan perawatan yang tepat.
Menurut WHO, pada tahun 2012 sebanyak hampir 1% penduduk di dunia
pernah menderita skizofrenia pada usia 15-35 tahun. Laki-laki memiliki tingkat
kejadian lebih tinggi di bandingkan wanita dengan perbandingan 1,4 banding 1.
Dari data tersebut kita tahu, bahwa Skizofrenia adalah penyakit mental yang akan
memengaruhi masa depan penderita.
Peran keluarga menjadi faktor penting dalam upaya penyembuhan klien dengan
Skizofrenia. Keluarga juga mempunyai fungsi suportif emosional dalam
meningkatkan dukungan moral terhadap pasien skizofrenia. Adanya fungsi
suportif emosional dari keluarga, memungkinkan pasien dengan skizofrenia dapat
beraktifitas dan memenuhi kebutuhan aktifitasnya secara optimal. Salah satu
penyebab kekambuhan adalah kelaurga yang tidak tahu cara menangani perilaku
pasien di rumah. Asuhan keperawatan pasien skizofrenia, selain pemberian obat-
obatan, keluarga juga ikut berpartisipasi dalam penyembuhan karena keluarga
merupakan pendukung utama dalam merawat pasien (Bagus Laksono, dkk, 2019).

II. Tanda dan gejala


a. Gejala positif/gejala akut
Merupakan pikiran dan indera yang tidak biasa, bersifat surreal, yang
mengarah ke prilaku pasien tidak normal. Gejala-gejala ini bisa kambuh
sebagai berikut :
 Delusi : memiliki keyakkinan yang kuat terhadap suatu hal tanpa
dasar yang jelas, tetap teguh walaupun bukti menyatakan
sebaliknya dan tidak bisa dikoreksi dengan logika dan akal sehat,
misalnya berfikir bahwa dirinya dianiaya, seseorang sedang
mengendalikan pikiran dan perilakuknya, atau berfikir bahwa
orang lain sedang membicarakannya.
 Halusinasi : pasien merasakan sesuatu yang sangat nyata, yang
sebenarnya tidak ada, misalnya melihat beberapa gambar yang
tidak bisa dilihat orag lain, mendengar suara atau sentuhan yang
tidak ada.
 Gangguan pikiran : pikiran tidak jelas, kurangnya kontinuitas dan
logika, bicara dengan tidak teratur, berbicara dengan dirinya
sendiri atau berhenti berbicara secara tiba-tiba.
 Perilaku aneh : Berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau
tertawa secara tidak terduga atau bahkan berpakaian dengan cara
yang aneh.
b. Gejala negatif/gejala kronis, lebih sulit dikenali dari pada gejala positif
dan biasanya menjadi lebih jelas setelah berkembang menjadi gejala
positif. Jika kondisinya memburuk, kemampuan kerja dan perawatan diri
pasien akan terpengaruh. Gejala-gejala ini antara lain :
 Penarikan sosial : menjadi tertutup, dingin, terasing dari orang lain,
dll.
 Kurangnya motivasi ; hilangnya minat terhadap hal-hal sekitarnya,
bahkan kebersihan pribadi dan perawatan diri.
 Berpikir dan bergerak secara lambat.
 Ekspresi wajah datar.

First-Rang Symptoms menurut Kurt Schneider :

a. Pikiran yang terdengar (Audible Thought), halusinasi auditorik dari suara


seseorang yang disampaikan dengan suara keras.
b. Suara yang berdebat atau berdiskusi (Voices arguing or discussing), halusinasi
auditorik dari dua atau lebih suara yang berdebat atau berdiskusi, biasanya
tentang pasien yang mengalami halusinasi.
c. Suara yang mengomentari perlaku pasien (Voices commenting on patient’s
actions), halusinasi auditorik yang mengomentasi perilaku pasien.
d. Pasivitas somatik (Somatic Passivity), halusinasi taktil atau viseral yang
dipaksakan oleh penyebab di luar diri pasien, dapat merupakan kombinasi
beberapa halusinasi somatik.
e. Penarikan pikiran (thought withdrawal), sensai pikiran yang secara aktif
diambil atau dipindahkan dari benak pasien.
f. Sisi pikir (Thought insertion), pikiran dimasukkan dalam benak seseorang
oleh agen di luar dirinya.
g. Siar pikir (Thought broadcasting), individu merasa pikirannya dapat didengar
oleh orang lain, dapat dirasakan seperti telepati.
h. Perasaan yang dibuat (mode feeling), perasaan yang dipaksakan oleh agen di
luar dirinya.
i. Impuls atau dorongan yang dibuat (made impulses or drives), impuls atau
dorongan yang dirasakan individu yang dipaksakan oleh agen dari luar.
j. Perilaku sehari-hari yang dibuat (made valitional acts), perilaku indivu yang
berasal dan dikontrol luar dirinya, invidu pasif dalam perilaku tersebut.
k. Persepsi waham (delusionala perseption), persepsi yang unik dan bermakna
idiosinkratis menyebabkan munculnya waham.

III. Penyebab
Faktor yang menyebabkan skizofrenia menurut (Yosep, 2010) :
a. Keturunan, dibuktikan oleh penelitian tentang keluarga yang menderita
gangguan jiwa pada seorang anak yang mengalami kembar namun satu telur,
dan anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia.
b. Endokrin, menjelaskan bahwa skizofrenia timbul pada waktu pubertas.
c. Metabolisme, pada teori ini dilihat dari wajah klien yang terlihat pucat, nafsu
makan yang menurun, dan BB berkurang.
d. Susunan saraf pusat, penyebab yang diarahkan pada kelainan sususan saraf
pusat.
e. Disebebkan karena penyakit badaniyah yang sampai saat ini belum ditemukan
adanya kelainan baik patologis, anatomis, maupun fisiologis dari teori Adolf
Meyer.
f. Teori Sigmund Freud, adanya kelemahan ego yang disebabkan psikogenik
atau somatik.

Dikutip dari buku kedokteran berjudul Sinopsis Skizofrenia, terdapat beberapa


etiologi sebagai berikut :

a. Genetik
Studi genetik yang dilakukan pada kembar monozigot menunjukan bahwa
kejadian skizofrenia terjadi sebesar 40-50% jika kembarannya juga menderita
skizofrenia. Pada kembar dizigot, angka ini turun menjadi 10-15%. Studi
genetika menunjukan adanya predispoisisi genetik yang kuat pada skizofrenia
(Kringlen, 2000; Cardno et al., 1999; Cannon et al.,1998).
b. Infeksi dan inflamasi
Infeksi diperkirakan berperan pada munculnya respon imun dari ibu yang
disalurkan ke janin melalui plasenta sehingga memengaruhi perkembangan
otak dalam kandungan. Transfer respon imun dari ibu ke janin menyebabkan
gangguan pada sawar darah otak dan masuknya antibodi yang memiliki reaksi
silang dengan protein sistem saraf pusat. Proses tersebut menyebabkan
gangguan pada perkembangan sistem saraf pusat janin. Infeksi pada awal
masa anak-anak juga menyebabkan terjadinya proses inflamasi yang
memengaruhi perkembangan otak bayi dan akan untuk menimbulkan
kerentanan munculnya skizofrenia dan gangguan jiwa lain dikemudian hari
(Benros et al., 2011).
c. Faktor resiko lain
Pemberian infus delta-9-tetrahydrocannabinol menimbulkan gejala psikosis
pada pasien dengan atau tanpa skizofrenia
d. Neurotransmiter
e. Dopamin
f. Glutamat
g. Serotonin
h. GABA
i. Sistem Kaligernik
j. Sistem Adrenergik
IV. Akibat Masalah Utama
B. PROSES TERJADINYA SECARA MEDIS/TEORI
I. Patofisiologi
II. Komplikasi
III. Penatalaksanaan
C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
I. Data Objektif
II. Data Subjektif
D. POHON MASALAH
E. DIAGNOSE
F. RENCANA KEPERAWATAN
G. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai