PSIKOSIS
Laporan Pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Di Susun Oleh :
Ismi Mauliah
C.0105.19.012
TAHUN 2022
Page | 1
I. Pengertian Gangguan Psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak
mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik adalah
gangguan kejiwaan yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh.
II. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap
menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah
dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan
diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan
banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak
diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di
jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala
psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian
orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk
gangguan psikotik singkat.
III. Patofisiologi dan Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik
singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan
gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan
mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak
diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan
psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis,
seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien
dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan
penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari
semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.
Page | 2
Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh
diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif
pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis
yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil
untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood
Page | 3
dengan penelitian berbagai macam obat –obatan yang bekerja pada
susunan saraf. Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan
perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif.
b. Faktor Psikologik
1) Hubungan Intrapersonal
a) Inteligensi.
b) Keterampilan
c) Bakat dan minat.
d) Kepribadian.
2) Hubungan Interpersonal
a) Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya.
b) Orang tua yang over protektif.
c) Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
d) Peran ayah dalam keluarga.
e) Persaingan antar saudara kandung.
f) Kelahiran anak yang tidak diharapkan.
c. Faktor Sosio – Agama
1) Pengaruh Rasial
Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara
Eropa.
2) Golongan Minoritas
Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang
yang menderita penyakit HIV.
3) Masalah Nilai – Nilai yang Ada dalam Masyarakat.
4) Masalah Ekonomi
Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu
menganiyaya anaknya.
5) Masalah Pekerjaan.
6) Bencana Alam.
7) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter
agama. Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami
seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang tuanya.
Page | 4
Page | 5
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya).
2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien), misalnya, pasien percaya
bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi
atau merasa diamati atau diawasi oleh orang lain.
3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar).
4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi).Keadaan emosional
yang labil dan ekstrim (iritabel).
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
1) Epilepsi.
2) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol.
3) Febris karena infeksi.
4) Demensia dan delirium atau keduanya.
5) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia
dan gangguan psikotik kronik lain.
6) Jika terlihat gejala maniak (suasana perasaan meninggi, percepatan
bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin
sedang mengalami suatu episode maniak.
7) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang
mengalami depresi.
b. Psikotik Kronik
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada.
1) Penarikan diri secara sosial.
2) Minat atau motivasi rendah dan pengabaian diri.
3) Gangguan berpikir (pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh).
4) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan
kebersihan.
Page | 6
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
1) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.
2) Melaporkan bahwa individu mendengar suara – suara.
3) Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti memiliki
kekuatan supranatural, merasa dikejar – kejar, merasa menjadi
orang hebat atau terkenal.
4) Keluhan fisik yang tidak biasa atau aneh seperti merasa ada
hewan atau objek yang tak lazim di dalam tubuhnya.
5) Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran.
Page | 7
2. Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:
a) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien.
b) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum,
eliminasi dan kebersihan).
c) Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera.
3. Konseling pasien dan keluarga
a) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan
dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban
dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien.
b) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan
kontak dengan stresor.
c) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari
setelah gejala membaik.
4. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
a) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik,
haloperidol 2 – 5 mg, 1 – 3 kali sehari, atau Chlorpromazine
100 – 200 mg 1 – 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah
mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa
pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
b) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan
neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya :
lorazepam 1 – 2 mg, 1 – 3 kali sehari).
c) Obat antipsikotik selama sekurang – kurangnya 3 bulan
sesudah gejala hilang.
Page | 8
a) Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi).
b) Antisipasi kekambuhan.
c) Penanganan psikosis akut.
d) Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah
kekambuhan.
e) Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan
rehabililtasi pasien.
f) Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang
berarti bagi pasien dan keluarga.
2. Konseling pasien dan keluarga
a) Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien.
b) Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal
dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.
c) Kurangi stress dan kontak dengan stres.
3. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
1) Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik :
a) Haloperidol 2-5 mg 1 – 3 kali sehari
b) Chlorpromazine 100-200 mg 1 – 3 kali sehari
Dosis harus serendah mungkin hanya untuk menghilangkan
gejala, walaupun beberapa pasien mungkin membutuhkan
dosis yang lebih tinggi.
2) Obat anti psikotik diberikan sekurang – kurangnya 3 bulan
sesudah episode pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah
episode berikutnya.
3) Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang
disuntikkan jika pasien gagal untuk minum obat oral.
4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul
a) Kekakuan otot (distonis dan spasme akut) yang dapat diatasi
dengan obat anti parkinson atau benzodiazepine yang
disuntikkan
b) Kegelisahan motorik yang berat (akatisia) yang dapat diatasi
dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta – bloker.
Page | 9
c) Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson
(antara lain trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak
belladonna 10 – 20 mg 3 X sehari, diphenhydramine 50 mg 3 X
sehari).
A. Pengertian
Page | 10
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat
membahayakan orang lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional
dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Berkawi,1993 dalam Depkes 2000).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami
perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan
termasuk orang lain (Maramis, 1998).
B. Etiologi
Menurut Budiana Keliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisi dari
perilaku kekerasan adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Psikologi
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi
dan mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter.
2. Faktor presipitasi
Yaitu faktor yang bersumber:
a. Klien, misalnya : kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri kurang.
Page | 11
b. Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau
pekerjaan dan kekerasan.
c. Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik
C. Manifestasi Klinik
a. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
b. Fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah
c. Intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d. Spiritual
Kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan kreativitas terhambat
e. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor (Budiana Keliat, 2000)
Page | 12
j. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol
impuls)
Stressor
F. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan
1) Berteriak, menjerit, memukul
Terima kemarahan klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal dan kasu.
2) Cari gara-gara
Bantu klien melakukan relaksasi. Misalnya latihan fisik maupun
oahraga. Latihan pernapasan 2kali/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan
hembusan nafas.
Page | 13
(Keliat, 2002)
Terapi medis
1) Clorpimazine (CPZ)
Untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan,kebingungan insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, maniak,
depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.cara
pemberian perroral atau intra muskular.
2) Haloperidol
Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan
dewasa. Kontraindikasi: depresi saraf pusat. Penyakit parknson,
mengantuk, tremor, letih, lesu, gelisah, gejala ekstra piramidal.
3) Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin)
Untuk gejala skizofrenia
G. Pengkajian
1. Factor predisposisi
a. Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis)
b. Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan aniaya fsik
c. Tindakan anti social
d. Penyakit yang pernah diderita
e. Gangguan jiwa di masa lalu
f. Pengadaan sebelumnya
1) Aspek psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis klien. Sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi jiwa amuk adalah: penolakan dan kekerasan
dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia anak-anak yang
tidak adekuat misalnya tidak ada kasih saying, diwarnai
kekerasan dalam keluarga merupakan resiko gangguan jiwa
amuk.
2) Aspek social budaya
Page | 14
Kemiskinan, konflik social budaya, kehidupan terisolasi,
disertai stress yang menumpuk, kekerasan dan penolakan.
3) Aspek spiritual
Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.
2. Factor fisik
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis,
pendidikan dan pekerjaan.
b. Keturunan
Adalah penyakit keluarga yang sama dengan klien atau gangguan
jiwa lainnya, jika ada sebutkan.
c. Proses psikologis
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah sakit atau kecelakaan, apakah sakit
tersebut mendadak / menahun dan meninggalkan cacat.
2) Bagaimana makan dan minum klien
3) Istirahat tidur
4) Pola BAB/BAK
5) Latihan
6) Pemeriksaan fisik
Fungsi system, seperti pernafasan, kardiovaskuler,
gastrointestinal, genitourinary, integument dan paru udara.
Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, factor
tubuh (kaku, lemah, rileks, lemas)
3. Factor Emosional
Klien merasa tidak aman, mersa terganggu, dendam, jengkel.
4. Faktor Mental
Cenderung mendiminasi, cerewet, kasar, meremehkan dan suka
berdebat.
5. Latihan
Menarik diri, pengasingan, penonalakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
Page | 15
H. Masalah Keperawatan
Diagnose 1 : Resiko Perubahan Perilaku kekerasan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku
kekerasan
e. Klien dapat menggunakan oabt dengan benar (sesuai dengn
program)
3. Strategi Pelaksanaan
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bia dilakukan
5. Mengajarkan cara mengontrol PK dengan napas dalam
6. Melatih cara mengontrol PK dengan napas dalam
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
SP 2
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih klien cara control PK fisik (memukul
bantal/Kasur/konversi energy)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
SP 3
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara control PK dengan verbal
(meminta,menolak dan mengungkapkan marah dengan
baik)
Page | 16
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP 4
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien dengan spiritual (berdoa) dan napas dalam
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP 5
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara control PK dengan minum obat
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Page | 17
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT: RESIKO
PERUBAHAN PERILAKU KEKERASAN
Page | 18
TUK 2 Setelah … kali interaksi klien 1. Beri kessempatan
Klien dapat dapat mengidentifikasi kepada klien untuk
mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan mengungkapkan
penyebab perilaku dengan KH perasaan
kekerasan 1. Klien mampu 2. Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan
perasaannya penyebab perasaan
2. Klien dapat jengkel/kesal
mengungkapkan
penyebab perasaan
marah dari
lingkungan/orang lain
TUK 3 Setelah … kali interaksi klien 1. Bicarakan akibat
Klien dapat dapat mengidentifikasi akibat dan cara yang
mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan dilakukan klien
dari perilaku kekerasan 1. Klien dapat 2. Bersama klien
menjelaskan akibat dari menyimpulkan
PK akibat cara yang
- Terhadap klien digunakan oleh
Page | 19
sendiri klien
- Terhadap orang 3. Tanya pada klien
lain apakah ia ingin
- Terhadap mempelajari cara
lingkungan yang baru dan yang
sehat
TUK 4 Setelah … interaksi klien 1. Bantu klien
Klien dapat dapat mencegah /mengontrol memilih cara yang
menyebutkan cara perilaku kekerasannya dengan paling tepat untuk
mencegah / mengontrol KH mengontrol PK
perilaku kekerasan 1. Klien dapat 2. Bantu klien
menyebutkan contoh mengidentifikasi
pencegahan perilaku manfaat/cara yang
kekerasan secara telah dipilih
- Fisik : Tarik napas 3. Beri pujian positif
dalam, olahraga/ atas keberhasilan
pukul bantal klien
- Verbal : menstimulasikan
mengatakan secara cara tersebut
Page | 20
langsung dengan 4. Anjurkan klien
tidak menyakiti untukmenggunakan
2. Klien dapat cara yang dipelajari
mendemonstrasikan saat jengkel/marah
cara fisik menarik
napas dalam maupun
memukul bantal untuk
mencegah perilaku
kekerasan
Page | 21
(jenis,waktu,dosis,efek) obat tanpa seijin
2. Klien dapat minum dokter
obat sesuai program 3. Jelaskan prinsip
pengobatan benar minum obat
(baca nama obat
yang tertera pada
kemasan obat,
dosis, waktu dan
cara pemberian)
4. Anjurkan klien
minum obat tepat
waktu
5. Anjurkan klien
melaporkan kepada
perawat / dokter
jika merasakan
efek yang tidak
menyenangkan
6. Beri pujian jika
Page | 22
klien minum obat
dengan benar
Page | 23
J. Tindakan keperawatan
Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa
tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.
1. Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah di lakukannya
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang di lakukannya
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan
perilaku kekerasan
f) Pasien dapat mencegah/ mengendalikan perilaku
kekerasannya secara fisik, spiritual, social dan dengan
terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan
Page | 24
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara fisik
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara psikologis
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara social
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan
secara spiritual
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara intelektual
d) Mendiskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan
yang biasa di lakukan pada saat marah :
Verbal
Terhadap orang lain
Terhadap diri sendiri
Terhadap lingkungan
e) Mendiskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan
yang ia lakukan
f) Mendiskusikan bersama pasien cara mengendalikan
perilaku kekerasan yaitu dengan cara berikut :
Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam
Obat
Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa
marahnya
Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien
g) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik :
Latihan napas dalam dan pukul/ bantal
Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal
h) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara social/ verbal :
Membantu mengungkapkan rasa marah secara
Page | 25
verbal :menolak dan meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal
i) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual :
Membantu pasien mengendalikan marah secara
spiritual : kegiatan ibadah yang biasa di lakukan
Membuat jadwal latihan ibadah dan berdoa
j) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan
patuh minum obat :
Membantu pasien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama
obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar
obat) di sertai penjelasan mengenai keguanaan obat
dan akibat berhenti
Susun jadwal minum obat secara teratur.
(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas,
2012)
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan keperawatan:
Keluarga dapat merawat pasien dirumah.
Tindakan keperawatan:
a) Mendiskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
b) Mendiskusikan bersama keluarga tentan perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat
dari perilaku tersebut)
c) Mendiskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda/orang lain.
d) Membantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku
Page | 26
kekerasan.
e) Menganjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
f) Mengajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien
jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
g) Mendiskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan jika pasien menunjukan gejala-gejala perilaku
kekerasan
h) Membuat perencanaan bersama keluarga.
(Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012)
K. Evaluasi
Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan
perawat.Berikut merupakan table evaluasi pada pasien dengan perilaku
kekerasan (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012)
Page | 27
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Boyd MA, Nihart MA. 1998. Psydiatric Nursing : Contemporary Prctice
Philadelphia Publisher.
Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.
Keliat B,A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Bandung : RSJD Bandung.
Stuart GW & Sudeed SJ. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.
Page | 28
Page | 29