Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

I. MASALAH UTAMA
Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
 Waham menurut Kaplan & Sadock (2014), adalah kepercayaan yang
salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas eksterna,
tidak konsisten dengan latar belakang intelegensi dan budaya pasien; tidak
dapat dikoreksi dengan penalaran.

B. Etiologi
Penyebab gangguan waham tidak diketahui. Pasien saat ini digolongkan
mengalami sekelompok keadaan heterogen dengan waham sebagai gejala
yang menonjol. Konsep utama mengenai penyebab gangguan waham adalah
perbedaannya dengan skizofrenia dan gangguan mood. Gangguan waham
jauh lebih jarang dari pada skizofrenia maupun gangguan mood, awitannya
lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi perempuan kurang nyata
daripada gangguan mood. Data yang paling meyakinkan berasal dari studi
keluarga yang melaporkan peningkatan prevalensi gangguan waham dan ciri
kepribadian (curiga, cemburu dan suka berahasia). ( Kaplan dan Sadock’s.
2014)

1. Faktor predisposisi (Kaplan & Sadock, 2014)


a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya , sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan atau kesepian akan menyebabkan
timbulnya waham.

1
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.

d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
Substansi dan keadaan medis nonpsikiatri, termasuk faktor biologis
yang nyata dapat menyebabkan waham tetapi tidak setiap penderita
tumor otak mempunyai waham. Keadaan neurologis yang paling sering
disertai waham adalah keadaan yang mengenai sistem limbik dan
ganglia basalis. Pasien yang wahamnya disebabkan penyakit
neurologis, tanpa gangguan intelektual cenderung mengalami waham
kompleks yang serupa dengan penderita gangguan waham, sebaliknya
penderita gangguan neurologis dengan gangguan intelektual sering
mengalami waham sederhana tidak seperti waham pada pasien dengan
gangguan waham. Oleh karena itu, gangguan waham dapat melibatkan
sistem limbik atau ganglia basalis pada pasien yang mempunyai fungsi
korteks cerebri infark. Gangguan waham dapat timbul sebagai respon
normal terhadap pengalaman abnormal pada lingkungan, sistem saraf
tepi, sistem saraf pusat.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
.

2
C. Tanda dan gejala (Nita Fitria.2012)
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir (waham) adalah
sebagai berikut:
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
8. Mengindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Berbicara kasar
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

Perilaku lain yang dapat ditemukan pada klien dengan waham antara lain :
percobaan bunuh diri, melakukan tindakan agresif, dekstruksif, gelisah, tidak
bisa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada gangguan
eliminasi, merasa cemas, takut, kadang panik, perasaan bahwa lingkungan
sudah berubah (Stuart, 2007).

D. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses


 Persepsi akurat terganggu pikir waham
 Emosi konsisten  Ilusi  Perubahan proses
dengan pengalaman  Emosi berlebihan emosi
 Perilaku sesuai  Berperilaku yang  Perilaku tidak
 Hubungan sosial tidak biasa terorganisasi
harmonis  Menarik diri  Isolasi sosial

Gambar 1.1 Rentang Respon Perubahan Proses Pikir Waham

3
Sumber : Stuart (2007)

E. Macam – macam waham (Caplan & Sadock, 2014)


1. Waham bizar : kepercayaan yang salah dan aneh, sangat tidak masuk akal,
contoh : penyusup dari angkasa telah menanamkan elektroda ke dalam
otaknya.
2. Waham sistematik : kepercayaan yang salah atau kepercayaan yang
disatukan oleh satu peristiwa atau tema tunggal. Contoh : seseorang
merasa dikejar- kejar oleh CIA, FBI, atau mafia.
3. Waham kongruen- mood : waham dengan isi yang tidak sesuai dengan
mood atau netral terhadap mood misalnya : pasien yang depresi yang
percaya dirinya bertanggung jawab atas kehancuran dunia.
4. Waham yang tidak kongruen- mood : waham dengan isi yang tidak sesuai
dengan mood atau netral terhadap mood misalnya : seorang pasien depresi
yang memiliki waham kendali pikir atau siar pikir.
5. Wahal nihilistik : perasaan yang salah bahwa dirinya, orang lain, dunia ini
tidak ada atau akan kiamat.
6. Waham kemiskinan : kepercayaan yang salah pada seseorang bahwa ia
bangkrut atau akan kehilangan semua harta bendanya.
7. Waham somatik : kepercayaan yang salah yang melibatkan fungsi tubuh
contoh : kepercayaan bahwa otaknya akan membusuk atau meleleh.
8. Waham paranoid : termasuk diantaranya adalah waham kejar dan waham
rujukan, kendali, dan kebesaran, yaitu kecurigaan dengan kadar lebih
rendah dari proporsi waham.
a. Waham kejar : kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa
dirinya dilecehkan, dicurangi, atau dikejar, sering ditemukan pada
pasien yang memiliki kasus hukum.
b. Waham kebesaran : konsep seseorang akan arti penting diri,
kekuatan,atau identitasnya yang terlalu dilebih- lebihkan.
c. Waham rujukan : kepercayaan yang salah dalam diri seseorang bahwa
perilaku orang lain ditujukan kepada dirinya, bahwa peristiwa, objek
atau orang lain memiliki kepentingan tertentu dan luar biasa , biasanya
dalam konotasi negatif contoh : seseorang secara salah merasa bahwa
orang lain membicarakan dirinya.

4
9. Waham menyalahkan diri : perasaan menyesal dan rasa bersalah yang
tidak pada tempatnya.
10. Waham kendali : perasaan yang salah bahwa keinginan, pikiran, atau
perasaan seseorang dikendalikan oleh oleh kekkuatan dari luar.
11. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : kepercayaan yang salah yang
berasal dari kecemburuan patologis seseorang bahwa kekasihnya tidak
setia.
12. Erotomania : kepercayaan delusional, lebih sering ditemukan pada wanita
daripada pria, bahwa seseorang sedang jatuh cinta pada dirinya.
13. Pseudologia fantastika : bentuk kebohongan ketika seseorang tampaknya
mempercayai bahwa khayalannya menjadi nyata dan terjadi pada dirinya.

F. Status mental (Nita Fitria.2012)


Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik
dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.
Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi waham.

G. Sensori dan kognisi (Nita Fitria.2012)


Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang, tempat dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya
akurat. Pengendalian impus pada klien waham diperhatikan bila terlihat
adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh atau melakukan kekerasan pada
orang lain.
Gangguan proses piker (waham) biasanya diawali dengan adanya
riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa
dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain
dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respon
lingkungan kurang mendukung perilakunya dimungkinkan akan timbul
perilaku kekerasan pada orang lain.

5
III. POHON MASALAH

Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem Perubahan sensori waham

Causa Isolasi sosial

Harga diri rendah

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


A. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
2. Perubahan proses piker: waham.
3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah

B. Data Yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Perubahan proses pikir: waham Subjektif:
kebesaran - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
- Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus.
Objektif:
- Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
- Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang.
- Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan Proses Pikir : Waham

6
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Perencanaan
. Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1 Perubahan SP 1:
Proses Pikir : - Klien dapat Setelah 1 kali Dorong klien untuk dapat Bila klien mampu mengenal
Waham mengenal interaksi, Klien dapat mengenal orientasi realitanya orientasi realitasnya akan
orientasi mengenal orientasi membantu klien menyelesaikan
realitanya. realitanya. wahamnya.

- Klien dapat Setelah 1 kali Dorong klien untuk dapat Pemenuhan kebutuhan klien yang
menjelaskan interaksi, klien dapat menjelaskan tentang tidak terpenuhi meupakan pemicu
tentang menjelaskan tentang kebutuhan yang tidak sehingga klien menyakini sesuatu
kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak sesuai dengan realita
yang tidak terpenuhi. dan diucapkan berulang-ulang.
terpenuhi

- Klien dapat Setelah 1 kali Dorong klien untuk dapat Pemenuhan kebutuhan yang tidak
memenuhi interaksi, Klien dapat memenuhi kebutuhannya . terpenuhi merupakn langkah awal
kebutuhannya. memenuhi yang tepat untukmengetahui
kebutuhannya. penyebab utam wahm sehingga
realita bisa diterima oleh klien.

- Klien dapat Setelah 1 kali Masukkan dalam jadwal Pemenuhan kebutuhan klien perlu
memasukkan interaksi, Klien dapat kegiatan harian. dilakukan secara rutin dalam
dalam jadwal memasukkan dalam kegiatan harian akan membantu
kegiatan jadwal kegiatan menyelesaikan masalah waham
harian. harian. klien.

7
SP 2 :
- Klien dapat Setelah 2 kali Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi penting dalam
mengevaluasi interaksi, klien dapat hariannya. menentukan rencan selanjutnya.
jadwal mengevaluasi jadwal
kegiatan kegiatan hariannya.
hariannya.

- Klien dapat Setelah 2 kali Diskusi dengan klien tentang Setelah klien mengetahui
berdiskusi interaksi, Klien dapat kemampuan yang dimiliki. kemampuan yng dimilikinya akan
tentang berdiskusi tentang meningkatkan ktualisasi dirinya. .
kemampuan kemampuan yang
yang dimiliki. dimiliki.

- Klien dapat Setelah 2 kali Latih kemampuan yang Kemampuan yang dimiliki perlu
melatih interaksi, Klien dapat dimiliki klien. diaplikasikan dalam wujud nyata
kemampuan melatih kemampuan dan dilatih sampai klien merasa
yang dimiliki. yang dimiliki. dirinya berharga .

SP 3:
- klien dapat Setelah 3 kali Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi penting dalam
mengevaluasi interaksi, klien dapat hariannya. menentukan rencan selanjutnya.
jadwal mengevaluasi jadwal
kegiatan kegiatan hariannya.
hariannya.

- Klien Setelah 3 kali Berikan pendidikan kesehatan Pemberian obat dapat membantu
mendapatkan interaksi, klien dapat tentang penggunaan obat klien untuk menurunkan tingkat
pendidikan menggunakan obat secara teratur pada klien. kecemasan dari kebutuhannya
kesehatan secara teratur. yang belum terpenuhi.
tentang

8
penggunaan
obat secara
teratur .
Setelah 3 kali
- Klien interaksi, Klien dapat Masukkan dalam jadwal Penggunaan obat secara teratur
memasukkan memasukkan dalam kegiatan harian klien. mempermudah evaluasi tingkat
dalam jadwal jadwal kegiatan keberhasilan klien sudah
kegiatan harian. berorientasi pda realita.
harian

9
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A.H.,( 2011). Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika: Yogyakarta.


Stuart,G.W.,( 2013). Principles and Practise of Psychiatric Nursing 9thedition. St
louis : Mosby Elsevier.
Stuart,G.W,.(2007). Buku saku Keperawatan Jiwa edisi 5. EGC : Jakarta.
Sadock,Benjamin.J,(2014). Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2. EGC: Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai