J DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSCULOSKELETAL POST ORIF
FRAKTUR 1/3 FEMUR DEXTRA
DI SUSUN OLEH :
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman & Ningsih, 2012). Menurut
2018).
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi
akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian),
B. Etiologi
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik.
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas)
Pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis
Dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu
proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis
Suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. Klasifikasi Fraktur
1. Menurut jumlah garis fraktur :
a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
2. Menurut luas garis fraktur :
a. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)
3. Menurut bentuk fragmen :
a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi
ringan, luka <1 cm.
2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
3) Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan
neurovaskuler,kontaminasi besar.
b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
D. Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan
batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma
langsung dan tidak langsung pada pria muda yang mengalami kecelakaan
tanpa riwayat trauma, memadai untuk mematahkan tulang femur (Muttaqin, 2012).
syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan
maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.
nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral
pada sisi distal pembengkakan, CRT (capillary refill time) lebih dari 3 detik pada
sisi distal pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal pembengkakan
(Muttaqin, 2012).
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan diikuti
dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas pada paha, yaitu
yang optimal akan menimbulkan risiko terjadinya malunion pada tulang femur
(Muttaqin, 2012).
Terbuka Tertutup
H. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klasik fraktur
1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Bengkak
5. Peningkatan temperatur lokal
6. Pergerakan abnormal
7. Kehilangan fungsi
I. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan
tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a
penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
(Black, J.M, et al, 2015). Fiksasi internal atau Open Reduction Internal
Fiksasi (ORIF) Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku
pengikat, plat logam yang diikat dengan sekrup, paku intra meduler yang
panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci).
J. Pemeriksaan Diagnostik:
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini menentukan lokasi dan luasnya fraktur / cedera. Untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang sulit, maka
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan Lateral.Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) untuk memperlihatkan patoligi yang
dicari karena adanya super posisi.Perlu diketahui bahwa permintaan X-Ray
harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca
sesuai dengan permintaan.
a. Hal yang harus dibaca pada X-Ray adalah :
1) Bayangan jaringan lunak
2) Tipis tebalnya korteks akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau
rotasi
3) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
b. Selain X-Ray kadang perlu teknik khusus seperti :
1) Tomografi menggambarkan tidak satu struktur saja tetapi struktur lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tetapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
2) Myelografi menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah diruang verkbre yang mengalami kerusakan akibat trauma.
3) Arthografi meggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda
paksa.
2. Scan Tulang (Scan CT / MKI)
Memperlihatkan fraktur untuk mengidentifikasi kerusakan jaringa lunak.
Dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Hitung darah lengkap
Mungkin terjadi peningkatan (Hemokonsentrasi) atau penurunan
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh trauma multiple),
peningkatan jumlah leuksit adalah respon stress normal setelah trauma.
b. Kretinin
Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk ginjal.
K. Penatalaksanaan
Ada 4 konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani
fraktur (4 R Fraktur) :
1. Rekognisi (Pengenalan)
Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang berperanan dan
deskriptif tentang kejadian tersebut oleh pasien itu sendiri,
menentukan kemungkinan tulang yang patah yang dialami dan kebutuhan
pemeriksaan spesifik untuk fraktur.
Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka
perkiraan diagnosis fraktur pada tempat kejadian dapat dilakukan
sehubungan dengan adanya rasa nyeri dan bengkak lokal, kelainan
bentuk, dan ketidakstabilan.
2. Reduksi
Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis.
a. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung
ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.
b. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Reduksi adalah usaha dan
tindakan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.
Fraktur tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi
tertutup. Sebelum dilakukan reposisi beri dahulu anestesi/narkotika
intravena, sedativ atau anastesi blok syaraf lokal. Ini seringkali dapat
dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang
pembalut gips.
3. Retensi reduksi (mempertahankan reduksi)
a. Pemasangan gips
Tepung gips terdiri dari garam kapur sulfat berupa bubuk halus berwarna
putih dan mempunyai sifat mudah menarik air (hygroskopis). Bila diberi air,
tepung gips akan membentuk semacam bubur yang beberapa saat kemudian
akan mengeras dengan mengeluarkan panas. Untuk fiksasi luar patah tulang
dipasang gips spalk atau gips sirkulair. Perban gips spalk biasanya dipakai
pada patah tulang tungkai bawah karena biasanya akan terjadi oedema.
Setelah edema menghilang baru diganti dengan gips sirkulair. Biasanya gips
baru dibuka setelah terjadi kalus (bersambung), untuk lengan memerlukan
waktu 4 – 6 minggu sedangkan tungkai 6 – 10 minggu. Makin muda umur
pasien makin cepat penyembuhannya.
b. Traksi
Traksi adalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk
mempertahankan keadaan reposisi secara umum traksi didapatkan dengan
penempatan beban berat sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang fraktur. Biasanya lebih disukai traksi rangka ,9dengan
dengan baja steril dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih
distal melalui pembedahan dibanding dengan traksi kulit. Keuntungan
pemasangan traksi :
a) Metode nyata yang dapat mempertahankan reduksi.
b) Traksi menjamin bahwa ekstremitas dapat diangkat sehingga
mengurangi pembengkakan dan meningkatkan penyembuhan
jaringan lunak.
c) Ekstremitas yang cedera dapat diamati dengan mudah kemungkinan
gangguan sirkulasi neurovaskuler.
1) Kerugian pemasangan traksi,
Tergantung dari jenis traksi yang dipasang misalnya pemasangan traksi
kulit dapat menyebabkan banyak komplikasi
mengganggu sirkulasi akibat pemasangan ban perban elastis, alergi kulit
terhadap plester, traksi yang berlebihan akan membuat kulit rapuh pada
orang yang sudah lanjut usia.
c. Tindakan pembedahan
Reposisi terbuka dilakukan melalui operasi/pembedahan. Metode perawatan
ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka (ORIF : Open Reduction
Internal Fixation). Insisi dilakukan pada tempat yang terjadi cedera dan
diteruskan sepanjang bidang anatomis menuju tempat yang mengalami
fraktur. Fraktur kemudian direposisi ke kedudukan normal secara manual.
Sesudah reduksi fragmen-fragmen fraktur kemudian distabilisasi dengan
menggunakan peralatan ortopedis yang sesuai seperti pin, skrup, plat dan
paku.
1) Keuntungan perawatan fraktur dengan operasi antara lain:
a) Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur
b) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di
sekitarnya.
c) Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai.
d) Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.
e) Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal
serta kekuatan otot selama perawatan fraktur.
2) Kerugian yang potensial juga dapat terjadi antara lain :
a) Setiapanastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan
kematian akibat dari tindakan tersebut.
b) Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi
dibandingkan pemasangan gips atau traksi.
c) Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalam alat
itu sendiri.
d) Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan
struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan
terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.
4. Rehabilitasi
Rencana program rehabilitasi yang paling rasional sudah harus dimulai
sejak permulaan perawatan di rumah sakit dan oleh karena itu bila keadaan
memungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk
mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari. (Ignatavicius, Donna D, 1995)
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang
terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan
bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-
penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2) Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan pada
struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala :
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera
akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan
dan nyeri.
b. Sirkulasi:
Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap
nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila
terjadi perdarahan.
b) Takikardia
c) Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian
kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d) Hematoma area fraktur.
c. Neurosensori :
Gejala : Hilang gerakan/sensasi, Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a) Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
b) Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan
jaringan dan nyeri.
c) Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
d. Nyeri/Kenyamanan :
Gejala: Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area fraktur, berkurang pada imobilisasi. Spasme/kram otot setelah
imobilisasi.
e. Keamanan:
Tanda :
a) Laserasi kulit, perdarahan
b) Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Edukasi :
10. Anjurkan tirah baring
11. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
12. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
13. Azjarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
14. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
C. Implementasi
D. Evaluasi
keperawatan. Menurut Dinarti evaluasi terdiri dari dua tingkat yaitu Evaluasi
formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap respon yang segera timbul
reaksi pasien secara fisik, emosi, sosial dan spiritual terhadapintervensi yang
baru dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Ircham Machfoedz, 2013. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta:EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: PPNI
Smeltzer, S.C., 2018, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 59 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Alamat : Tambun Utara
Tiba Di RS: 26-10-2021
Nama : Tn. R
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku : Minang
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S1. Menejemen
Alamat : Tambun Utara
D. RIWAYAT KELUARGA
1. Keluarga tidak mempunyai riwaya penyakit turunan.
2. Genogram
= Bercerai
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal serumah
E. KONDISI LINGKUNGAN
Pasien menganggap kejadian ini sebagai ujian, pasien akan mengikuti prosedur
yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan pasien selalu berdoa supaya diiberikan
kesembuhan
G. PENGKAJIAN FISIK
28Oktober 2021
Hemoglobin 9.6 11.7-15.5 g/dl
J. PENGOBATAN
Pengobatan tanggal 27 November 2021
RL 500cc/8jam
Ceftriaxone 2x1 gr
Ketorolac 3x1 amp
Omeperazole 1x1 vial
Hepamax 2x1 tab
K. PATOFISIOLOGI BERDASARKAN KASUS
ANALISA DATA
DO :
- Pasien Post Orif hari ke
0.
- Rentang gerak menurun
- Gerakan terbatas, belum
bisa mika-miki dan duduk
2 DS :
Nyeri akut Agen pencedera fisik
Pasien mengatak nyeri
didaerah operasi paha
kanan, nyeri seperti
tersayat , skala nyeri 8
(0-10), nyeri
bertambah jika
bergerak
DO :
- Pasien Post Orif hari ke
0.
-Pasien meringis
kesakitan.
-Pasien sulit tidur
- TD : 145/75 mmHg,
N : 98
x/menit, S : 36,5oC, RR
= 20 x /menit
3 DS : -
4 DS :
DO :
Pasien Post Orif hari ke 0. Efek prosedur
Resiko infeksi
Keadaan Luka tertutup invasive
kassa dan elastis verband,
rembesan tidak ada. Luka
sepanjang 20 cm, tidak ada
PUS, terpasang drain,
produksi drain selama 6
jam 25cc, warna merah
segar, luka tidak berbau
lekosit 9400
S : 36,5oC
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas struktur tulang
Tanggal :
Diagnosa
H
Dilengkapi data penunjang Y Rencana Jam IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DS & DO D Tindakan
Kolaborasi
7. Berikan
Ketorolac Injeksi
3 x 30 mg
Tanggal
Diagnosa Rencana Tindakan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dilengkapi data penunjang HYD
DS & DO
TGL : 28-10-2021 Setelah dilakukan Perawatan Integritas 14.30 Identifikasi penyebab gangguan integritas S:
Gangguan integritas tindakan keperawatan kulit Pasien mengatakan
Kulit
kulit/jaringan berhubungan selama 3x24 jam, maka Hasil : luka post operasi hari 1 ada luka post operasi
dengan factor mekanik Observasi :
diharapkan Integritas
15.00 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring O:
kulit dan jaringan 1. Identifikasi - Suhu : 37,6 °C
Data Subjektif: meningkat dengan Hasil: pasien mampu mika-miiki dengan
penyebab gangguan - Tampak balutan
Luka post operasi hari 1 luaran: bantuan perawat luka bersih dan
integritas kulit
Kerusakan jaringan tidak ada rembesan
Data Objektif: Terapeutik : 17.00 Anjurkan meningkatkan asupan - Pasien tampak
Dari laporan operasi tanggal menurun
nutrisi memperhatikan
27-10-2021 jahitan luka 2. Ubah posisi tiap 2 edukasi
operasi sepanjang 20 jam jika tirah baring Hasil: pasien memahami apa yang sudah perawat
cm,jumlah jahitan 20,luka
Edukasi : dijelaskan oleh perawat A : Gangguan integritas
ditutup kassa dan elastis
perban, tidak ada rembesan. 9.Anjurkan kulit/jaringan
18.00 Anjurkan meningkatkan asupan
tidak ada PUS, terpasang meningkatkan
buah dan sayur P : Intervensi
drain asupan nutrisi
dilanjutkan 1,2,
10.Anjurkan Hasil: pasien memahami apa yang sudah 9,10,11
meningkatkan dijelaskan oleh perawat
asupan buah dan
sayur Anjurkan menghindari terpapar suhu
18.30
11.Anjurkan ekstrem
menghindari terpapar
Hasil : pasien memahami apa yang sudah
suhu ekstrem
dijelaskan oleh perawat
Tanggal
Diagnos HYD Rencana Tindakan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
a
Dilengkapi data penunjang
DS & DO
TGL: 28-10-2021 Setelah dilakukan Observasi 14.00 Memonitor suhu tubuh pasien S:
Risiko infeksi dibuktikan intervensi selama 3 x 1. Monitor suhu pasien Hasil: suhu 37,60C Pasien mengatakan
dengan efek prosedur invasif 24 jam tingkat infeksi 2. Monitor tanda dan ada luka post operasi
gejala infeksi lokal 14.30 Memonitor tanda dan gejala infeksi hari 1
menurun dengan
dan sistemik local dan sistemik O:
Data Subjektif: luaran: Terapeutik Hasil : Balutan bersih, tidak ada - Suhu : 37,2 °C
Luka post operasi hari 1 - Nyeri menurun 3. Cuci tangan rembesan, luka tertutup opsite - Tampak balutan
sampai dengan sebelum dan luka bersih dan
Data Objektif : sesudah kontak 14.40 Menjelaskan tanda dan gejala tidak ada rembesan
hilang
Pasien Post Orif hari ke 1. dengan pasien infeksi - Pasien tampak
- Bengkak dan
Keadaan Luka tertutup kassa dan lingkungan Hasil : Pasien tampak memperhatikan memperhatikan
kemerahan
dan elastis verband, rembesan pasien dan pasien mengerti edukasi
menurun
tidak ada. Luka sepanjang 20 4. Pertahankan perawat
cm, tidak ada PUS, terpasang tehnik aseptic 14.50 Mengajarkan cara mencuci tangan - Pasien
drain, produksi drain selama pada pasien dengan benar melakukan
berisko tinggi Hasil : Pasien mengikuti perawat dan demonstarasi
24 jam 25cc, warna merah
melakukan kegiatan cuci tangan 6 cuci tangan 6
segar, luka tidak berbau Edukasi langkah langkah
Leukosit 9400 5. Jelaskan A : Risiko infeksi
Suhu 36.7˚C tanda dan 15.00 Mengajarkan cara memeriksa dibuktikan dengan
gejala infeksi kondisi luka operasi efek prosedur invasif
6. Ajarkan cara Hasil : Pasien tampak memperhatikan P : Intervensi dilanjutkan
mencuci dan pasien mengerti 1,2, 5,6,8,9
tangan
dengan benar 16.00 Menganjurkan meningkatkan asupan
7. Ajarkan cara nutrisi
memeriksa Hasil : Pasien menayakan asupan nutrisi
kondisi luka apa saja yang dapat mempercepat
operasi penyembuhan luka
8. Anjurkan
meningkatka 18.00 Memberikan obat ceftriaxone1 gr IV
n asupan Hasil: obat berhasil masuk, tanda- tanda
nutrisi phlebitis tidak ada
P: Intervensi
dilanjutkan 1,2,3,7,10
Tanggal : Diagnosa
Dilengkapi data HYD Rencana Tindakan & Jam Implementasi Evaluasi
penunjang Rasional
DS & DO
TGL : 29-10-2021 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 12.30 Mengidentifikasi lokasi, karakterisitik, S :
Nyeri akut b.d agen intervensi selama 3x24 Observasi durasi, frekuensi, skala nyeri - Pasien mengatakan
pencedera fisik ditandai jam tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, Hasil: masih nyeri bekas
dengan menurun dengan karakteristik, P : Pasien mengatakan nyeri pada kaki operasi berkurang
Data Subjektif : luaran : durasi, frekuensi, kanan setelah dilakukan operasi - Pasien mengatakan
- Tidak mengeluh kualitas, intensitas Q : Nyeri seperti tersayat nyeri bertambah
Pasien mengatak nyeri
nyeri nyeri, skala nyeri R : Nyeri pada paha sebelah kanan saat beraktivitas
didaerah operasi paha
- Tidak meringis 2. Identifikasi respon S : Skala nyeri (4)
kanan berkurang, nyeri
kesakitan nyeri non verbal T : Nyeri memberat saat bergerak P : Pasien mengatakan
seperti tersayat, skala
- Tekanan darah 3. Identifikasi nyeri pada kaki kanan
nyeri 4 (0-10), nyeri
membaik faktor yang Mengidentifikasi respon nyeri non verbal setelah dilakukan operasi
bertambah jika bergerak
(100 - 120/60 – memperberat Hasil : Pasien tampak lebih rileks dari pada berkurang
80 mmHg) dan hari ke 2 post operasi Q: Nyeri seperti tersayat
Data Objektif : - Frekuensi nadi memperingan R:Nyeri pada paha
Pasien tampak lebih membaik (60 – nyeri 13.00 Mengidentifikasi faktor yang memperberat sebelah kanan
rileks. Skala nyeri 4 (0- 100x/menit) 4. Monitor efek dan memperingan S : Skala nyeri (4)
- Pola napas samping nyeri
10) T: Nyeri memberat saat
membaik (12 penggunaan Hasil : Pasien mengatakan nyeri bertambah bergerak
- TD: 125/70 mmHg, analgetik saat bergerak
– 20x/menit)
N : 8 2 x/menit, Terapeutik O:
Menjelaskan strategi meredakan nyeri dan - Skala nyeri
5. Kontrol 13.00
S : 36,5oC, mengajarkan pasien tehnik relaksasi nafas
lingkungan yang
dalam - Pasien tampak
RR = 18x/mnt memperberat
Hasil : pasien mengikuti teknik relaksasi meringis kesakitan
rasa nyeri, misal
nafas dalam dengan Tarik nafas dari
suhu ruangan, - TD: 125/70, nadi
hidung dan dikeluarkan perlahan dari
pencahayaan, 82x/menit, RR
mulut
kebisingan 18x/menit
Edukasi 14.00
6. Ajarkan teknik Memberikan obat ketorolac 30 mg IV
nonfarmakologi Hasil: obat berhasil masuk, A : Nyeri akut
berhubungan dengan
s untuk phlebitis tidak ada agen pencedera fisik
mengurangi (prosedur operasi)
nyeri (tarik P : Intervensi dilanjutkan
dalam) 1,3,4,5,6,7
Kolaborasi
7. Berikan
Ketorolac Injeksi
3 x 30 mg
Tanggal
Diagnosa Rencana Tindakan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dilengkapi data penunjang HYD
DS & DO
TGL : 29-10-2021 Setelah dilakukan Perawatan Integritas 14.30 Identifikasi penyebab gangguan integritas S:
Gangguan integritas tindakan keperawatan kulit Pasien mengatakan
Kulit
kulit/jaringan berhubungan selama 3x24 jam, maka Hasil : luka post operasi hari 1 ada luka post operasi
dengan factor mekanik Observasi :
diharapkan Integritas
15.00 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring O:
kulit dan jaringan 1. Identifikasi - Suhu : 36,3 °C
Data Subjektif: meningkat dengan Hasil: pasien mampu mika-miiki dengan
penyebab gangguan - Tampak balutan
Luka post operasi hari 2 luaran: bantuan perawat luka bersih dan
integritas kulit
Kerusakan jaringan tidak ada rembesan
Data Objektif: Terapeutik : 17.00 Anjurkan meningkatkan asupan - Pasien tampak
Dari laporan operasi tanggal menurun
nutrisi memperhatikan
27-10-2021 jahitan luka 2. Ubah posisi tiap 2 edukasi
operasi sepanjang 20 jam jika tirah baring Hasil: pasien memahami apa yang sudah perawat
cm,jumlah jahitan 20,luka
Edukasi : dijelaskan oleh perawat A : Gangguan integritas
ditutup kassa dan elastis
perban, tidak ada rembesan. 9.Anjurkan kulit/jaringan
18.00 Anjurkan meningkatkan asupan
tidak ada PUS, terpasang meningkatkan
buah dan sayur P : Intervensi
drain asupan nutrisi
dilanjutkan 1,2,
10.Anjurkan Hasil: pasien memahami apa yang sudah 9,10,11
meningkatkan dijelaskan oleh perawat
asupan buah dan
sayur Anjurkan menghindari terpapar suhu
18.30
11.Anjurkan ekstrem
menghindari terpapar
Hasil : pasien memahami apa yang sudah
suhu ekstrem
dijelaskan oleh perawat
Tanggal
Diagnos HYD Rencana Tindakan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
a
Dilengkapi data penunjang
DS & DO
TGL: 29-10-2021 Setelah dilakukan Observasi 14.00 Memonitor suhu tubuh pasien S:
Risiko infeksi dibuktikan intervensi selama 3 x 1. Monitor suhu pasien Hasil: suhu 36,30C Pasien mengatakan
dengan efek prosedur invasif 24 jam tingkat infeksi 2. Monitor tanda dan ada luka post operasi
gejala infeksi lokal 14.30 Memonitor tanda dan gejala infeksi hari 2
menurun dengan
dan sistemik local dan sistemik O:
Data Subjektif: luaran: Terapeutik Hasil : Balutan bersih, tidak ada - Suhu : 36,3 °C
Luka post operasi hari 2 - Nyeri menurun 3. Cuci tangan rembesan, luka tertutup opsite - Tampak balutan
sampai dengan sebelum dan luka bersih dan
Data Objektif : sesudah kontak 14.40 Menjelaskan tanda dan gejala tidak ada rembesan
hilang
Pasien Post Orif hari ke 2. dengan pasien infeksi - Pasien tampak
- Bengkak dan
Keadaan Luka tertutup kassa dan lingkungan Hasil : Pasien tampak memperhatikan memperhatikan
kemerahan
dan elastis verband, rembesan pasien dan pasien mengerti edukasi
menurun
tidak ada. Luka sepanjang 20 4. Pertahankan perawat
cm, tidak ada PUS, terpasang tehnik aseptic 14.50 Mengajarkan cara mencuci tangan - Pasien
drain, produksi drain selama pada pasien dengan benar melakukan
berisko tinggi Hasil : Pasien mengikuti perawat dan demonstarasi
24 jam 15cc, warna merah
melakukan kegiatan cuci tangan 6 cuci tangan 6
segar, luka tidak berbau Edukasi langkah langkah
Leukosit 9400 5. Jelaskan A : Risiko infeksi
Suhu 36.7˚C tanda dan 15.00 Mengajarkan cara memeriksa dibuktikan dengan
gejala infeksi kondisi luka operasi efek prosedur invasif
6. Ajarkan cara Hasil : Pasien tampak memperhatikan P : Intervensi dilanjutkan
mencuci dan pasien mengerti 1,2, 3,4, 6,8,9
tangan
dengan benar 16.00 Menganjurkan meningkatkan asupan
7. Ajarkan cara nutrisi
memeriksa Hasil : Pasien menayakan asupan nutrisi
kondisi luka apa saja yang dapat mempercepat
operasi penyembuhan luka
8. Anjurkan
meningkatka 18.00 Memberikan obat ceftriaxone1 gr IV
n asupan Hasil: obat berhasil masuk, tanda- tanda
nutrisi phlebitis tidak ada