PENDAHULUAN
I. Masalah Utama
Defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia.
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotis dengan ciri – ciri
pengnduran diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional dan afektif
yang kadang kala disertai dengan halusinasi dan delusi serta tingkah
laku negatif yang merusak.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronik yang mengalami
gangguan proses berpikir, berkomunikasi, emosi dan perilaku dengan
gangguan menilai realita, pemahaman diri buruk dan kemunduran
hubungan interpersonal (Carurini, 2014).
Patopsikologi defisit perawatan diri harus ada
B. Penyebab Skizofrenia
Ada beberapa faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut :
1. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat
– obatan, anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang
identik.
2. Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan gangguan
pikiran, keyakinan, pendapat yang salah, ketidakmamuan
membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan
halusinasi abnormal dan gangguan afektif.
3. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung memunculkan
gejala skizofrenia, adopsi keluarga dan tuntutan hidup yang tinggi
pada penderita skizofrenia.
4. Faktor organis yaitu adanya perubahan atau kerusakan pada sistem
saraf sentral dan juga terdapat gangguan – gangguan pada sistem
saraf sentral, terdapat gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan
piluitari yaitu kelenjar yang berada dibawah otak manusia.
C. Klasifikasi Skizofrenia
Pembagian skizofrenia yang dikutip dalam Maramis (2005) dalam
(Prabowo, 2014) antara lain :
1. Skizofrenia Simplex
Penderita sering timbul pertama kali pada saat anak menginjak
pada masa pubertas, gejala utama pada jenis simplex adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses
berpikir susah ditemukan, waham dan halusinasi jarang ditemukan.
2. Skizofrenia Bebefrenik
Permulaannya perlahan – lahan atau sub akut dan sering timbul
pada masa remaja atau antara usia 15 – 25 tahun, gejala yang
menyolok adalah gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi/double personality. Juga mengalami
gangguan psikomotor seperti mannerism/perilaku kekanakan
sering terdapat pada bebefrenik, waham dan halusinasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbul pertama kali pada usia 15 – 30 tahun dan biasanya akut
serta sering didahului dengan stres emosional, mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik/stupor katatonik.
4. Stupor Katatonik
Penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap
lingkungannya. Emosi klien sangat dangkal, gejala yang sering
timbul ialah gejala psikomotir seperti : mutisme, muka tanpa
ekspresi, stupor.
5. Gaduh-gelisah Katatonik
Terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi
yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
Penderita berbicara terus menerus, menunjukkan gejala stereotip,
menerisme, grimas, neoligisme.
6. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang paling mencolok pada klien dengan skizofrenia
paranoid adalah waham primer dengan waham sekunder dan
halusinasi. Kepribadian penderita yang belum sakit sering
digolongkan dengan skhizoid. Penderita mudah tersiggung, suka
menyendiri dan kurang peraya diri pada orang lain.
7. Skizofrenia Residual
Skizofrenia dengan gejala primer, tetapi gejala yang dialami tidak
jeas adanya gejala sekunder, gejala ini timbul setelah beberapa kali
penderita mengalami serangan skizofrenia.
8. Skizo-aktif (Skizofrenia Skizo Afektif)
Gejala – gejala skizofrenia dapat menonjol seccara bersamaan juga
dengan gejala – gejala depresi atau atau skizo-manik. Jenis ini
cenderung dapat sembuh tanpa efek tetapi juga mungkin bisa
kambuh kembali.
D. Gejala Skizofrenia
Menurut (Azizah, 2016) gejala yang munul pada penderita skizofrenia
adalah sebagai berikut :
1. Muncul delusi dan halusinasi. Delusi adalah pemikiran yang salah
dan tidak sesuai dengan kenyataan, namun tetap dipertahankan
sekalipun banyak bukti mengenai pemikiran yang salah tersebut.
Halusinasi adalah persepsi panca indra yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari –
hari, bersenang – senang, maupun aktivitas seksual, berbicara
hanya sedikit, gagal menjalin hubungan dengan orang lain, tidak
mampu memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan
ekspresi dan emosi yang datar atau bahkan ekspresi emosi yang
tidak sesuai dengan situasi yang dialaminya.
E. Tata Laksana Skizofrenia
Penatalaksanaan skizofrenia membutuhkan pendekatan yang
melibatkan banyak hal dalam mengatasinya, meskipun demikian
psikofarmakoterapi merupakan pengobatan utama.
1. Psikofarmakoterapi
Medikasi antipsikotik diindikasikan untuk hampir semua episode
psikosis akut dari skizofrenia. Terapi harus segera dilakukan
karena penderita skizofrenia memiliki risiko melukai diri sendiri
atau orang sekitarnya. Saat kondisi pasien tidak kooperatif untuk
pemeriksaan, medikasi antipsikotik dapat diberikan.
2. Obat Antipsikotik
Saat ini obat antipsikotik menjadi antipsikotik tipikal dan
antipsikotik atpikal. Obat antipsikotik tipikal antara lain
chlorpromazine, thioridazine, haloperidol, pimozide. Sedangkan
untuk antipsikotik atpikal antara lain clozapine, olzapine,
quetiapine, risperidone, sulpiride.
3. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif merupakan cara yang dapat membantu
penderita untuk kembali ke masyarakat. Penderita akan dibimbing
agar mampu untuk berkontribusi kembali di lingkungan
masyarakat. Terapi kerja sangat disarankan untuk dilakukan untuk
mendorong penderita bergaul kembali dengan orang lain, utamanya
keluarga. Tujuan tindakan ini adalah agar penderita tidak
mengasingkan diri lagi, karena apabila penderita terus menerus
menarik diri maka akan membentuk kebiasaan yang kurang baik.
F. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku klien
skizofrenia dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan
dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari – hari. Defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kelainan dalam melakuka atau menyelesaikan suatu aktivitas sehari –
hari secara mandiri dan merupakan satu masalah yang sering timbul
pada klien dengan gangguan jiwa (Yusuf, 2015).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjanah, 2004). Menurut Poter Perry (2005), personal hygine adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik atau psikis.
G. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri (Nurjanah, 2004)
1. Kurang perawatan diri : mandi atau kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas mandi atau kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian taua berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktifitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan
untuk menunjukkan aktifitas makan.
4. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas toileting sendiri.
H. Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut (Maslim, 2001), menyebabkan kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut (Depkes, 2000), penyebab adalah :
1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan menjakan klien
sehingga perkembangan insiatif terganggu.
b) Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan ketidak
pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motifasi, kerusakan kongnitif atau
perseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) faktor yang mempengaruhi personal
hygine adalah :
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b. Praktek sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygine.
c. Status sosial ekonomi : personal hygine memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu sakit
tertentu tidak boleh dimandikan.
e. Kebiasaan : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perewatan diri seperti penggunaan sabun, sampo
dan lain - lain.
f. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu atau sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygine :
a. Dampak fisik : banyak gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial : masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygine adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial.
I. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawat
diri adalah :
1. Fisik
a) Badan bau, berpakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku normal.
d) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
III. Pohon Masalah
Menarik diri
“Berapa kali Bapak cukuran dalam seminggu ? Kapan saja Bapak terakhir
cukuran ? Apa gunanya cukuran ? Apa alat – alat yang diperlukan? Iya..
sebaiknya cukuran 2x seminggu dan ada alat cukurnya ? Nanti bisa minta
ke perawat ya”.
Menurut Bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi
apa yang perlu kita persiapkan ? Benar sekali Bapak perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo, dan sabun serta sisir”.
I. IDENTITAS KLIEN
Klien masuk di ruangan X rumah sakit jiwa pada tanggal 22 April 2020 melalui IGD karena
klien gelisah, marah – marah tanpa sebab, emosi labil, mudah tersinggung dan curiga. Klien
mengatakan telah bertengkar dengan kakaknya. Saat dilakukan pemantauan pada 23 April
2020 dan pengkajian pasa 24 April 2020 klien mengatakan lebih suka sendiri dan tidur –
tiduran di kamar, klien mengatakan malu dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas. Tatapan masih tajam, masih menurigai orang lain. Penampilan klien tampak tidak
rapi, kuku pendek tapi kotor, badan bau, sesekali tampak menggaruk kaki, tanga, bahkan
punggungnya, saat makan juga masih berserakan dan mulut bau.
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Klien mengatakan sudah sakit sejak tahun 2016 dan sekarang
dirawat untuk ketiga kalinya, dirawat terakhir pada tahun 201 9. Klien sebelumnya pernah
dirawat di Poli Jiwa RSUD terdekat dan merasa pengobatannya belum berhasil dan sejak
pulang dari perawatan klien tidak secara rutin minum obat. Klien tidak pernah mengalami
aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga serta tindakan kriminal baik
dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa √ Ya Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran
Kakak kandung
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan
2. Ukur : TB : 169 cm BB : 59 kg
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti baginya adalah keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Sebelum sakit klien mengikuti
karang taruna
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : Klien mengatakan tidak ada
hambatan saat berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
b. Kegiatan ibadah : Semenjak sakit klien mengatakan tidak perah pergi ke gereja
1. Penampilan
Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi, kuku pendek tapi kotor dan badan bau.
Masalah Keperawatan :Sindrom defisit perawatan diri (hygiene dan berpakaian)
2. Pembicaraan
3. Aktivitas Motorik:
Jelaskan : Klien tampak gelisah saat diwawancara, klien juga sering terlihat mondar –
mandir di ruangan yang membuat proses wawancara berlangsung lebih lama
Masalah Keperawan : Intoleransi aktivitas
4. Alam perasaaan
-Gembira berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan jika klien merasa sedih karena jauh dari keluarga dan orang
tuanya. Klien cemas sebab orang tuanya sudah mulai sakit - sakitan
Masalah Keperawan : Ansietas
5. Afek
Jelaskan : Klien tampak labil pada saat dilakukan wawancara. Ketika ditanyai 1 hal yang
sama sebanyak 2x jawabannya selalu berbeda
Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi
Jelaskan : Saat dilakukan wawanara, klien sering diam dan mudah tersinggung lalu klien
meminta untuk wawancara dengan orang lain
Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi
7. Persepsi
- Pendengaran - Penglihatan - Perabaan
- Pengecapan - Penghidu
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mendengar, melihat, merasakan, atau mencium
sesuatu yang tidak nyata
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir
√ Sirkumtansial - Tangensial - Kehilangan asosiasi
- Flight of idea - Blocking - Pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : Ketika klien diajak wawancara, klien menjawab pertanyaan dengan berbelit –
belit dan terkadang tidak nyambung dengan jawaban akan tetapi dapat sampai pada
tujuan sehingga wawancara berlangsung lama. Saat wawancara klien juga tampak
berfikir lama untuk memahami pertanyaan
9. Isi Pikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondria
Waham
Disorientasi
- Waktu - Tempat - Orang
Jelaskan : Klien mengatakan namanya dengan benar tetapi klien tampak sering bingung
pada saat dilakukan wawancara.
Masalah Keperawan : Gangguan proses pikir
11. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang - Gangguan daya ingat jangka
pendek
- Gangguan daya ingat saat ini - Konfabulasi
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ingat kejadian lebih dari 1 tahun yang lalu. Saat
ditanya apa klien pernah menampar kakaknya 1 tahun lalu, klien menanyatakan bahwa
tidak ingat padahal menurut penuturan keluarga ia melakukannya
Jelaskan : Klien tidak mampu berkonsentrasi pada saat wawancara klien sering melamun
dan terkadang menghiraukan pertanyaan.
Masalah Keperawan : Hambatan interaksi sosial
Jelaskan : Klien dapat memilih dan mengambil keputusan yang sederhana ketika
diberikan sedikit bantuan misalnya klien mampu memilih makan ayam atau ikan.
Jelaskan : Klien kurang menyadari tentang perubahan fisik pada dirinya namun klien
juga tidak menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan
1. Makan
Jelaskan :Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran tanpa ada pantangan
atau alergi. Setelah makan klien membersihkan peralatan makan.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
√
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Transportasi Ya
Tidak
Lain-lain Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Jelaskan : Klien tidak memiliki pekerjaan dan sering berjalan keluar rumah dan pulang
pada malam hari.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan
Adaptif Maladaptif
- Lainnya √ Lainnya
Jelaskan : Klien mampu bicara dengan orang lain akan tetapi saat pertama melihat orang
asing sehingga membuat klien menaruh curiga pada orang baru
Lainnya : Klien mengatakan tahu kondisinya saat ini dan pasien belum bisa
megontrolnya
Masalah Keperawan : Defisit pengetahuan
ANALISA DATA
2 X 1 mg
Perawat
(Rangga Bagus Logistiko Bramasta)
Catatan :
1. Risperidone
Kegunaan : Obat untuk mengatasi gangguan mental/mood tertentu
Efek samping : berat badan naik, merasa panas atau dingin sakit kepala, ngantuk,
nafsu makan naik, insomnia. Mual, muntah, sakit tenggorokan.
2. Lorazepam
Kegunaan : Obat untuk mengobati kecemasan
Efek samping : mengantuk, pengelihatan kabur, kelemahan otot, perubahan nafsu
makan, ruam kulit.
3. Fe
Kegunaan : Obat untuk mencegah anemia
Efek samping : mual, kram, konstipasi, diare
4. Asam Folat
Kegunaan : Meningkatkan daya ingat
Efek samping : kembung, rasa pahit di mulut, gangguan tidur.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama :Tn. N Dx Medis: Skizofrenia
No RM : xxxx
Perencanaan
Tgl No.DX Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
24 April Defisit perawatan TUM : Klien dapat meningkatkan
2020 diri : Penurunan minat dan motivasinya untuk
kemampuan dan memperhatikan kebersihan diri.
motivasi dan
merawat diri TUK : 1. Setelah dilakukan 2 kali Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
1. Klien dapat membina hubungan interaksi, klien dan tujuan perawat berkenalan.
saling percaya dengan perawat. menunjukkan ekspresi Tanyakan nama dan panggilan kesukaan
wajah bersahabat, klien
menunjukkan rasa keingin Tunjukkan sikap jujur dan menempati
tahuannya tentang menempati janji setiap kali berinteraksi
perawatan diri, klien bisa Tanyakan perasaan masalah yang dihadapi
menjawab salam dan mau klien.
mengutarakan masalah Buat kontrak interaksi yang jelas
yang terjadi. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan
empati
Penuhi kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal tentang 2. Setelah dilakukan 2x Diskusikan bersama klien pentingnya
pentingnya kebersihan diri pertemuan klien dapat kebersihan diri dengan cara menjelaskan
Perencanaan
Tgl No.DX Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menyebutan apa saja pengertian tentang arti bersih dan tanda –
aspek kebersihan diri tanda bersih
Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari
lima tanda kebersihan diri
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan
mengenali pengetahuan klien terhadap hala
yang berhubungan dengan kebersihan diri
Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan
diri dan tujuan memelihara kebersihan diri
Beri reinforcement positif setelah klien
mampu mengungkapkan arti kebersihan diri
Ingatkan klien untuk memelihara
kebersihan diri seperti : mandi 2x pagi dan
sore, gosok gigi minimal 2x sehari
( sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku
jika panjang.