Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PENDAHULUAN
I. Masalah Utama
Defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia.
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotis dengan ciri – ciri
pengnduran diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional dan afektif
yang kadang kala disertai dengan halusinasi dan delusi serta tingkah
laku negatif yang merusak.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronik yang mengalami
gangguan proses berpikir, berkomunikasi, emosi dan perilaku dengan
gangguan menilai realita, pemahaman diri buruk dan kemunduran
hubungan interpersonal (Carurini, 2014).
Patopsikologi defisit perawatan diri harus ada
B. Penyebab Skizofrenia
Ada beberapa faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut :
1. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat
– obatan, anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang
identik.
2. Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan gangguan
pikiran, keyakinan, pendapat yang salah, ketidakmamuan
membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan
halusinasi abnormal dan gangguan afektif.
3. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung memunculkan
gejala skizofrenia, adopsi keluarga dan tuntutan hidup yang tinggi
pada penderita skizofrenia.
4. Faktor organis yaitu adanya perubahan atau kerusakan pada sistem
saraf sentral dan juga terdapat gangguan – gangguan pada sistem
saraf sentral, terdapat gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan
piluitari yaitu kelenjar yang berada dibawah otak manusia.
C. Klasifikasi Skizofrenia
Pembagian skizofrenia yang dikutip dalam Maramis (2005) dalam
(Prabowo, 2014) antara lain :
1. Skizofrenia Simplex
Penderita sering timbul pertama kali pada saat anak menginjak
pada masa pubertas, gejala utama pada jenis simplex adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses
berpikir susah ditemukan, waham dan halusinasi jarang ditemukan.
2. Skizofrenia Bebefrenik
Permulaannya perlahan – lahan atau sub akut dan sering timbul
pada masa remaja atau antara usia 15 – 25 tahun, gejala yang
menyolok adalah gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi/double personality. Juga mengalami
gangguan psikomotor seperti mannerism/perilaku kekanakan
sering terdapat pada bebefrenik, waham dan halusinasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbul pertama kali pada usia 15 – 30 tahun dan biasanya akut
serta sering didahului dengan stres emosional, mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik/stupor katatonik.
4. Stupor Katatonik
Penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap
lingkungannya. Emosi klien sangat dangkal, gejala yang sering
timbul ialah gejala psikomotir seperti : mutisme, muka tanpa
ekspresi, stupor.
5. Gaduh-gelisah Katatonik
Terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi
yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
Penderita berbicara terus menerus, menunjukkan gejala stereotip,
menerisme, grimas, neoligisme.
6. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang paling mencolok pada klien dengan skizofrenia
paranoid adalah waham primer dengan waham sekunder dan
halusinasi. Kepribadian penderita yang belum sakit sering
digolongkan dengan skhizoid. Penderita mudah tersiggung, suka
menyendiri dan kurang peraya diri pada orang lain.
7. Skizofrenia Residual
Skizofrenia dengan gejala primer, tetapi gejala yang dialami tidak
jeas adanya gejala sekunder, gejala ini timbul setelah beberapa kali
penderita mengalami serangan skizofrenia.
8. Skizo-aktif (Skizofrenia Skizo Afektif)
Gejala – gejala skizofrenia dapat menonjol seccara bersamaan juga
dengan gejala – gejala depresi atau atau skizo-manik. Jenis ini
cenderung dapat sembuh tanpa efek tetapi juga mungkin bisa
kambuh kembali.
D. Gejala Skizofrenia
Menurut (Azizah, 2016) gejala yang munul pada penderita skizofrenia
adalah sebagai berikut :
1. Muncul delusi dan halusinasi. Delusi adalah pemikiran yang salah
dan tidak sesuai dengan kenyataan, namun tetap dipertahankan
sekalipun banyak bukti mengenai pemikiran yang salah tersebut.
Halusinasi adalah persepsi panca indra yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari –
hari, bersenang – senang, maupun aktivitas seksual, berbicara
hanya sedikit, gagal menjalin hubungan dengan orang lain, tidak
mampu memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan
ekspresi dan emosi yang datar atau bahkan ekspresi emosi yang
tidak sesuai dengan situasi yang dialaminya.
E. Tata Laksana Skizofrenia
Penatalaksanaan skizofrenia membutuhkan pendekatan yang
melibatkan banyak hal dalam mengatasinya, meskipun demikian
psikofarmakoterapi merupakan pengobatan utama.
1. Psikofarmakoterapi
Medikasi antipsikotik diindikasikan untuk hampir semua episode
psikosis akut dari skizofrenia. Terapi harus segera dilakukan
karena penderita skizofrenia memiliki risiko melukai diri sendiri
atau orang sekitarnya. Saat kondisi pasien tidak kooperatif untuk
pemeriksaan, medikasi antipsikotik dapat diberikan.
2. Obat Antipsikotik
Saat ini obat antipsikotik menjadi antipsikotik tipikal dan
antipsikotik atpikal. Obat antipsikotik tipikal antara lain
chlorpromazine, thioridazine, haloperidol, pimozide. Sedangkan
untuk antipsikotik atpikal antara lain clozapine, olzapine,
quetiapine, risperidone, sulpiride.
3. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif merupakan cara yang dapat membantu
penderita untuk kembali ke masyarakat. Penderita akan dibimbing
agar mampu untuk berkontribusi kembali di lingkungan
masyarakat. Terapi kerja sangat disarankan untuk dilakukan untuk
mendorong penderita bergaul kembali dengan orang lain, utamanya
keluarga. Tujuan tindakan ini adalah agar penderita tidak
mengasingkan diri lagi, karena apabila penderita terus menerus
menarik diri maka akan membentuk kebiasaan yang kurang baik.
F. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku klien
skizofrenia dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan
dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari – hari. Defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kelainan dalam melakuka atau menyelesaikan suatu aktivitas sehari –
hari secara mandiri dan merupakan satu masalah yang sering timbul
pada klien dengan gangguan jiwa (Yusuf, 2015).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjanah, 2004). Menurut Poter Perry (2005), personal hygine adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik atau psikis.
G. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri (Nurjanah, 2004)
1. Kurang perawatan diri : mandi atau kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas mandi atau kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian taua berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktifitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan
untuk menunjukkan aktifitas makan.
4. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas toileting sendiri.
H. Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut (Maslim, 2001), menyebabkan kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut (Depkes, 2000), penyebab adalah :
1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan menjakan klien
sehingga perkembangan insiatif terganggu.
b) Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan ketidak
pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motifasi, kerusakan kongnitif atau
perseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) faktor yang mempengaruhi personal
hygine adalah :
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b. Praktek sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygine.
c. Status sosial ekonomi : personal hygine memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu sakit
tertentu tidak boleh dimandikan.
e. Kebiasaan : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perewatan diri seperti penggunaan sabun, sampo
dan lain - lain.
f. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu atau sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygine :
a. Dampak fisik : banyak gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial : masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygine adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial.
I. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawat
diri adalah :
1. Fisik
a) Badan bau, berpakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku normal.
d) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
III. Pohon Masalah
Menarik diri

Menurunnya motivasi perawatan diri

Defisit Perawatan diri

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan
a. Penurunan kemampuan dan motifasi perawatan diri
DS : Klien menggunakan pakain terbalik, tidak biasa melakukan
apa-apa.
DO : klien terlihat lebih kurang memperhatikan cara berpakaian,
kebersihan, badan bau, kulit kotor.
b. Isolasi sosial
DS : klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa
– apa, bodoh, mengeritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
DO : klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin menciderai diri atau ingin mengakhiri
hidup, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktifitas
menurun, posisi janin pada saat tidur, menolak berhubungan, kurang
memperhatikan kebersihan.
c. Defisit perawatan diri
DS : pasien merasa lemah, malas untuk beraktifitas, merasa tidak
berdaya.
DO : rambut kotor, acak – acakan badan dan pakaian kotor dan bau,
mulut dan gigi bau, kuku panjang dan tidak terawat.
V. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
defisit perawatan diri yaitu :
a)Penurunan kemampuan dan motifasi merawat diri.
b)Defisit perawatan diri : kebersihan diri,menggunakan pakaian, berdandan,
makan, BAB & BAK.
c)Isolasi sosial
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motifasi dan merawat diri.
Tujuan umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat. Intervensi :
a. Berisi alam setiap interaksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
d. Tunjukkan sikap jujur dan menempati menempati janji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
h. Penuhi kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri
Intervensi :
a. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda – tanda bersih
b. Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari lima tanda kebersihan
diri
c. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan mengenali pengetahuan
klien terhadap hala yang berhubungan dengan kebersihan diri
d. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri
e. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri
f. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti : mandi 2x
pagi dan sore, gosok gigi minimal 2x sehari ( sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
3. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat
Intervensi :
a. Motifasi klien untuk mandi
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar
c. Anjurkan klien mengganti baju setiap hari
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti pasta gigi, sikat gigi, sampo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
4. Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
Intervensi :
a. Monitoring klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,
ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju
dan pakai sandal.
5. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
Intervensi :
a. Beri rinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri
6. Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri
Intervensi :
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah
dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga kebersihan
dan kemajuan yang telah dialami di rumah sakit.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di rumah sakit.
d. Jelaskan pada keluarga tentang menfaat sarana yang lengkap dalam
menajga kebersihan klien.
e. Anjurkan kleuarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersian diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya : mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dll.
Diagnosa 2 : isolasi sosial
Tujuan umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak
menjawab.
c. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu
– buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda –
tandanya.
b. Beri kesemapatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul.
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda –
tanda serta penyebab yang muncul.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
A. Kaji pengetahuan klien tentang mafaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
b) Diskusikan besama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain.
c) Beri pujian positif terhadap kemampuan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
B. Kaji tentang pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapan perasaan
kepada orang lain.
b) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
c) Beri pujian positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keriugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Beri pujian positf terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu.
f. Motivasi klien untuk melakukan kegiatan ruangan.
g. Beri pujian positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri pujian postif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri
Tujuan umum : Klien tidak mengalami defisit perwatan diri
Tujuan khusus :
1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Intervensi :
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat- alat untuk kebersihan diri.
c. Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri.
d. Melatih pasien mempraktikkan cara membersihkan diri.
2. Klien mampu melakukan berhias atau berdandan dengan baik
Untuk pasien laki – laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Klien mampu melakukan makan dengan baik secaramandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d. Praktik makan sesuai dengan tahap makan yang baik
4. Klien mampu melakukan BAB/ BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang sesuai
b. Menjelasakan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menejelaskan dan membersihkan tempat BAB dan BAK
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke :.............
Hari/tanggal :................
Pukul :...............
SP ?
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien masuk di ruangan X rumah sakit jiwa pada tanggal
22 April 2020 melalui IGD karena klien gelisah, marah – marah tanpa
sebab, emosi labil, mudah tersinggung, dan curiga. Klien mengatakan
bertengkar dengan kakaknya. Saat dilakukan pengkajian pada 24 April
2020 klien mengatakan lebih suka sendiri dan tidur – tiduran di kamar,
klien mengatakan malu dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas. Tatapan masih tajam, masih menurigai orang lain. Penampilan
klien tampak tidak rapi, kuku pendek tapi kotor, badan bau, sesekali
tampak menggaruk kaki, tangan, bahkan punggungnya, saat makan juga
masih berserakan dan mulut bau.
2. Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri b.d skizofrenia
3. Tujuan khusus : Pasien mampu melakukan kebersihan diri
secara mandiri dan pasien mampu melakukan berhias secara baik, pasien
mampu melakukan makan dengan baik, pasien mampu melakukan
BAB/BAK secara mandiri.
4. Tindakan keperawatan :
a) Melatih pasien cara – cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat – alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara – cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
b) Melatih pasien berdandan/berhias
Melatih pasien laki – laki berdandan dengan cara :
a) Berpakaian.
b) Menyisir rambut.
c) Bercukur.
c) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih pasien makan seara mandiri dengan cara :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
d) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Mengarajkan pasien BAB/BAK secara mandiri dengan cara
:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara – cara
merawat diri dan melatih pasien tentang cara merawat kebersihan diri
Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan adalah komunikasi verbal dan
non verbal.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi, kenalkan saya Rangga Bagus Logistiko Bramasta biasa
di panggil rangga, saya mahasiswa D3 Keperawatan Universitas
Airlangga.”
“Nama Bapak siapa dan senang dipanggil apa ?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari pukul 07.00 – 14.00. Selama di
rumah sakit ini saya yang akan merawat Bapak.”
b. Evaluasi/ validasi :
“Dari tadi saya lihat Bapak menggaruk – garuk badan, gatal ya ?”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan
diri ?”
2) Waktu : “Berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya ?”
3) Tempat : “Mau dimana ? Disini saja ya”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Berapa kali Bapak mandi dalam sehari ? Apakah Bapak sudah mandi hari
ini ? Menurut Bapak apa kegunaan mandi ? Apa alasan Bapak sehingga
tidak bisa merawat diri ? Menurut Bapak manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri ? Kira – kira tanda – tanda orang yang tidak merawat diri
seperti apa ya ? Badan gatal, mulut bau, apalagi ? Kalau tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Bapak yang bisa muncul ?”

“Berapa kali Bapak cukuran dalam seminggu ? Kapan saja Bapak terakhir
cukuran ? Apa gunanya cukuran ? Apa alat – alat yang diperlukan? Iya..
sebaiknya cukuran 2x seminggu dan ada alat cukurnya ? Nanti bisa minta
ke perawat ya”.

“Berapa kali Bapak makan sehari ?”


“Apa yang dilakukan setelah makan ?” “Betul kita harus sikat gigi setelah
makan”.

“Dimana biasanya Bapak berak/kencing ? Bagaimana membersihkannya”


Iya.. kita kencing dan berak harus di WC. Nah itu WC di ruangan ini, lalu
jangan lupa membersihkan pakar air dan sabun”.

Menurut Bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi
apa yang perlu kita persiapkan ? Benar sekali Bapak perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo, dan sabun serta sisir”.

“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, saya akan membimbing


Bapak melakukannya. Sekarang Bapak siram seluruh tubuh termasuk
rambut lalu ambil shampo gosokan pada kepala Bapak sampai berbusa lalu
bilas sampai bersih... yak bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokan
di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan
lupa juga sikat gigi pakai sikat dan odol. Giginya disikat mulai dari arah
atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Bapak mulai dari depan sampai
belakang, bagus... lalu kumur – kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi
seluruh tubuh Bapak sampai bersih lalu keringkan dengan handuk, yak
bagus sekali Bapak melakukannya. Selanjutnya Bapak pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Bapak setelah mandi dan
mengganti pakaian ?”
2) Evaluasi objektif : “Coba Bapak sebutkan lagi apa saja cara-cara
mandi yang baik yang sudah dilakukan tadi ?”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan): “Bagus sekali mau berapa kali Bapak
mandi dan sikat gigi ? Dua kali pagi dan sore, mari kita masukkan
dalam jadwal aktivitas harian ya”
c. Kontrak yang akan datang :
1) Topik : “Baik besok lagi kita latihan cara berdandan ya”
2) Waktu : “Besok saya akan kesini lagi pukul 09.00”
3) Tempat : “Tempatnya ingin disini atau di luar ? Baiklah disini saja
ya”.
SP 2 Pasien : Melatih pasien laki – laki berdandan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bapak”
“Saya Rangga mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Airlangga
yang kemarin merawat Bapak”.
“Bagaimana kabar Bapak hari ini ?”.
c. Evaluasi/validasi
“Bagaimana mandinya ? Sudah dilakukan ? Sudah dimasukkan ke
jadwal harian ?”
d. Kontrak
1) Topik : “Hari ini kita akan latihan berdandan”
2) Waktu : “Berapa lama kita latihan ? Bagaimana jika 20 menit”
3) Tempat : “Mau dimana latihannya ? Disini saja ?”
2. Kerja
“Apa yang Bapak lakukan setelah mandi ?” “Apa Bapak sudah ganti baju
?” “Untuk berpakaian pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti
pakaian yang bersih 2x sehari. Sekarang coba Bapak ganti baju. Yak bagus
seperti itu”
“Apakah Bapak menyisir rambut ? Bagaimana cara menyisir rambut ?”
“Coba praktikkan, lihat ke cermin. Yak bagus sekali” “Apakah Bapak suka
bercukur ? Berapa hari sekali berukur ? Iya betul 2x seminggu”
“Tampaknya kumis dan janggut Bapak mulai panjang. Mari pak dirapikan.
Yak bagus”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Bapak setelah berdandan
?”
2) Evaluasi objektif : “Coba pak sebutkan cara berdandan yang baik
sekali lagi”
b. Tindak lanjut klien : “Selanjutnya Bapak setiap hari setelah mandi
berdandan dan pakai baju seperti tadi ya. Mari masukkan ke jadwal
harian Bapak”.
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Besok kita latihan makan yang baik ya”
2) Waktu : “Besok saya kesini lagi pukul 09.00”
3) Tempat : “Mau dimana kita latihan ? Baik kita latihan di ruang
makan ya”
SP 3 Pasien : Melatih pasien makan secara mandiri
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bapak. Masih ingat dengan saya ya Bapak yang kemarin
merawat Bapak”
“Bagaimana kabar Bapak hari ini ?”.
b. Evaluasi/validasi
“Wah hari ini Bapak terlihat lebih tampan dan rapi dari pada biasanya.
Bagaiama Bapak apa sudah dimasukkan ke jadwal harian ya ?”
c. Kontrak
1) Topik : “Hari ini kita akan latihan makan yang baik”
2) Waktu : “Berapa lama kita latihan ? Bagaimana jika 20 menit”
3) Tempat : “Mau dimana latihannya ? Baik kita langsung pergi ke
ruang makan ya ?”
2. Kerja
“Bagaimana keiasaan Bapak sebelum makan ?” “Dimana Bapak makan ?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakan sabun dan air mengalir.
Mari kita praktikkan ya. Sekarang coba Bapak praktikkan sendiri. Yak
pintar sekali Bapak” “Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
makan kita berdoa terlebih dahulu. Mari Bapak yang pimpin doanya.
Bagus” “Mari kita makan, saat makan kita harus menyuap makanan secara
perlahan tidak usah buru – buru” “Setelah makan kita bereskan piring dan
gelas yang kotor. Ya, betul. Selanjutnya kita cuci tangan kembali ya. Yak,
bagus”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Bapak setelah makan
bersama - sama ?”
2) Evaluasi objektif : “Coba pak sebutkan apa saja yang harus
dilakukan pada saat makan”
b. Tindak lanjut klien : “Nah coba Bapak lakukan seperti tadi setiap
makan, mau kita masukkan dalam jadwal ?”.
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK ya”
2) Waktu : “Besok saya kesini lagi pukul 09.00”
3) Tempat : “Mau dimana kita latihan ? Disini saja ya”
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT DAHLIA RUMAH SAKIT JIWA TANGGAL DIRAWAT 5 April


2020

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. N (L) Tanggal Pengkajian :24 April 2020


Umur : 40 tahun RM No. XXXX
Informan : Klien
II. ALASAN MASUK

Klien masuk di ruangan X rumah sakit jiwa pada tanggal 22 April 2020 melalui IGD karena
klien gelisah, marah – marah tanpa sebab, emosi labil, mudah tersinggung dan curiga. Klien
mengatakan telah bertengkar dengan kakaknya. Saat dilakukan pemantauan pada 23 April
2020 dan pengkajian pasa 24 April 2020 klien mengatakan lebih suka sendiri dan tidur –
tiduran di kamar, klien mengatakan malu dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas. Tatapan masih tajam, masih menurigai orang lain. Penampilan klien tampak tidak
rapi, kuku pendek tapi kotor, badan bau, sesekali tampak menggaruk kaki, tanga, bahkan
punggungnya, saat makan juga masih berserakan dan mulut bau.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? √ Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil Kurang berhasil √ Tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : Klien mengatakan sudah sakit sejak tahun 2016 dan sekarang
dirawat untuk ketiga kalinya, dirawat terakhir pada tahun 201 9. Klien sebelumnya pernah
dirawat di Poli Jiwa RSUD terdekat dan merasa pengobatannya belum berhasil dan sejak
pulang dari perawatan klien tidak secara rutin minum obat. Klien tidak pernah mengalami
aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga serta tindakan kriminal baik
dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa √ Ya Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran

Kakak kandung

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawat

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


IV. FISIK

1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 88x/menit S : 360C P : 22x/menit

2. Ukur : TB : 169 cm BB : 59 kg

3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

Jelaskan : Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien masih dalam


rentang normal, nadi normal, suhu tubuh normal dan respirasi juga masil dalam batas
normal.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram :

Jelaskan : P menandakan pasien tersebut. Jadi pasien merupakan anak ke 3 dari


8 bersaudara
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri

a Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa dirinya laki - laki

b. Identitas : Klien dapat menyebutkan identitasnya seperti nama dan umur

c. Peran :Klien mengatakan bahwa ia sebagai anak dalam keluarga

d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang

e. Harga diri : Klien mengatakan bahwa dirinya dihargai oleh keluarganya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti baginya adalah keluarga

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Sebelum sakit klien mengikuti
karang taruna

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : Klien mengatakan tidak ada
hambatan saat berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut keyakinan kristen

b. Kegiatan ibadah : Semenjak sakit klien mengatakan tidak perah pergi ke gereja

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

√ Tidak rapi - Penggunaan pakaian - Cara berpakaian tidak seperti

tidak sesuai biasanya

Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi, kuku pendek tapi kotor dan badan bau.
Masalah Keperawatan :Sindrom defisit perawatan diri (hygiene dan berpakaian)

2. Pembicaraan

Cepat - Keras - Gagap - Inkoheren


-
Tidak mampu
- Apatis √Lambat - Membisu √
memulai
pembicaraan
Jelaskan : Klien tidak mampu memulai dengan lawan bicara, cukup kooperatif namun
nada bicara lambat dan pelan. Terlebih lagi saat melihat orang asing selalu merasa curiga
sehingga saat dilakukan wawancara nada bicaranya lambat dan pelan

Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi

3. Aktivitas Motorik:

- Lesu - Tegang - Agitasi √ Gelisah

- Tik - Grimasen - Tremor - Kompulsif

Jelaskan : Klien tampak gelisah saat diwawancara, klien juga sering terlihat mondar –
mandir di ruangan yang membuat proses wawancara berlangsung lebih lama
Masalah Keperawan : Intoleransi aktivitas

4. Alam perasaaan

Sedih - Ketakutan - Putus Asa Khawatir


√ -

-Gembira berlebihan

Jelaskan : Klien mengatakan jika klien merasa sedih karena jauh dari keluarga dan orang
tuanya. Klien cemas sebab orang tuanya sudah mulai sakit - sakitan
Masalah Keperawan : Ansietas

5. Afek

-Datar - Tumpul √ Labil Tidak sesuai


-

Jelaskan : Klien tampak labil pada saat dilakukan wawancara. Ketika ditanyai 1 hal yang
sama sebanyak 2x jawabannya selalu berbeda
Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi

6. lnteraksi selama wawancara


- Bermusuhan - Tidak kooperatif √ Mudah tersinggung

- Kontak mata (-) - Defensif - Curiga

Jelaskan : Saat dilakukan wawanara, klien sering diam dan mudah tersinggung lalu klien
meminta untuk wawancara dengan orang lain
Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi

7. Persepsi
- Pendengaran - Penglihatan - Perabaan
- Pengecapan - Penghidu

Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mendengar, melihat, merasakan, atau mencium
sesuatu yang tidak nyata
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Proses Pikir
√ Sirkumtansial - Tangensial - Kehilangan asosiasi
- Flight of idea - Blocking - Pengulangan
pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Ketika klien diajak wawancara, klien menjawab pertanyaan dengan berbelit –
belit dan terkadang tidak nyambung dengan jawaban akan tetapi dapat sampai pada
tujuan sehingga wawancara berlangsung lama. Saat wawancara klien juga tampak
berfikir lama untuk memahami pertanyaan

Masalah Keperawan : Gangguan proses pikir

9. Isi Pikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondria

- Depersonalisasi - Ide yang terkait - Pikiran magis

Waham

- Agama - Somatik Kebesaran Curiga


- -
- Nihilistic - Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
- -
Jelaskan : Klien terus bertanya kapan ia akan pulang dan diatar dengan mobil ke
rumahnya. Klien tidak mengalami dipersonalisasi pikiran magis atau waham.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


√ Bingung - Sedasi - Stupor

Disorientasi
- Waktu - Tempat - Orang

Jelaskan : Klien mengatakan namanya dengan benar tetapi klien tampak sering bingung
pada saat dilakukan wawancara.
Masalah Keperawan : Gangguan proses pikir

11. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang - Gangguan daya ingat jangka
pendek
- Gangguan daya ingat saat ini - Konfabulasi

Jelaskan : Klien mengatakan tidak ingat kejadian lebih dari 1 tahun yang lalu. Saat
ditanya apa klien pernah menampar kakaknya 1 tahun lalu, klien menanyatakan bahwa
tidak ingat padahal menurut penuturan keluarga ia melakukannya

Masalah Keperawan : Gangguan proses pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


- Mudah beralih √ Tidak mampu konsentrasi - Tidak mampu
berhitung sederhana

Jelaskan : Klien tidak mampu berkonsentrasi pada saat wawancara klien sering melamun
dan terkadang menghiraukan pertanyaan.
Masalah Keperawan : Hambatan interaksi sosial

13. Kemampuan penilaian


- Gangguan ringan - Gangguan bermakna

Jelaskan : Klien dapat memilih dan mengambil keputusan yang sederhana ketika
diberikan sedikit bantuan misalnya klien mampu memilih makan ayam atau ikan.

Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


- Mengingkari penyakit yang diderita - Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya

Jelaskan : Klien kurang menyadari tentang perubahan fisik pada dirinya namun klien
juga tidak menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

√ Bantuan minimal Bantuan total


2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran tanpa ada pantangan
atau alergi. Setelah makan klien membersihkan peralatan makan.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Mandi

√ Bantuan minimal Bantuan total


4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal Bantual total
5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………

√ Tidur malam lama :09.00 PM s/d 06.00 AM

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantual total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya Tidak

Perawatan pendukung Ya √ Tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan √ Ya Tidak


Menjaga kerapihan rumah Ya
9. Kegiatan di luar rumah
Mencuci pakaian Ya
Belanja Ya
Pengaturan keuangan Ya

Transportasi Ya
Tidak
Lain-lain Ya
Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Jelaskan : Klien tidak memiliki pekerjaan dan sering berjalan keluar rumah dan pulang
pada malam hari.
Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

√ Bicara dengan orang lain - Minum alkohol

- Mampu menyelesaikan masalah - Reaksi lambat/berlebih

- Teknik relaksasi - Bekerja berlebihan

- Aktivitas konstruktif - Menghindar

- Olahraga - Mencederai diri

- Lainnya √ Lainnya

Jelaskan : Klien mampu bicara dengan orang lain akan tetapi saat pertama melihat orang
asing sehingga membuat klien menaruh curiga pada orang baru

Masalah Keperawan : Ketidakefektifan koping individual

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN



Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik klien mengatakan dalam
kelompok bisa diterima dan tidak diasingkan, hanya saja kelompok mempunyai penilaian
berbeda kepada dirinya.

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien mengatakan tidak ada


masalah antara dirinya dan lingkugan masyarakat. Klien merasa tidak pernah melakukan hal
yang meresahkan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Masalah dengan pendidikan, spesifik klien mengatakan menyelesaikan bangku


sekolah hingga SMP. Klien tidak melanjutkan ke SMA
Masalah dengan pekerjaan, spesifik klien tidak memiliki pekerjaan

Masalah dengan perumahan, spesifik klien mengatakan tinggal bersama


kakaknya

Masalah ekonomi, spesifik klien tidak memiliki pekerjaan

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik klien mengatakan tidak ada


masalah dengan pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, spesifik

Masalah Keperawan : Tidak ada masalah keperawatan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


- -
Penyakit jiwa System pendukung
- Faktor presipitasi - Penyakit fisik
√ Koping - Obat-obatan

Lainnya : Klien mengatakan tahu kondisinya saat ini dan pasien belum bisa
megontrolnya
Masalah Keperawan : Defisit pengetahuan

ANALISA DATA

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik : Skizofrenia

Terapi Medik : Risperidon 2 X 1 mg, Lorazepam 1 X 2 mg, Fe 2 x 1 mg, Asam folat

2 X 1 mg

Perawat
(Rangga Bagus Logistiko Bramasta)
Catatan :

1. Risperidone
Kegunaan : Obat untuk mengatasi gangguan mental/mood tertentu
Efek samping : berat badan naik, merasa panas atau dingin sakit kepala, ngantuk,
nafsu makan naik, insomnia. Mual, muntah, sakit tenggorokan.
2. Lorazepam
Kegunaan : Obat untuk mengobati kecemasan
Efek samping : mengantuk, pengelihatan kabur, kelemahan otot, perubahan nafsu
makan, ruam kulit.
3. Fe
Kegunaan : Obat untuk mencegah anemia
Efek samping : mual, kram, konstipasi, diare
4. Asam Folat
Kegunaan : Meningkatkan daya ingat
Efek samping : kembung, rasa pahit di mulut, gangguan tidur.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama :Tn. N Dx Medis: Skizofrenia
No RM : xxxx
Perencanaan
Tgl No.DX Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
24 April Defisit perawatan TUM : Klien dapat meningkatkan
2020 diri : Penurunan minat dan motivasinya untuk
kemampuan dan memperhatikan kebersihan diri.
motivasi dan
merawat diri TUK : 1. Setelah dilakukan 2 kali Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
1. Klien dapat membina hubungan interaksi, klien dan tujuan perawat berkenalan.
saling percaya dengan perawat. menunjukkan ekspresi Tanyakan nama dan panggilan kesukaan
wajah bersahabat, klien
menunjukkan rasa keingin Tunjukkan sikap jujur dan menempati
tahuannya tentang menempati janji setiap kali berinteraksi
perawatan diri, klien bisa Tanyakan perasaan masalah yang dihadapi
menjawab salam dan mau klien.
mengutarakan masalah Buat kontrak interaksi yang jelas
yang terjadi. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan
empati
Penuhi kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal tentang 2. Setelah dilakukan 2x Diskusikan bersama klien pentingnya
pentingnya kebersihan diri pertemuan klien dapat kebersihan diri dengan cara menjelaskan
Perencanaan
Tgl No.DX Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menyebutan apa saja pengertian tentang arti bersih dan tanda –
aspek kebersihan diri tanda bersih
Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari
lima tanda kebersihan diri
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan
mengenali pengetahuan klien terhadap hala
yang berhubungan dengan kebersihan diri
Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan
diri dan tujuan memelihara kebersihan diri
Beri reinforcement positif setelah klien
mampu mengungkapkan arti kebersihan diri
Ingatkan klien untuk memelihara
kebersihan diri seperti : mandi 2x pagi dan
sore, gosok gigi minimal 2x sehari
( sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku
jika panjang.

3. Klien dapat melakukan 3. Setelah dilakukan 2x Motifasi klien untuk mandi


kebersihan diri dengan bantuan pertemuan klien dapat Beri kesempatan untuk mandi, beri
perawat melakukan kebersihan kesempatan klien untuk
diri dengan bantuan mendemonstrasikan cara memelihara
perawat kebersihan diri yang benar
Anjurkan klien mengganti baju setiap hari
Kaji keinginan klien untuk memotong kuku
dan merapikan rambut
Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan
diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
Berkerja sama dengan keluarga untuk
mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti
pasta gigi, sikat gigi, sampo, pakaian ganti,
handuk dan sandal
No Tanggal Diagnosis Tindakan Keperawatan Evaluasi TTD
1. 24/4/2020 SP 1 : Mendiskusikan S : Klien mengatakan masih sulit untuk Rangga
09.00 pentingnya kebersihan menghafal cara dan tata kerja menjaga
diri, cara – cara merawat kebersihan diri utamanya mandi
diri dan melatih pasien O : Klien nampak tidak fokus dan
tentang cara merawat kurang mengikuti arahan dengan baik
kebersihan diri A : SP 1 belum tercapai
P : SP 1 dilanjutkan untuk pertemuan
Defisit berikutnya
2. 24/4/2020 perawatan SP 1 : Mendiskusikan S : Klien sudah bisa mempraktikkan Icha
14.00 diri pentingnya kebersihan sedikit demi sedikit meskipun
diri, cara – cara merawat membutuhkan waktu yang cukup lama
diri dan melatih pasien O : Klien nampak sedikit bingung akan
tentang cara merawat tetapi masih bisa dikintrol dan pasien
kebersihan diri bisa menyelesaikan tahapan dengan
Baik
A : SP 1 berhasil tercapai
P : Pertahankan SP 1 lalu lanjutkan SP 2
3. 25/4/2020 SP 2 : Melatih pasien laki S : Klien mengatakan sulit untuk Icha
09.00 – laki berdandan memahami tentang tata cara berdandan
O : Klien nampak gelisah dan bingung
A : SP 2 belum tercapai
P : Lanjutkan SP 2
4. 25/4/2020 Defisit SP 2 : Melatih pasien laki S : Klien mengatakan perlahan – lahan Rangga
14.00 perawatan – laki berdandan bisa melakukan tata cara berdandan
diri sedikit lebih baik
O : Klien nampak tenang dan nyaman
saat tengah berdandan, klien juga
sempat berpose di depan cermin
A : SP 2 berhasiil tercapai
P: Pertahankan SP 2 lalu lanjutkan SP 3
5. 26/4/2020 SP 3 : Melatih pasien S : Klien mengatakan kurang dapat Rangga
09.00 makan secara mandiri menghafal tata cara mencuci tangan
yang baik dan benar sebelum makan
O : Klien nampak gelisah tapi masih
Terkontrol
Defisit A : SP 3 belum tercapai
perawatan P : Lanjutkan SP 3
6. 26/4/2020 diri SP 3 : Melatih pasien S : Klien mengatakan sudah bisa Rangga
13.00 makan secara mandiri melakukan cara cuci tangan lebih baik
dari pada sebelumnya
O : Klien terlihat tenang saat melakukan
tahap demi tahapnya meskipun
membutuhkan waktu yang lebih lama

Anda mungkin juga menyukai