Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. Pengertian Bipolar Disorder
Penderita bipolar dapat seketika merasa senang luar biasa dan kemudian
secara tiba-tiba merasa depresif, bertolak belakang dari apa yang dirasa
sebelumnya, tanpa ada sebab yang jelas. Bipolar disorder merusak sistem kerja
emosi seseorang. Hal ini dapat merusak keberfungsian sosial dan hubungan
sosialnya di masyarakat sebagaimana penderita tidak memiliki keadaan emosi
yang tidak jelas dan bisa saja tiba-tiba melakukan sesuatu yang merugikan orang
lain. Bipolar disorder memiliki dua fase yaitu Manic dan Depressive. Gejala yang
muncul ketika penderita ada dalam fase manic antara lain: Euforia, Rasa percaya
diri yang tinggi, Agresif, berdelusi, kehilangan rasa takut dan berani mengambil
resiko dalam batas yang tidak normal. Sementara dalam fase depresif: Penderita
mengalami kesedihan, putus asa, rasa takut, menyesal, kelelahan, rasa sakit tanpa
ada sebab dan memiliki keinginan untuk bunuh diri. Penderita bipolar seringkali
mengalami kedua fase tersebut secara berubah-ubah tanpa ada sebab yang jelas
dan gejala ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa atau remaja, tapi juga bisa
terjadi pada anak-anak dan inilah yang seringkali tidak disadari oleh para orang
tua sehingga anak yang menderita bipolar tidak mendapat penanganan yang tepat.
E. Etiologi
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan
pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu
faktor genetik: Risiko keluarga dengan pasien gangguan mood bipolar
adalah 25%, dan berulang pasien gangguan depresi adalah 20%. (Ahuja,
2011).
faktor biokimia: Asetilkolin dan GABA juga diduga terlibat (Ahuja, 2011).
Dua neurotransmiter yang sering terlibat dalam patofisiologi gangguan
mood adalah norepinefrin dan serotonin (Kaplan & Sadock’s, 2015).
faktor kognitif: Dalam teori kognitif, pikiran dan kepercayaan negatif
dipandang sebagai penyebab utama depresi. Pikiran pesimis dan self-
critical bisa menyiksa orang dengan depresi. Teori ruminasi menekankan
kecenderungan untuk memikirkan suasana hati dan pikiran negatif (Kring
et al., 2012).
faktor psikodinamik: Pandangan dari Sigmund Freud dan diperluas oleh
Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik tentang depresi. Teori
tersebut berkaitan erat dengan 4 hal penting: gangguan pada hubungan
bayi-ibu selama fase awal (10 sampai 18 bulan pertama kehidupan)
menjadi predisposisi kerentanan depresi selanjutnya, depresi yang dapat
dikaitkan dengan objek yang nyata atau yang dibayangkan, introjeksi
yang berasal dari objek merupakan mekanisme pertahanan yang diajukan
untuk mengatasi kesusahan menyikapi kehilangan objek dan,
membayangkan benda yang hilang dianggap sebagai campuran cinta dan
benci, perasaan marah diarahkan ke dalam dirinya sendiri (Kaplan &
Sadock’s, 2015).
faktor lingkungan: Hubungan antara kehidupan yang penuh stress dengan
episode suasana hati yang pertama telah dilaporkan untuk kedua pasien
dengan gangguan depresi mayor dan pasien dengan gangguan bipolar I.
Sebuah teori yang diusulkan untuk menjelaskan pengamatan ini adalah
stres yang menyertai episode pertama menghasilkan perubahan jangka
panjang di otak. Perubahan-perubahan yang 13 berlangsung lama ini dapat
mengubah berbagai keadaan fungsional Neurotransmiter dan sistem
pensinyalan intraneuronal, perubahan yang mungkin termasuk kehilangan
neuron dan pengurangan berlebihan dalam portal sinaptik. Akibatnya,
seseorang memiliki risiko lebih tinggi mengalami episode gangguan
mood berikutnya (Kaplan & Sadock’s, 2015).
H. Pengobatan
Yatham LN, et.al., Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments
(CANMAT) guidelines for the management of patients with bipolar disorder: