Anda di halaman 1dari 5

Diagnosis Keperawatan pada Penderita Gangguan Bipolar dan Medikasinya

Suasana hati atau mood sering didefinisikan sebagai emosi yang dapat
menjalar dan berkelanjutan yang mungkin memiliki pengaruh besar terhadap
persepsi seseorang di dunia (Townsend, 2014). Pengaruh yang disebutkan tersebut
dapat digambarkan sebagai reaksi emosional yang terkait dengan pengalaman
individu. Contoh dari mood sendiri yaitu depresi, sukacita, kegembiraan,
kesedihan, dan kecemasan. Saat suasana hati memiliki sebuah gangguan yang
dimanifestasikan oleh siklus mania dan depresi, selanjutnya gangguan ini disebut
dengan gangguan bipolar. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai gangguan
bipolar beserta diagnosis keperawatan dan medikasinya.

Gangguan bipolar mempengaruhi sekitar 5,7 juta orang dewasa di


Amerika, atau sekitar 2,6% dari populasi penduduk Amerika Serikat pada usia 18
tahun atau lebih (National Institute of Mental Health, 2012 dalam Townsend,
2014). Banyak orang menunjukkan tanda-tanda gangguan bipolar pada tahun
terakhir masa remajanya, biasanya sekitar usia 21 tahun. Seperti hal nya depresi,
gangguan bipolar lebih sering dan umum terjadi pada individu yang belum
menikah. Faktor risiko gangguan bipolar biasanya terjadi pada wanita dan
memiliki riwayat penyakit gangguan bipolar di keluarganya (Stuart, 2013).
Individu yang memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan ini pada usia di
bawah 50 tahun, dimana individu yang telah terserang gangguan ini akan
meningkatkan risiko dari episode manik atau depresif saat individu tersebut
tumbuh dewasa.

1
Universitas Indonesia
2

Gangguan suasana hati atau mood dibagi menjadi dua kelompok


berdasarkan keterlibatan episode manik dan depresif dari waktu ke waktu (Stuart,
2013). Pertama adalah depresi mayor, dapat melibatkan satu episode atau penyakit
depresi yang berulang tetapi tidak termasuk episode manik. Gangguan bipolar,
termasuk satu atau lebih episode manik, dengan atau tanpa episode depresif
mayor. Gangguan bipolar meliputi perubahan suasana hati yang ekstrim dari
episode manik ke episode depresi (Videbeck, 2011). Pada fase manik, individu
akan merasakan euforia, mengagumkan, energik, dan susah tidur. Individu
memiliki penilaian yang buruk serta caranya berpikir, bertindak dan berbicara
biasanya dalam tempo yang cepat. Pada fase depresi, suasana hati atau mood,
tingkah laku, dan pemikiran individu akan sama dengan seseorang yang
didiagnosis dengan depresif mayor. Dengan kata lain, jika seseorang mengalami
episode pertamanya berupa fase depresi, orang tersebut akan didiagnosis
menderita depresif mayor. Jadi, diagnosis gangguan bipolar tidak akan ditujukan
pada orang tersebut, sampai ia mengalami episode manik.

Gangguan bipolar dapat disebabkan oleh dua faktor predisposisi, yaitu


teori biologis dan teori psikososial (Townsend, 2014). Teori biologis ini dibagi
lagi menjadi beberapa faktor. Pertama genetik, penelitian menunjukkan bahwa
gangguan bipolar sangat mencerminkan kerentanan yang didasari oleh genetik.
Terdapat bukti dari keluarga, anak kembar, dan anak adopsi yang ada untuk
mendukung observasi ini. Studi pada anak kembar telah diindikasikan tingkat
kesesuaian untuk gangguan bipolar anatara kembar monozigot adalah 60 sampai
80 persen, sedangkan kembar dizigot hanya 10 sampai 20 persen. Studi keluarga
telah menunjukkan jika salah satu orang tua memiliki gangguan bipolar, maka
anaknya berisiko terkena gangguan bipolar sekitar 20%. Jika kedua orang tua
memiliki gangguan tersebut, risiko anak terkena dapat menjadi dua atau tiga kali
lebih besar. Studi membuktikan bahwa anak yang lahir dikeluarga gangguan
bipolar setelah diadopsi sejak lahir dan dibesarkan oleh orang tua angkat tidak
memiliki bukti gangguan.

Universitas Indonesia
3

Kedua pengaruh biokimia, pada kasus amina biogenik studi awal telah
dikaitkan dengan kekurangan fungsional norepinefrin, dopamin dan mania dengan
kelebihan fungsional amina. Penelitian yang dilakukan University of Michigan
dengan menggunakan presynaptic marker and positron emission tomography
(PET) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepadatan di amina saat pelepasan
sel di otak orang dengan gangguan bipolar (Townsend, 2014). Sel-sel yang
berlebihan tersebut mengakibatkan zat kimia otak berubah yang berhubungan
dengan gejala gangguan bipolar. Ketiga pengaruh psikologikal yaitu terdapat efek
samping dari pengobatan, seperti pengobatan tertentu yang digunakan untuk
mengobati penyakit somatik telah diketahui memicu respons dari manik.
Selanjutnya ada teori psikososial, kredibilitas dari teori ini telah ditolak pada
tahun-tahun sebelumnya. Kondisi stress seperti skizofrenia dan gangguan bipolar
dipandang sebagai penyakit otak dengan penyebab bilogis. Penyebab dari
penyakit ini pun masih belum pasti sampai sekarang. Bagaimanapun, mungkin
jika faktor biologis dan psikososial berpengaruh, contohnya seperti stressor di
lingkungan sekitar.

Gangguan bipolar dibagi menjadi tiga tipe yaitu bipolar mixed atau
campuran, bipolar tipe I, dan bipolar tipe II (Videbeck, 2011). Bipolar campuran
(mixed) yaitu ketika siklusnya bergantian antara periode manik, suasana hati yang
normal, depresi, suasana hati yang normal, manik, dan sebagainya. Bipolar tipe I,
mengalami episode manik dengan setidaknya satu episode depresif. Bipolar tipe
II, episode depresif yang berulang dengan setidaknya satu kali episode
hypomanik. Mania atau manik sendiri ditandai dengan suasana hati yang tinggi,
ekspansif, atau mudah tersinggung (Stuart, 2013). Sedangkan hypomanik adalah
sindrom klinis yang serupa dengan mania tetapi tidak separah mania.

Menurut Carpenito-Moyet (2006), diagnosis keperawatan pada gangguan


bipolar adalah sebagai berikut. Koping defensif yang berhubungan dengan merasa
bahwa dirinya penting dan kemampuan yang berlebihan akibat perasaan harga diri
rendah; hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan rasa bermusuhan,
terlalu percaya diri, atau manipulasi orang lain. Selanjutnya ada risiko tindak

Universitas Indonesia
4

kekerasan pada orang lain yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk


mengontrol perilaku; gangguan pola tidur yang berhubungan dengan
hiperaktivitas; gangguan pola pikir yang berhubungan dengan delusi dan
halusinasi; hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan bicara
dan hiperaktivitas. Berikutnya, risiko kekurangan volume cairan dikarenakan
dengan perubahan ekskresi natrium sekunder akibat terapi litium; ketidakpatuhan
yang berhubungan dengan perasaan tidak lagi membutuhkan obat-obatan.
Terakhir, risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi farmakologis,
dan perawatan tindak lanjut.

Medikasi pada gangguan bipolar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan psikofarmakologi dan psikoterapi. Psikofarmakologi, monoterapi dengan
stabilizer suasana hati tradisional contohnya seperti lithium, divalporex,
carbamazepine, atau antipsikotik atipikal seperti olanzapine, quetiapine,
risperidone, aripiprazole (Townsend, 2014). Monoterapi dan antipsikotik atipikal
ini ditetapkan sebagai pengobatan pertama pada penderita gangguan bipolar.
Monoterapi stabilizer suasana hati adalah medikasi yang dapat mencegah siklus
akut dari perilaku bipolar. Antipsikotik digunakan sebagai medikasi tambahan jika
klien terdapat di fase mania akut atau gangguan seperti delusi, halusinasi, dan
ilusi.

Penggunaan lithium pada saat kehamilan tidak direkomendasikan karena


dapat menyebabkan abnormalitas pada perkembangan trimester pertama
(Videbeck, 2011). Beberapa klien juga ada yang memerlukan medikasi
farmakoterapi jangka panjang atau bahkan seumur hidup. Psikoterapi dapat
berguna dalam fase depresif dengan porsi sedikit dari siklus bipolar (Videbeck,
2011). Psikoterapi tidak berguna jika digunakan selama tahap mania akut. Hal
tersebut disebabkan karena rentang perhatian seseorang singkat. Psikoterapi yang
dikombinasikan dengan medikasi akan sangat berguna dalam mengurangi risiko
bunuh diri dan cidera, memberikan dukungan kepada klien dan keluarga serta
membantu klien untuk menerima diagnosis dan rencana pengobatan.

Universitas Indonesia
5

Tanda-tanda gangguan bipolar biasanya muncul pada akhir masa remaja,


yaitu pada 21 tahun. Gangguan bipolar terdapat tiga tipe yang diklasifikasikan
sesuai dengan banyaknya siklus yang terjadi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
beberapa medikasi seperti psikofarmakologi dan psikoterapi. Penggabungan
kedua medikasi dapat meminimalisir risiko bunuh diri dan cidera pada pasien atau
klien. Mengetahui tentang gangguan bipolar sangat penting bagi perawat untuk
dapat menegakkan diagnosis yang tepat serta membantu medikasi klien dengan
gangguan bipolar.

Daftar Pustaka

Carpenito-Moyet, L. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan (edisi ke 10).


Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th ed.). St.
Louis: Elsevier Mosby.
Townsend, M.C. (2014). Essentials of psychiatric health nursing: Concepts of
care in evidence-based practice (6th ed.). Philadelphia: F.A. Davis
Company.
Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric-mental health nursing (5th ed.). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai