PENDAHULUAN
bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa dalam
suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
pekerjaan atau aktivitas sekolah terganggu, dan bahkan bunuh diri. Tetapi gangguan
bipolar dapat diobati, dan orang-orang dengan penyakit ini dapat hidup normal dan
merupakan gangguan mood kronik yang ditandai dengan adanya episode mania atau
hipomania yang muncul secara bergantian atau bercampur dengan episode depresi.
Gangguan bipolar dapat pula disebut sebagai depresi manik, gangguan afektif bipolar
(bipolar affective disorder) atau gangguan spektrum bipolar (Vieta, 2013). Gangguan
bipolar sering dikaitkan dengan gangguan yang memiliki ciri yaitu naik turunnya mood,
aktifitas dan energi (Mintz, 2015). Keadaan emosional orang dengan gangguan bipolar
ekstrim dan intens yang terjadi pada waktu yang berbeda, atau bisa disebut mood.
Episode ini dikategorikan sebagai mania, hipomania, episode campuran dan depresi
(Ahuja, 2011). Terdapat beberapa tipe bipolar ,pertama ,Bipolar tipe I ditandai dengan
episode mania berat dan depresi berat (Ahuja,2011). Gangguan bipolar tipe I ini ketika
kondisi mania, penderita sering dalam kondisi “berat” dan berbahaya. Kedua, Bipolar
tipe II, pada kondisi ini penderita masih bisa berfungsi melaksanakan kegiatan harian
muncul ketika terjadi kenaikan emosi. Syclothymic disorder ialah bentuk ringan dari
1
Gangguan jiwa bipolar (Jiwo,2012). Syclothymic disorder (disebut juga cyclothymia)
didefinisikan dengan banyak periode gejala hipomania dan periode gejala depresi yang
berlangsung minimal selama 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja) (NIMH,
2015). Kondisi mania dan depresi bisa mengganggu, tetapi tidak seberat pada Gangguan
Prevalensi gangguan bipolar I menunjukkan data yang sama besar antara laki-laki
dan perempuan. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II, menunjukkan prevalensi pada
perempuan lebih besar daripada laki-laki. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali
pada pra pubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar (Kusumawardhani,
2012). Gangguan depresi berat masih berada di urutan prevalensi seumur hidup tertinggi
dari gangguan psikiatri (Kaplan & Sadock’s, 2015). Usaha bunuh diri terjadi hingga 50%
pasien dengan gangguan bipolar, dan 10 hingga 19% individu dengan gangguan bipolar I
penyakit ini bersifat berulang, episodik dan heterogen (Bauer, et al., 2013). Secara umum
terapi bipolar berfokus pada stabilisasi dengan tujuan pemulihan gejala mania atau
depresi pada pasien sehingga didapatkan mood yang stabil (eutimik). Fase pemeliharaan
fungsi sosial, mengurangi resiko bunuh diri, dan ketidakstabilan mood (Geddes dan
Mikowitz, 2013; Grande, et al., 2013). Pengobatan kedua fase dapat menjadi sangat
hipomania, atau frekuensi siklus menjadi lebih cepat (didefinisikan sebagai empat atau
lebih episode dalam 12 bulan) dan perawatan untuk mengurangi mania dapat
menyebabkan episode depresi (Geddes dan Mikowitz, 2013). Terapi utama untuk
episode mania pada ganggun bipolar ialah agen mood stabilizer atau antipsikotik, atau
2
kombinasi keduanya. Sedangkan, terapi utama yang digunakan untuk episode depresi
pada penderita bipolar ialah agen mood stabilizer atau antipsikotik tertentu. Antidepresan
dapat digunakan bersama mood stabilizer untuk mengurangi resiko terjadinya perubahan
suasana hati menjadi mania dan setelah pasien gagal merespon terapi dengan mood
Dukungan sosial merupakan salah satu dari sekian banyaknya dukungan moral
yang diberikan antar individu. Biasanya dukungan sosial mempelajari tentang hubungan
dan yang lainnya sebagai penerima dukungan (Sarason, 1996: 8). Dengan dukungan
sosial, diharapkan bisa mengubah kebiasaan atau perilaku individu yang sedang dalam
keadaan kurang baik jiwanya. Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada pasien
dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman,
tim kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial memiliki fungsi pertalian atau
ikatan sosial. Beberapa pendapat mengatakan bahwa dukungan sosial terutama dalam
konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga
barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Nursalam, 2007:
28). Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1993: 118) dukungan sosial terdiri atas informasi
atau nasehat verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata, atau tindakan yang
diberikan orang lain atau didapat karena kehadiran orang-orang tersebut memiliki
manfaat secara emosional dan perilaku untuk pihak penerima. Uchino (dalam Sarafino
2004: 53) menjelaskan bahwa dukungan sosial dikatakan sebagai perasaan nyaman,
peduli, saling menghargai atau adanya bantuan untuk seseorang dari orang lain atau
kelompok yang ada. Dukungan sosial dilihat dari segi fungsionalnya mencakup
3
dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka
memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial
merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini
karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan
agama ataupun bagian dari kelompok lainnya (Nursalam,2007: 30). Menurut Hurlock
(dalam Ashriati, 2006: 5) dukungan keluarga banyak mempunyai peran dalam kehidupan
pada pasien gangguan bipolar untuk maju dan berkembang dalam masyarakat.
Pendekatan yang ada dalam keluarga terutama dengan adanya ikatan emosional
merupakan keperluan bagi pasien pengidap gangguan jiwa, karena lingkungan pertama
adalah rumah, keluarga mempunyai peran dominan untuk menentukan masa depan pada
tingkah laku dari bayi dan tingkah laku dalam hubungan yang lain hingga mereka
dewasa.
Sembuh, menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah menjadi sehat kembali ,
Berkaitan dengan kesembuhan pada penderita Bipolar, apabila dilihat dari keterangan
beberapa ahli, maka kesembuhan pada bipolar dapat dikatakan “ tidak kambuh lagi”.
Dalam arti apabila tidak dilakukan penatalaksaan pengobatan bipolar maka akan muncul
dianjurkan dan diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi awal (Grande, et al.,
Menurut Cohen & Wills (dalam Arslan,2009 : 557) dukungan sosial keluarga dapat
4
keluarga menjadi sumber dan pengaruh positif dalam perkembangan adaptasi individu.
Apabila dukungan sosial keluarga diberikan keluarga dengan baik maka pasien bipolar
dapat mencapai penstabilan yang substansial dari turun naiknya suasana hati mereka dan
mampu memimpin kehidupan yang normal serta produktif. Dukungan sosial yang
diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri
dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai,
rekomendasi dokter ahli jiwa ( Psikiatri ) , diperlukan dukungan sosial dalam hal ini
keluarga sehingga pasien penderita bipolar dissorder dapat menjalani terapi dengan baik
dan dapat dikategorikan sembuh ( tidak kambuh ). Dalam konteks tersebut penulis akan
Dalam penulisan ini harapan penulis adalah agar kiranya bermanfaat terutama :
1.4.1. Untuk menambah wawasan penulis mengenai peran dukungan keluarga terhadap
5
1.4.2. Dapat dijadikan acuan bagi penulis pribadi, rekan sejawat maupun masyarakat yang