Anda di halaman 1dari 7

PAPER PSIKOLOGI KLINIS

GANGGUAN PERUBAHAN MOOD

(BIPOLAR DISORDER) PADA REMAJA

Dosen Pengampuh :
Inda Purwasih S.Psi, M.Psi Psikolog

Disusun oleh :
Prisca Andrea Puspa
183090115
PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2019

A. PENDAHULUAN
Masa remaja sangat rentan sekali mengalami gangguan jiwa maupun
gangguan mental, seperti yang kita ketahuhui pada masa remaja sangat
identik sekali dengan sifat labil serta banyak sekali faktor yang
menyebabkan gangguan mental pada masa remaja. Masa remaja
merupakan usia peralihan yaitu usia yang rawan untuk mengalami
gangguan jiwa seperti bipolar. Gangguan Bipolar merupakan nama yang
digunakan untuk perubahan mood secara berkala yang diperlihatkan oleh
individu yang mengalami episode manik (kutub pertama), episode depresi
berat (kutub kedua), dan perilaku normal yang terjadi di antara kedua
episode tersebut. Gangguan bipolar sebelumnya dikenal sebagai
gangguan manik-depresif. Selama episode mania, individu mengalami
euforia, grandiositas, energik, dan tidak dapat tidur serta memiliki
penilaian yang buruk dan pikiran, tindakan, serta bicara yang
cepat.(Videbeck, 2001:411).
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap
gangguan bipolar, gangguan ini terjadi karena minimnya wawasan dan
kurangnya kesadaran individu, keluarga maupun lingkungan terhadap
masalah yang berkaitan dengan kesehatan jiwa dan mental. Selain itu
gangguan bipolar memang tidak mudah dikenali, karena gangguan bipolar
terlihat tidak jauh berbeda dengan masalah gangguan mood atau
perubahan suasana hati biasa yang sering kali dianggap hal yang sepele.
Gangguan bipolar, yang sering disebut dengan gangguan manik
depresi, adalah suatu gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh
adanya fluktuasi mood yang ekstrim dari euforia menjadi depresi berat,
dan diperantarai oleh periode mood yang normal (Sonne SC, Pharmd,
Brady KT, 2002). Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah
kesehatan mental yang penting, yang terjadi hampir 2%-4% dari populasi.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena seringnya terjadi kekambuhan
dan banyaknya dampak yang merugikan yang dapat disebabkan olehnya,
di mana gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk
pasien, keluarga, dan masyarakat (Miller IW.dkk, 2008).
Berdasarkan Institut Nasional Kesehatan Mental Amerika Serikat (USA
Government's National Institute of Mental Health) atau NIMH, bipolar
disorder tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan dari
banyak faktor yang secara bersama-sama memicu terbentuknya penyakit
ini.
Bunuh diri merupakan penyebab kematian ke-11 di Amerika Serikat
dan penyebab angka kematian ke-3 pada populasi umur 15-24. Walaupun
angka kematian akibat bunuh diri cenderung menurun dari tahun 1909,
namun angka kematian karena bunuh diri lebih tinggi di antara populasi
usia lanjut antar 12,6-18%. Angka kematian akibat bunuh diri bervariasi
antar negara, distribusi pria-wanita juga bervariasi. Pasien dengan
gangguan mood mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melakukan
perilaku bunuh diri bevariasi dan tergantung pada tipe gangguan
psikiatriknya. Dari semua kasus bunuh diri (suicide), 60% karena
gangguan mood. (Willy F dan Albert A, 2009: 296-297)
B. PEMBAHASAN
1. Definisi
Bipolar Disorder (Gangguan Bipolar) merupakan nama yang
digunakan untuk perubahan mood secara berkala yang diperlihatkan
oleh individu yang mengalami episode manik (kutub pertama), episode
depresi berat (kutub kedua), dan perilaku normal yang terjadi di
antara kedua episode tersebut.(Videbeck, 2001:411). Menurut
Vaughan (2004), multimedia merupakan kombinasi teks, seni, gambar,
animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau
dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan atau dikontrol
secara interaktif.
Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan
polar berarti kutub, maka bipolar adalah gangguan perasaan dengan
dua kutub yang bertolak belakang (Panggabean &Rona, 2015). Dua
kutub yang dimaksud adalah depresi dan manik. Depresi didefinisikan
sebagai kedaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat
sangat, perasaan tidak berarti dan rasa bersalah, menarik diri dari
orang lain, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya
dilakukan (Davison, Neal, & King, 2010).
Masyarakat awam terutama orang-orang yang mengidap
gangguan bipolaritu sendiri, kadangkala tidak menyadari akan tanda
dan gejala gangguan bipolar tersebut, hal ini bisa dikarenakan
minimnya pengetahuan dan informasi tentang gangguan bipolar.
Selain itu ketidakpedulian masyarakat secara umum akan pentingnya
kesehatan jiwa dan mental juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan sedikitnya masyarakat yang memahami penyakit ini.
Padahal jika tidak segera ditangani, gangguan bipolar bisa sangat
merugikan sekaligus membahayakan bagi kualitas dan kelangsungan
hidup penderitanya.
Perbedaan yang mendasar antara orang dengan gangguan bipolar
dan yang tidak menderita bipolar adalah terkadang orang dengan
bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa perlu suatu alasan yang
jelas, pemicu kesedihan yang terlihat sederhana bagi orang lain bisa
menimbulkan depresi yang berkepanjangan di mana penderita bipolar
merasa sulit keluar dari perasaan tersebut (Panggabean &Rona,
2015).

2. T a n d a d a n G e j a l a
Gejala-gejala dari tahap depresi gangguan bipolar
a d a l a h s e b a g a i berikut :
1. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas;
2. Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu;
3. Tidak mampu merasakan kegembiraan;
4. Sudah letih, tak bergairah, tak bertenaga;
5. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang
berkepanjangan.

3. Jenis Gangguan Bipolar


Gangguan bipolar dapat terlihat dalam berbagai bentuk beberapa
jenis telah diidentifikasi jenis -jenis tersebut terutama terkait
dari pola terjadinyagangguan bipolar :
- Gangguan Bipolar I
Setidaknya terjadi satu kejadian kegembiraan berlebihan
(manik).
- Gangguan Bipolar II
Tidak ada kejadian kegembiraan berlebihan, t e t a p i
s e t i d a k n y a a d a s a t u k e j a d i a n sypomania, dan setidaknya
satukejadian kesedihan berlebihan (major depressie).
- Cyclothymia
Seperti halnya gangguan bipolar 33, tetapi
d e p r e s i n y a tidak dapat dikategorikan sebagai kesedihan
berlebihan.
- Unipolar
gejala yang diperlihatkan hanya satu gejala depresi
saja.Sedangkan pada bipolar 4 dan sama-sama
memiliki episode manik dan depresi. Namun perbedaan
terletak pada maniknya.
4. Penanganan
a. Perawatan di Rumah Sakit
Pananganan dengan cara hospitalisasi dilakukan apabila ada
resika bunuh diri atau membunuh, gerja-gejala berkembang
progresf, serta tak mampu mengurus diri atau tak ada yang
mampu mengurus.
b. Psikoterapi
Terapi keluarga diperlukan untuk mengajarkan tentang
gangguan mood serius dapat terjadi. Selain itu, pendekatan
kognituf dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
sangatlah penting karena fungsi psikososial pasien yang
terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama
meskipun setlah episode defresif menghilang. Pada beberapa
program terapi, modelling dan permainan peran dapat membantu
menegakkan keterampilan memecahkan masalah yang baik.
c. Farmakoterapi
Dapat menggunakan obat antidepresen untuk menenangkan
pasien, namun klinisi harus menggunakan antidepresan untuk
anak-anak hanya setalah dilakukan penenlitian atau
konsultasidengan klinisi yang ahli dalam pemakaian antidepresan
karena obat ini memilki efek samping dan FDA pun belum
memberikan izin untuk diberikan kepada anak yang terdepresi
karena obat ini bersifat toksis.

Penggunaan Fluoxetine (Prozac) telah digunakan dengan suatu


keberhasilan pada remaja dengan gangguan defresif berat. Gangguan
Bipolar I dan Bipolar II pada masa anak-anak maupun remaja dapat
diobati dengan Lithium dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak
yang mamiliki gangguan bipolar pada awal masa remajanya lebih kecil
kemungkinan untuk merespons terhadapt Lithinum dibandingkan
mereka yang tanpa gangguan perilaku.

C. KESIMPULAN

Pada penderita gangguan bipolar terjadi suasana perasaan yang labil,


mudah berubah, kadang sedih berlebihan dan di saat lain gembira luar
biasa. Jenis-jenis pengobatan yang diberikan tergantung dari gejala yang
dialami. Penderita bipolar selain membutuhkan obat seumur hidupnya,
mereka pun membutuhkan psikoterapi suportif dari keluarga yang dapat
membantu penderita untuk dapat hidup di dalam lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R., & Kahija, Y.F. (2017). Pengalaman Terdiagnosis Bipolar:


Sebuah Interpretatif Phenomonological Analysis. Jurnal Empati, Vol.7 No.3

Lewi, M.T., (2019). BIPOLAR AFFECTIVE DISORDER AND MANIC EPISODE


WITH PSYCHOTIC SYMPTOMS IN A 39 YEARS OLD MAN. Junal Argomed Unila.
Vol.1 No.3

Maramis, W.F. (2004), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi Kedua,


Airlangga University Press, Surabaya.

Fraci, Natasya.2018. HealthyPlace’s Intoductory Guide to Bipolar Disorder.


HelathyPlace.com

Videbeck, Sheila L. (2001), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Anggota IKAPI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai