Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebab suatu penyakit tidak hanya dikarenakan kelainan pada fisiologi tubuh
seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis. Gangguan psikologi atau
gangguan kejiwaan banyak ditemui di tengah masyarakat, mulai ringan hingga berat.
Berbagai penelitian pun dilakukan untuk mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah
kejiwaan yang masih kurang dipahami masyarakat adalah gangguan bipolar. Selain itu
penelitian maupun jurnal masih jarang mengangkat tentang penyakit gangguan bipolar.
Gangguan bipolar adalah salah satu penyakit mental yang paling umum, parah, dan
persisten (Ikawati, 2011). Gangguan Bipolar atau juga dikenal sebagai Mania-Depresif
merupakan gangguan otak yang menyebabkan perubahan yang tidak normal dalam suasana
hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari
(NIMH, 2008). Prevalensi gangguan Bipolar I (satu atau lebih episode mania atau campuran)
adalah 0,4% sampai 1,6%, dan untuk bipolar II disorder (episode depresi berulang besar
dengan episode hypomania) adalah sekitar 0,5%. Gangguan bipolar I terjadi sama pada pria
dan wanita, sedangkan Bipolar II gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita. Perbandingan
pria dan wanita 2 adalah sekitar 3:2 (Drayton&Weinstein, 2008).
Episode mania lebih terjadi terutama pada usia muda, sedangkan episode depresi
mendominasi dalam kelompok usia yang lebih tua. Usia onset gangguan bipolar sangat
bervariasi. Rentang usia baik untuk bipolar I dan bipolar II adalah dari masa kanak-kanak
sampai 50 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 21 tahun. Kebanyakan kasus dimulai ketika
mereka berusia 15-19 tahun (Ikawati, 2011).

Analisis pola pengobatan pada pasien gangguan bipolar diperlukan salah satunya
untuk mengetahui bagaimana pengobatan pada pasien gangguan bipolar memberikan
outcome membaik dari episode yang sedang dialami pasien. Di sisi lain, pasien gangguan
bipolar memiliki tingkat ketidakpatuhan untuk farmakoterapi yang relatif tinggi, diperkirakan
mencapai 32-45% dari pasien yang diobati (Rothbaum & Astin, 2000). Sedangkan penyakit
gangguan kejiwaan seperti gangguan bipolar memang belum mendapat perhatian yang cukup
dari banyak kalangan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka kami akan menjabarkan dan
menjelaskan gangguan kerusakan otak yang berhubungan dengan psikologi yaitu Bipolar
Disorder

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bipolar Disorder ?
2. Bagaimanakah Tanda-tanda dari gejala Bipolar Disorder?
3. Faktor- faktor apa yang menyebabkan Bipolar Disorder?

1.3 Tujan Penulisan


1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Bipolar Disorder
2. Untuk mengetahui Tanda-tanda dari gejala Bipolar Disorder
3. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa yang menyebabkan Bipolar Disorder

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bipolar Disosrder


Bipolar disorder adalah jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan mood
(alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Pengambilan istilah
bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba
antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan
(depresi) yang ekstrim.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high)
dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi , seseorang yang menderita bipolar
disorder memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara
drastis. Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan
bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi,
pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri (depresi). Dahulu,
penyakit ini disebut dengan "manic-depressive". Suasana hati meningkat secara klinis disebut
sebagai mania atau, jika ringan, hypomania . Individu yang mengalami episode manik juga
sering mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur
mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode
"normal" suasana hati (mood) , tetapi, dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin
berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagairapid-cycle. Manic episode Ekstrim
kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi .Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima
bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai
derajat yang lebih ringan daripada manik. Gangguan tersebut telah dibagi menjadi bipolar I ,
bipolar II, cyclothymia , dan jenis lainnya, berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat
keparahan episode mood; kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar.

Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen.
Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis (biasa terdiagnosis sebagai
skizofrenia). Gangguan jiwa bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen
remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia
remaja. Resiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka
mengambil jalan pintas.
Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan
kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita
bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara
anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih
parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko
mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap
penyakit bipolar.
2.2 Tanda dan gejala Bipolar Disorder
Bipolar disorder dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda. Gejala
bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang lebih rentan
terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis
episode. Beberapa gangguan mood sering, sementara yang lain hanya mengalami sedikit
selama seumur hidup.
Ada empat jenis mood episode dalam Bipolar Disorder: Mania, Hypomania,
Depresi, dan Episode Campuran. Setiap jenis mood episode bipolar disorder memiliki gejala
yang unik.

a.Tanda dan Gejala Mania


Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1.

Gembira berlebihan

2.

Mudah tersinggung sehingga mudah marah

3.

Merasa dirinya sangat penting

4.

Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain

5.

Penuh ide dan semangat baru

6.

Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya

7.

Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar

8.

Nafsu seksual meningkat

9.

Menyusun rencana yang tidak masuk akal

10.

Sangat aktif dan bergerak sangat cepat

11.

Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan

12.

Menghamburkan uang

13.

Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan

14.

Merasa sangat mengenal orang lain

15.

Mudah melempar kritik terhadap orang lain

16.

Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari

17.

Sulit tidur

18.

Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam

b.Tanda dan Gejala Hypomania


Hypomania adalah bentuk kurang parah mania. Orang-orang dalam keadaan
hypomanic merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan
kehidupan mereka sehari-hari dan mereka tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas.
Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hypomania hanyalah dalam
suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hypomania dapat menghasilkan keputusan yang
buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hypomania sering kali
dapat "naik kelas" untuk mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi besar.
Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada
pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami
halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan
biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania.Gejala-gejala dari tahap hipomania

bipolar disorder adalah sebagai berikut: 1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah. 3. Penurunan
kebutuhan untuk tidur.

c. Tanda dan Gejala Depresi Bipolar


Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1.

Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan

2.

Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas

3.

Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu

4.

Tidak mampu merasakan kegembiraan

5.

Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga

6.

Sulit konsentrasi

7.

Merasa tak berguna dan putus asa

8.

Merasa bersalah dan berdosa

9.

Rendah diri dan kurang percaya diri

10.

Beranggapan masa depan suram dan pesimistis

11.

Berpikir untuk bunuh diri

12.

Hilang nafsu makan atau makan berlebihan

13.

Penurunan berat badan atau penambahan berat badan

14.

Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan

15.

Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare

16.

Kehilangan gairah seksual

17.

Menghindari komunikasi dengan orang lain

Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan
30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.

d. Tanda dan Gejala Episode Campuran

Sebuah episode bipolar disorder campuran dari kedua fitur gejala mania atau
hypomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi
dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan pikiran
berlomba (Flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati (mood)
penderita beresiko yang sangat tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks bipolar disorder, episode campuran (mixed state) adalah suatu kondisi
dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin
bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di
kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah
menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap
lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif
cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat
berada pada epiode ini. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan
penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan
untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination. Gejala-gejala yang
diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut. 1. Selalu
berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya. 2.
Memiliki pandangan pribadi tentang kematian. 3. Mengkonsumsi obat-obatan secara
berlebihan dan alkohol. 4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik,
telepon. Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya
sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian,
dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang beresiko dapat membahayakan penderita atau
orang-orang disekelilingnya.

2.3 Faktor Penyebab Bipolar Disorder


Genetik

Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari
orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap
penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar
disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik
dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai
pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga
dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien
yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood.

Fisiologis
1. Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi
menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau
isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang
penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan
kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar
dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya
diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi. Fase ini terjadi
ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita
merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada
sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS

memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari


lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian
seperti ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk
tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan
dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan
reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi
tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait
dengan perubahan pada episode mania.
2. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi
hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang
dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity.
Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera.
Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari
cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih
dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada
orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya
cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga
telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal.
Penelitian mengenai Cushings Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol
pada gangguan depresi

Lingkungan

Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu


secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan
kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya
penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang
dengan bipolar disorder. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan
neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi
hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam
pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat
memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Namun,
banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward)
dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan
kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang
gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil
yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain
penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu
munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita
gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor
lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
1.

Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada

seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis

atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,
kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
2.

Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan

gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan
penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania,
sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
3.

Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania.

Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu
makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
4.

Perubahan Musiman - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola

musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih
sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4
musim).
5.

Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam

istirahat-bisa memicu episode mania

Self-help untuk bipolar disorder


Sementara berurusan dengan bipolar disorder tidak selalu mudah, tidak harus
menjalankan kehidupan Anda. Tetapi untuk sukses mengelola bipolar disorder, Anda harus
membuat pilihan cerdas. gaya hidup Anda dan kebiasaan sehari-hari memiliki dampak yang
signifikan terhadap suasana hati Anda. Baca terus untuk cara-cara untuk membantu diri Anda
sendiri:
1. Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan.
Pelajari sebanyak yang Anda bisa tentang bipolar. Semakin banyak Anda tahu, semakin baik
Anda akan berada dalam membantu pemulihan Anda sendiri.
2. Jauhkan stress.

Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat,
dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
3. Mencari dukungan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat Anda berpaling untuk meminta bantuan dan
dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan teman
yang dipercaya.
4. Buatlah pilihan yang sehat.
Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat membantu menstabilkan suasana hati
Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat penting.
5. Monitor suasana hati Anda.
Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati Anda berayun di luar
kendali sehingga Anda dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.

BAB III
KESIMPULAN

Bipolar disorder adalah jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan mood
(alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Pengambilan istilah
bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba
antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan
(depresi) yang ekstrim. Bipolar disorder dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang
berbeda. Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang
lebih rentan terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain bergantian sama antara
dua jenis episode. Bipolar Disorder disebabkan oleh genetik, Fisiologis, dan lingkungan. Bagi
orang mengalami gangguan Bipolar Disorder harus bisa mengontrol diri nya sendiri agar
gangguan tersebut bisa di minimalisir yang didukung oleh lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai