• Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) – usia 4-16 tahun; 11-18 tahun
• Strength → perilaku prososial
• Difficulties/Problem → emosi, perilaku, hiperaktivitas, problem
dengan teman sebaya
• SDQ 11-18: 20 pertanyaan; 3 opsi respon: tidak benar, agak benar,
selalu benar
• Skoring per dimensi; Kategorisasi skor: Normal, Ambang/Borderline,
Abnormal
• Ambang/Borderline → potens problem
• Abnormal → problem yang perlu segera ditangani
• Symptom Check List (SCL) 90
• Self report Questionnaire (SRQ)
Sumber: Buku Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian gangguan mental emosional (2021)
SDQ
(usia 8-15 tahun)
Identifikasi masalah:
- “dalam hal apa saja dia mengalami kesulitan?”
Emosi? Perilaku? Hiperaktivitas? Relasi dengan sebaya?
- “Bagaimana potensi yang dimilikinya?”
SRQ
Tindakan
KOGNISI
• Segala hal yang kita pikirkan: pendapat, pernyataan, komentar, keyakinan
(beliefs), opini, penilaian, konsep, dsb.
• Contoh:
• saya gagal, saya beruntung, saya tidak layak dicintai, saya tidak layak
dihargai, tidak ada orang yg peduli dengan saya, saya lovable, saya keren,
saya dibutuhkan teman-teman
• Orang baik, anak bandel, orang jahat, dia nyebelin, dia selalu begitu
• nasib baik, nasib buruk, hari ini tidak baik, hidup ini sulit
Emosi / Perasaan
• Setiap orang memiliki emosi dan perasaan.
• Namun terkadang orang tidak mengenali emosi dan perasaannya sendiri,
sehingga kurang mampu mengelola dengan baik.
• Akibatnya ketika dewasa apalagi menjadi orangtua, sulit memberikan
tuntunan dan contoh kepada anak bagaimana sebaiknya mengatasi
problem emosi yang sedang dihadapi.
• Emosi lebih kuat (intens) atau lebih mendalam daripada perasaan, muncul
dengan cepat, dan dapat menimbulkan gangguan fisik.
Tindakan / Perilaku
• Contoh:
• Diam, memukul, membanting pintu,
Mitos tentang emosi
Contoh:
● Marah → mengumpat, membanting pintu, memukul
REGULASI EMOSI
Kemampuan mengelola emosi dan respon emosi yang muncul, baik secara disadari
maupun tidak disadari, dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial
Prinsip dasar memahami emosi
• Semua orang memiliki kebutuhan dasar emosi
• Setiap orang mempunyai kebutuhan emosi namun dalam tingkatan (level) yang berbeda-
beda, bukan pada jenis emosinya
• Kebutuhan emosi lebih banyak daripada kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan utk dicintai,
diterima, dihargai, dipuaskan, merasa disenangi, merasa damai & tenang, dsb. Ada
pepatah yang mengatakan “Manusia tidak akan merasa berarti sampai akhirnya ia
sungguh-sungguh dicintai”
1. Problem emosi yang diungkapkan melalui ekspresi ke luar diri (externalizing problem),
yang sering kali tampak dari perilaku memukul / membanting benda, berteriak,
melanggar aturan, dsb.
2. Problem emosi yang diungkapkan ke dalam diri sendiri (internalizing problem), yang
seringkali tampak dari ekspresi murung dalam waktu lama, menarik diri dari pergaulan
(mengurung diri di kamar), diam menolak diajak bicara, menyalahkan diri sendiri,
memarahi diri sendiri, memandang buruk diri sendiri, menyakiti diri sendiri (self-harm),
hingga suicide ideas/attempts.
Adanya problem emosi merupakan
sinyal bahwa kita butuh bantuan
dalam mengatur emosi kita
• Setiap orang adalah pribadi yang unik; berbeda satu dengan yang lain,
meski berasal dari orangtua yang sama.
• Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk dicintai, diterima, dan
terlibat dalam relasi dengan orang lain.
• Ungkapan “kok beda ya dengan saya” menunjukkan kita gagal paham
prinsip individual differences, yaitu bahwa setiap pribadi berbeda.
2. Belajarlah untuk mampu memberikan perasaan menyenangkan pada
orang sekitar kita, yaitu: memberi perasaan nyaman, riang, senang,
dan rindu dengan kehadiran kita.
● @annastasia_ediati
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam Konseling Anak:
• Anak mempunyai kemamp verbal yg tidak sebaik orang dewasa
• Perlu mempertimbangkan dimensi waktu
• Sulit mengharapkan anak mpy inisiatif sendiri utk melakukan
konseling
• Anak belum siap menerima tanggung jawab pribadi atas persoalan
yg dihadapi
• Anak & proses konseling tergantung pd orangtua
• Play therapy & modifikasi perilaku biasanya paling berhasil
diterapkan
Tujuan konseling anak:
1. Membantu anak menghadapi masalah emosional yg menyakitkan
2. Membantu anak menyelaraskan pikiran, emosi, dan tingkah laku
3. Membantu anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri
4. Membantu anak menerima keterbatasan dan kelebihannya serta merasa OK
denganya
5. Membantu anak mengubah tingkah laku yg berdampak negatif
6. Membantu anak berfungsi dgn nyaman dan beradaptasi dgn
lingkungannya (di rumah, sekolah, lingkungan pergaulan)
7. Memaksimalkan kesempatan bagi anak utk memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangannya
Karakteristik hubungan anak-konselor