Anda di halaman 1dari 53

Konseling masalah kesehatan jiwa

anak dan remaja

Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog


Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia
Fakultas Psikologi UNDIP

Disampaikan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Konseling Masalah


Kesehatan Jiwa NAPZA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
05 April 2022
Gambaran
problem
kesehatan
mental:
Internasional
Gambaran
problem
kesehatan
mental
anak dan
remaja:
Internasional
Sumber: https://data.unicef.org/topic/child-health/mental-health/

Semakin bertambah usia, problem Kesehatan mental juga semakin bertambah


→ penanganan harus dilakukan sejak awal, agar problem kesehatan mental tidak
meningkat dengan cepat (eskalasi)
Problem kesehatan jiwa anak dan remaja:
Indonesia
a) Kecemasan
b) stres
c) gangguan emosi
d) gangguan perilaku
e) depresi
f) kecenderungan bunuh diri
g) adiksi internet
h) penyalahguna NAPZA
i) perilaku kenakalan atau kriminal anak remaja, serta meningkatnya kesulitan
pada anak remaja dengan gangguan perkembangan dan gangguan jiwa berat
Problem kesehatan jiwa anak:
Bayi, Anak Usia Prasekolah, Anak Usia Sekolah

• Masalah perkembangan anak


• Masalah kelekatan (attachment) dengan figur lekat
• Perkembangan kognitif
• Perkembangan emosi
• Perkembangan sosial
• Perundungan (bullying)
• Trauma terhadap peristiwa buruk
• Penyesuaian akademik
• Pengaruh buruk lingkungan (KDRT, pengabaian anak, parenting buruk,
lingkungan berisiko, anggota keluarga dgn ODGJ, konflik perkawinan,
lingkungan sekolah kurang mendukung)
Problem kesehatan jiwa anak:
Remaja
• Penyesuaian diri
• Penyesuaian dengan teman sebaya
• Penyesuaian akademik
• Problem relasi dengan lawan jenis
• Regulasi diri
• Regulasi emosi
• Kekerasan dalam pacaran
• Hubungan seksual berisiko
• Disorientasi diri dan seksual
Asesmen problem kesehatan jiwa Anak dan remaja
1. Instrumen standar, seperti:

• Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) – usia 4-16 tahun; 11-18 tahun
• Strength → perilaku prososial
• Difficulties/Problem → emosi, perilaku, hiperaktivitas, problem
dengan teman sebaya
• SDQ 11-18: 20 pertanyaan; 3 opsi respon: tidak benar, agak benar,
selalu benar
• Skoring per dimensi; Kategorisasi skor: Normal, Ambang/Borderline,
Abnormal
• Ambang/Borderline → potens problem
• Abnormal → problem yang perlu segera ditangani
• Symptom Check List (SCL) 90
• Self report Questionnaire (SRQ)
Sumber: Buku Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian gangguan mental emosional (2021)
SDQ
(usia 8-15 tahun)

Identifikasi masalah:
- “dalam hal apa saja dia mengalami kesulitan?”
Emosi? Perilaku? Hiperaktivitas? Relasi dengan sebaya?
- “Bagaimana potensi yang dimilikinya?”
SRQ

• 20 pertanyaan, dengan opsi “ya” and “tidak”


• Jika jumlah respon “YA” > 6 maka → indikasi adanya GME
• Depresi/cemas
• Somatik
• Penurunan energi
• Pikiran depresi
Asesmen problem kesehatan jiwa
Anak dan remaja
• Wawancara
• Penderita adalah sumber data utama yang paling mengetahui pikiran, perasaan,
dan alasan dibalik tindakan/perilakunya
• Hal-hal yang dirasakan mengganggu dirinya
• Riwayat (perkembangan pribadi, gangguan; situasi, pemicu, pola berulang, makna
yang diciptakan)
• Orangtua/caregiver dan penderita
• Observasi
• Bahasa verbal
• Bahasa non verbal (intonasi, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dll)
• Penampilan diri/fisik
Sumber:
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (2020)
Konseling kesehatan jiwa anak dan remaja:
Psikoedukasi pemahaman diri (self awareness)
- stress dan coping
- keterkaitan pikiran, emosi, & Tindakan
- psikologi humanistik
-
Gangguan mental emosional(GME)
(psychological distress)
• Distress vs eustress → stress tidak selalu
buruk/negatif
• GME = perubahan pikiran, perasaan, dan
perilaku yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, namun tidak
ditemui adanya hendaya/disfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
→kurang optimal dalam menjalankan
fungsi sehari-hari
Stress: Persepsi terhadap masalah dan kemampuan diri

Diriku > masalah

Masalah > diriku


• Berfokus pada masalah
yang bisa diselesaikan
• Meyakini diri sendiri bisa
belajar
• Memikirkan masalah secara
• makin mampu
mendalam, ingin
menyelesaikan masalah
mengantisipasi banyak hal
• tidak malu bertanya /
• Merasa tidak berdaya,
minta tolong
• Pesimis / tidak ada harapan
• Menerima kenyataan
• Tertutup/malu membicarakan
• Takut dengan masa depan
• Sulit menerima kenyataan
Kita tidak bisa mengubah hal-hal di luar diri kita
Kita bisa mengubah cara berpikir kita
Cara Mengatasi Stres
Hal-hal yang dapat saya ubah
Mulai dari diri sendiri atau kendalikan
Hal-hal yang tidak dapat saya ubah
tapi bisa saya pengaruhi

Hal-hal yang tidak dapat saya ubah dan


pengaruhi
Pikiran,
Emosi,
Tindakan,
dan
Keterkaitannya
• Seringkali tidak kita sadari Kognisi
keterkaitan antara pikiran, Pikiran
perasaan, dan perilaku

• Memahami dan menyadari


keterkaitan pikiran, perasaan, dan Afeksi
perilaku membuat kita semakin Perasaan/Emosi
menyadari diri kita dan apa yang
sedang terjadi dengan diri kita di
saat emosi / perilaku kita sulit kita
pahami Perilaku

Tindakan
KOGNISI
• Segala hal yang kita pikirkan: pendapat, pernyataan, komentar, keyakinan
(beliefs), opini, penilaian, konsep, dsb.

• Contoh:
• saya gagal, saya beruntung, saya tidak layak dicintai, saya tidak layak
dihargai, tidak ada orang yg peduli dengan saya, saya lovable, saya keren,
saya dibutuhkan teman-teman
• Orang baik, anak bandel, orang jahat, dia nyebelin, dia selalu begitu
• nasib baik, nasib buruk, hari ini tidak baik, hidup ini sulit
Emosi / Perasaan
• Setiap orang memiliki emosi dan perasaan.
• Namun terkadang orang tidak mengenali emosi dan perasaannya sendiri,
sehingga kurang mampu mengelola dengan baik.
• Akibatnya ketika dewasa apalagi menjadi orangtua, sulit memberikan
tuntunan dan contoh kepada anak bagaimana sebaiknya mengatasi
problem emosi yang sedang dihadapi.

• Emosi lebih kuat (intens) atau lebih mendalam daripada perasaan, muncul
dengan cepat, dan dapat menimbulkan gangguan fisik.
Tindakan / Perilaku

• Tindakan (act) adalah gerakan yang


kita lakukan untuk mengekspresikan
apa yang kita pikirkan/rasakan

• Perilaku (behavior) adalah serangkaian


tindakan yang kita lakukan

• Contoh:
• Diam, memukul, membanting pintu,
Mitos tentang emosi

1. Ada emosi positif, ada emosi negatif


• Semua emosi pada dasarnya penting untuk manusia.

• Namun seringkali label baik-buruk atau positif-negatif

keliru ditempelkan pada emosi.


• Yang baik-buruk atau positif-negatif adalah tindakan yang

dilakukan untuk mengekspresikan emosi tersebut.

Contoh:
● Marah → mengumpat, membanting pintu, memukul

● Sedih → mogok makan, tidak berhenti makan


Mitos tentang emosi

2. Emosi itu sama dengan marah

“Kamu bikin saya emosi saja!” Ungkapan ini seringkali


terlontar untuk menunjukkan bahwa orang tersebut
sedang marah →mispersepsi

Sesungguhnya, ada banyak jenis emosi selain marah, yaitu,


sedih (sad), malu (shame), takut (fear), cemas (anxious),
dukacita (grief), gembira (glad), bahagia (happy), bersyukur
(grateful), sukacita (joyful), dan sebagainya.
01 02 03
Gunakan emosi
Kenali & pahami Kelola emosi untuk tindakan &
emosi diri pencapaian tujuan

REGULASI EMOSI

Kemampuan mengelola emosi dan respon emosi yang muncul, baik secara disadari
maupun tidak disadari, dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial
Prinsip dasar memahami emosi
• Semua orang memiliki kebutuhan dasar emosi

• Setiap orang mempunyai kebutuhan emosi namun dalam tingkatan (level) yang berbeda-
beda, bukan pada jenis emosinya

• Kebutuhan emosi lebih banyak daripada kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan utk dicintai,
diterima, dihargai, dipuaskan, merasa disenangi, merasa damai & tenang, dsb. Ada
pepatah yang mengatakan “Manusia tidak akan merasa berarti sampai akhirnya ia
sungguh-sungguh dicintai”

• Perasaan hanya dapat diterima, tidak bisa diperdebatkan (seperti pendapat/opini).


Seharusnya kita tidak mengatakan “begitu saja kok marah…” atau “digituin kok marah,
sensitif banget..” atau ungkapan menolak emosi lainnya.
Menerima bahwa perasaan itu ada pada diri
seseorang, adalah salah satu bentuk kita
menerima dia sebagai pribadi.

Menolak perasaan berarti menolak pribadi tersebut.


Problem Emosi: Apa itu?

1. Problem emosi yang diungkapkan melalui ekspresi ke luar diri (externalizing problem),
yang sering kali tampak dari perilaku memukul / membanting benda, berteriak,
melanggar aturan, dsb.

2. Problem emosi yang diungkapkan ke dalam diri sendiri (internalizing problem), yang
seringkali tampak dari ekspresi murung dalam waktu lama, menarik diri dari pergaulan
(mengurung diri di kamar), diam menolak diajak bicara, menyalahkan diri sendiri,
memarahi diri sendiri, memandang buruk diri sendiri, menyakiti diri sendiri (self-harm),
hingga suicide ideas/attempts.
Adanya problem emosi merupakan
sinyal bahwa kita butuh bantuan
dalam mengatur emosi kita

Bukan berarti kita buruk, gagal, atau


tidak mampu…
Prinsip mengelola emosi
1. Pahamilah kebutuhan emosi anda dan kadar kebutuhan yang harus
dipenuhi.

• Setiap orang adalah pribadi yang unik; berbeda satu dengan yang lain,
meski berasal dari orangtua yang sama.
• Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk dicintai, diterima, dan
terlibat dalam relasi dengan orang lain.
• Ungkapan “kok beda ya dengan saya” menunjukkan kita gagal paham
prinsip individual differences, yaitu bahwa setiap pribadi berbeda.
2. Belajarlah untuk mampu memberikan perasaan menyenangkan pada
orang sekitar kita, yaitu: memberi perasaan nyaman, riang, senang,
dan rindu dengan kehadiran kita.

3. Ketika terjadi masalah yang menimbulkan emosi, tundalah utk bereaksi


dengan melakukan pemetaan (memilah-milah) 5 hal berikut:

• Apakah setting (konteks) peristiwanya?

• Pikiran (beliefs) apa yang muncul saat itu?

• Apa perasaan yang dominan dan reaksi tubuh yang muncul?

• Apa tindakan saya untuk mengekspresikan emosi tersebut?

• Apa yang seharusnya saya lakukan untuk membuat rasa nyaman?


Asumsi dasar tentang manusia

Manusia itu pada dasarnya:


▪ Berhak diterima dan dipahami (deserving of acceptance and understanding)
▪ Mampu berubah
▪ Menciptakan pemaknaannya sendiri (create their own meaning)
▪ Ahli mengenai dirinya sendiri
▪ Ingin menyadari potensi yang dimiliki
▪ Bertindak/berperilaku ada tujuannya (purposeful)
▪ Akan bekerja keras untuk meraih cita-cita / impian yang telah mereka tetapkan
sendiri
Konseling kesehatan jiwa
anak dan remaja
Proses Konseling
Proses Konseling
1. Membangun relasi (relationship building)

2. Asesmen Persoalan (Problem assessment)

3. Menentukan target konseling (Goal setting)


4. Intervensi Konseling

5. Evaluasi, Mengakhiri sesi, atau Merujuk


1. Membangun relasi (relationship building)

Hal-hal yang perlu dilakukan Konselor selama konseling:

• Mendengarkan dan memahami klien secara aktif


• Menerima keinginan mereka untuk berubah
• Tidak buru-buru menghakimi
• Mengungkapkan kehangatan dan penerimaan dengan tepat
• Berkomunikasi bahwa Anda memiliki pemahaman tentang dunia klien
• Memahami keheningan (silence)
• Memberikan dukungan dan tantangan
• Membantu klien dalam mengolah sumber daya dalam diri (internal resources)
klien untuk perubahan
• Membantu klien mengambil langkah tertentu untuk membawa perubahan
1. Membangun relasi (relationship building)

Beberapa pertanyaan pembuka:


• Mengapa Anda datang untuk konseling? Apa yang mendorong Anda untuk
mencari bantuan konselor?
• Apa yang Anda inginkan?
• Apa yang Anda harapkan dari konseling ini?
• Apa yang menjadi keluhan Anda? Apa yang sering mengganggu pikiran /
mengganjal perasaan Anda akhir-akhir ini?
• Dalam hal apa Anda ingin berubah? Dalam hal apa Anda berharap situasi
kehidupan Anda berubah?
2. Asesmen Persoalan (problem assessment)
Melakukan eksplorasi informasi mengenai:
● Latar belakang kehidupan klien
● Kemampuan, potensi, kepribadian, pola pikir, kematangan emosi klien
(internal resources)
● Setting persoalan yang dihadapi
● Pola-pola yang selama ini digunakan klien: pola komunikasi, pola coping
terhadap tekanan/masalah, pola adaptasi dengan lingkungan / hal baru
● Potensi dukungan sosial klien (external resources)
3. Goal setting
Setelah memiliki informasi yang cukup mengenai problem yang
dihadapi dan potensi penyelesaian masalah, maka konselor
bersama klien melakukan:
• Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menyelesaikan
masalah
• Menyusun action plan
• Membangun support system
• Menjaga keseimbangan
• Memodifikasi lingkungan (bila memungkinkan)
4. Intervensi konseling

Setelah menyepakati bersama klien mengenai target (goals) yang akan


dicapai, maka konselor mulai melakukan intervensi, antara lain:
• Strategi penyelesaian masalah
Contoh: disepakati sasaran perubahannya adalah memperbaiki komunikasi
dengan orangtua
Strategi: melatih ketrampilan menyampaikan pesan di saat marah,
menggunakan bahasa verbal dan non-verbal yang efektif, menyampaikan pesan
secara tertulis
• Melibatkan support group (jika diperlukan)
• Mencari asset/potensi klien yang perlu dikembangkan
• Teknik lain berdasarkan pendekatan yg relevan
5. Evaluasi, mengakhiri sesi, dan merujuk

Konselor bersama klien:


• Me-review kembali apa saja yang sudah dilakukan / dilalui,
• Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai & yang belum berhasil
dicapai
• memberikan apresiasi kepada klien atas hal baik yang sudah
dilakukan dalam berproses
• Memberikan masukan perbaikan utk hal-hal yang belum dicapai
• Menyusun rencana selanjutnya
• Menutup sesi/konseling dengan afirmasi positif
Konseling
Anak & Remaja
● Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog

● @annastasia_ediati
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam Konseling Anak:
• Anak mempunyai kemamp verbal yg tidak sebaik orang dewasa
• Perlu mempertimbangkan dimensi waktu
• Sulit mengharapkan anak mpy inisiatif sendiri utk melakukan
konseling
• Anak belum siap menerima tanggung jawab pribadi atas persoalan
yg dihadapi
• Anak & proses konseling tergantung pd orangtua
• Play therapy & modifikasi perilaku biasanya paling berhasil
diterapkan
Tujuan konseling anak:
1. Membantu anak menghadapi masalah emosional yg menyakitkan
2. Membantu anak menyelaraskan pikiran, emosi, dan tingkah laku
3. Membantu anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri
4. Membantu anak menerima keterbatasan dan kelebihannya serta merasa OK
denganya
5. Membantu anak mengubah tingkah laku yg berdampak negatif
6. Membantu anak berfungsi dgn nyaman dan beradaptasi dgn
lingkungannya (di rumah, sekolah, lingkungan pergaulan)
7. Memaksimalkan kesempatan bagi anak utk memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangannya
Karakteristik hubungan anak-konselor

1. Ada keterkaitan antara dunia anak dgn konselor


2. Eksklusif
3. Aman
4. Autentik
5. Rahasia (atas batasan)
6. Non-intrusive (tidak mencampuri)
7. Mempunyai tujuan
Proses terapi anak (Geldard & Geldard, 2008)
Sesi seluruh Memilih media yg
Menerima rujukan Perjanjian dgn Ortu
keluarga tepat

Membantu anak Mengundang dan


Memberdayakan melepas emosinya membantu anak Bergabung dengan
anak dan memecahkan mengutarakan anak
persoalannya ceritanya

Membantu anak Membantu anak


berpikir secara berperilaku Evaluasi akhir Mengakhiri terapi
berbeda berbeda
Konseling Remaja
Mengapa konseling remaja perlu
perhatian khusus?

● Karena dari tinjauan perkembangan, masa remaja


adalah masa transisi yang penuh dengan tekanan

● Remaja ingin mandiri (tidak ingin dianggap anak-


anak) namun dalam kenyataannya belum
sepenuhnya mampu mengatasi persoalan yang
dihadapi
Permasalahan umum
pada remaja
• Stres dan coping stress
• Perubahan kepribadian (inferiority, dll)
• Kesehatan mental (depresi, gangguan cemas, dll)
• Penolakan teman sebaya
• Penyalahgunaan narkoba
• Ide-ide “gila” untuk mencari sensasi/perhatian
Dampak negatif problem psikologis
yang umum ditemukan
• Problem adaptasi
• Perilaku tidak asertif
• Tindakan berisiko tinggi (risk taking behavior)
• Eksperimen seks
• Keinginan untuk mengakhiri hidup
• Adiksi alkohol, narkoba, rokok
• Tindakan kriminal
• Terrorisme
Konselor remaja
perlu…

• Membangun rapport yang baik


• Memiliki ketrampilan mendengarkan aktif
• Mengamati perilaku klien
• Memiliki self-esteem yang baik dan kuat
• Tulus peduli pada klien
Hindari hal-hal berikut ini dalam
konseling dengan remaja:
• Menimbulkan kesan menginterogasi
• Menekankan / menggunakan nilai-nilai pribadi pada klien
• Bersikap menyalahkan klien
• Membatasi waktu
• Memberi saran dengan menggurui
• Menggunakan istilah teknis (jargon)
Tahapan konseling
remaja

Tahap 1 – Membangun relasi terapeutik


Tahap 2 - Assessment & diagnosis
Tahap 3 – Formulasi tujuan konseling
Tahap 4 – Intervensi & problem-solving
Tahap 5 – Terminasi & follow-up
Terima kasih
Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai