Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GANGGUAN JIWA BIPOLAR

IDENTITAS
Topik

: Pentingnya Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Bipolar

Sub Topik

: mengenali gangguan jiwa bipolar

Hari/ Tanggal : Senin, 30 Maret 2015


Waktu

: 10.00 s/d 11.30 WIB

Sasaran

: Pasien dan keluarga pasien yang datang ke poliklinik

Tempat: Poliklinik

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan tentang Gangguan Jiwa Bipolar diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat memahami dengan baik tentang gejala dari gangguan jiwa bipolar
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat :

Dapat menjelaskan yang dimaksud dengan gangguan jiwa bipolar


Mengetahui penyebab dari gangguan jiwa bipolar
Mengetahui gejala dari Gangguan jiwa bipolar
Mengetahui penanganan termasuk edukasi dan dampak dari penyakit gangguan jiwa
bipolar
Mengetahui kapan pasien harus di bawa ke rumah sakit

MATERI (terlampir)

Pengertian Gangguan Jiwa Bipolar


Insidensi Gangguan Jiwa Bipolar
Manifestasi Gangguan Jiwa Bipolar
Penanganan Gangguan Jiwa Bipolar
Mengetahui dampak Gangguan Jiwa Bipolar

MEDIA

Laptop

LCD

Microphone

Leaflet

Poster

METODE
Ceramah
Diskusi
Tanya Jawab

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


NO

KEGIATAN

Pembukaan

Isi

PENYULUHAN

AUDIENCE

Mengucapkan salam

Menjawab salam

Memperkenalkan diri

Memperhatikan

Pengertian Gangguan

Menyampaikan

Jiwa Bipolar
-

Insidensi Gangguan

5 menit

45 menit

pengetahuannya
-

Jiwa Bipolar
-

WAKTU

Mendengarkan dan
memperhatikan
penyampaian materi

Manifestasi Gangguan
Jiwa Bipolar

Penanganan Gangguan
Jiwa Bipolar

Mengetahui dampak
Gangguan Jiwa Bipolar

Penutup

Menyimpulkan materi

Memberikan
kesempatan peserta

Menutup dan

10 menit

memperhatikan
-

untuk bertanya
-

Mendengarkan dan

Akfif mengajukan
pertanyaan

Menjawab salam

mengucapkan salam

BAB I
PENDAHULUAN
Alam perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu
yang dialaminya. Suasana alam perasaan seseorang mungkin normal, meninggi atau
bahkan terdepresi. Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan dan
memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka mampu mengendalikan suasana
perasaan dan afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang mengalami gangguan pada alam
perasaannya.
Gangguan alam perasaan adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya
kendali perasaan akibat pengalaman subjektif yang berhubungan dengan penderitaan berat.
Pasien dengan suasana perasaan yang meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap
meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur,
peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan suasana perasaan terdepresi
(yaitu depresi) merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan dan fikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Tanda dan gejala lain dari gangguan susana perasaan adalah perubahan tingkat
aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu
makan, aktivitas seksual dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu
menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan gejala utamanya adalah
perubahan mood yang secara periodic berganti-ganti antara mania dan depresi, biasanya
diikuti oleh gejala-gejala lain yang khas. Gangguan ini dikenal sebagai gangguan afektif
bipolar.
Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan
menetap sebesar 0,3 1,5 %, beberapa kepustakaan juga memperhitungkan gangguan ini
berkisar antara 2-25%. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan.
Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari
gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat
4

sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika.
Perkiraan lainnya, sekitar 25 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan
percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri.

BAB II
PEMBAHASAN
ETIOPATOFISIOLOGI
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Dianggap serangan virus
pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran.
Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu timbul
karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang
mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%.

Sekarang, penyebab gangguan bipolar diketahui multifaktor. Mencakup aspek biopsikososial. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di
otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan,
stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.

Herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode
manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi
biologik. 50% pasien bipolar memiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan
afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar
maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua
mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam
perasaan. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko
menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi
terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 1020%.

Genetik
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut
yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24,
18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata
penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen
yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang
berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF
diduga ikut terlibat dalam pengaturan mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom
11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan
bipolar dan hasilnya positif.
6

Neurotransmitter
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti
mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter
tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan
neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A
(MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter
(5HTT).

Kelainan otak
Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan
magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan
jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak
hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil
pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan
bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak penderita
bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus
akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit
berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan


Satu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan
suasana perasaan daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk
pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.
7

Faktor psikoanalitik dan psikodinamika


Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmund Freud mendalilkan suatu hubungan
antara kehilangan suatu objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang
dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang
hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan satu-satunya cara bagi ego
untuk melepaskan suatu objek. Ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas
dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam
hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang
berkabung tidak demikian. Melanie Klein selanjutnya menghubungkan depresi dengan
posisi depresif. Ia mengerti siklus manik-depresif sebagai pencerminan kegagalan pada
masa anak-anak untuk mendapatkan introjeksi mencintai. Di dalam pandangannya, pasien
depresi menderita akibat permasalahan bahwa mereka mungkin memilki objek cinta yang
dihancurkan melalui destruktivitas dan ketamakan mereka sendiri. Sebagai akibat dari
destruksi yang dikhayalkan tersebut, mereka berguna yang karakteristik untuk pasien
depresi melebihi perasaan bahwa orang tua internal mereka yang baik telah
ditransformasikan menjadi penyiksa karena khayalan dan impuls destruktif pasien. Klien
memandang

mania

sebagai

kumpulan

operasi

defensif

yang

disusun

untuk

mengidealisasikan orang lain, menyangkal adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang
lain, dan mengembalikan objek cinta yang hilang. Bibring memandang depresi sebagai
suatu keadaan afektif primer yang tidak dapat melakukan apa-apa terhadap agresi yang
dihadapkan ke dalam. Selain itu, ia memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal
dari ketegangan di dalam ego antara aspirasi seseorang dan kenyataan seseorang. Jika
pasien terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan idealnya, sebagai
akibatnya mereka putus asa dan sebagai akibatnya mereka merasa putus asa dan tidak
berdaya. Pada intinya, depresi dapat disimpulkan sebagai keruntuhan parsial atau lengkap
dari harga diri di dalam ego.Heinz Kohut mendefinisikan kembali depresi di dalam istilah
psikologi diri. Jika objek diri yang diperlukan untuk bercermin, kekembaran, atau
idealisasi tidak datang dari orang yang bermakna, orang yang terdepresi merasakan suatu
ketidaklengkapan dan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan. Di dalam
pengertian tersebut, respon tertentu di dalam lingkungan adalah diperlukan untuk
mempertahankan harga diri dan perasaan kelengkapan
8

Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness)


Di dalam percobaan dimana binatang secara berulang dipaparkan dengan kejutan listrik
yang tidak dapat dihindarinya, binatang akhirnya menyerah dan tidak melakukan usaha
sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak
berdaya. Pada manusia yang terdepresi, kita dapat menemukan keadaan ketidakberdayaan
yang mirip. Menurut teori ketidakberdayaan yang dipelajari, depresi dapat membaik jika
klinisi mengisi pada pasien yang terdepresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan
lingkungan. Klinisi menggunakan teknik perilaku berupa dorongan yang menyenangkan
dan positif di dalam usaha tersebut.

Teori kognitif
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang sering
adalah melibatkan distorsi negatif, pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,
pesimisme, dan keputusasaan. Pandangan negatif yang dipelajari tersebut selanjutnya
menyebabkan

perasaan

depresi.

Seorang

ahli

terapi

kognitif

berusaha

untuk

mengidentifikasi hal yang negatif dengan menggunakan tugas perilaku, seperti mencatat
dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien.

KRITERIA DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN FISIK


Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III,
gangguan afektif bipolar ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas
(depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan
depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari
masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun.
Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan
refrakter.
9

Kriteria Diagnostik
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan
menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan
adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan
hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut
episode kini yang dialami penderita.
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang
menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan
gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada
orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh
stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar,Episode Kini Hipomanik:
Pedoman diagnostik, pasti :
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria hipomania (F30.0) ataupun sedang
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,depresif atau
campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode:
Pedoman diagnostik, pasti :
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik (F30.1).
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,depresif atau
campuran) di masa lampau.

10

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik:
Pedoman diagnostik, pasti :
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik (F30.2)
waham atau halusinasi dapat di tentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan mood,dam
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,depresif atau
campuran) di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang
c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0)
ataupun sedang (F32.1), dan
d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatic
dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.30 Tanpa gejala somatik
F31.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2), dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa
lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3), dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa
lampau.

11

Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afeknya.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar,Episode Kini Campuran:
Manifestasi klinis :
Pernah sekurangnya mengalami sekurangnya satu episode afektif manik,hipomanik atau
campuran di masa lampau, sekarang sedang menunjukan gejala gejala manik, hipomanik dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat.
Pedoman diagnostik:
Khas gangguan bipolar,tetapi
a) Mood depresif:
- Selama beberapa hari atau beberapa minggu disertai aktivitas berlebihan dan kegesitan
bicara, atau mood yang manik dan grandiositas di sertai agitasi dan kehilangan
-

energi/libido.
Gejala depresif dan gejala mania/hipomania bergantian dengan cepat dari hari ke hari atau

dari jam ke jam.


b) Tiap episode sama-sama mencolok selama sekurangnya dua minggu.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini dalam remisi:
Pedoman diagnostik:
Pernah mengalami sekurangnya satu episode afektif manik, hipomanik atau campuran di
masa lampau, di tambah lagi satu episode afektif manik, hipomanik, depresif atau campuran,
tetapi sekarang tidak menderita suatu gangguan afektif yang nyata dan juga tidak menderitanya
selama beberapa bulan terahir. Bisa saja sedang mendapat pengobatan untuk mengurangi resiko
timbulnya episode di masa mendatang.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar lainya :


F31.7 Gangguan Afektif Bipolar YTT:
12

Episode Depresif
Walaupun banyak penelitian telah berusaha untuk menemukan perbedaan yang dapat
dipercaya antara episode depresif gangguan bipolar dan episode gangguan depresif, perbedaan
tersebut sulit ditemukan. Di dalam situasi klinis, hanya riwayat penyakit pasien, riwayat
keluarga, dan perjalanan penyakit di masa mendatang dapat membantu membedakan kedua
kondisi tersebut.
F32 Episode Depresif
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini, ringan
(F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2 dan F32.3), gejala utama yang ditemukan adalah :
-

Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

Gejala lainnya adalah :


a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan
d)
e)
f)
g)

sekali pun)
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Mood yang menurun bervariasi pada tiap individu. Pada beberapa kasus, kegelisahan,
ansieas, dan agitasi motorik lebih menonjol pada waktu tertentu, afek iritabel perilaku histrionik,
minum alkohol berlebihan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada sebelumnya atau
preokupasi hipokondrik. Lama episode sekurangnya dua minggu, atau lebih pendek bila gejala
luar bisa berat dan berlangsung cepat.
-

Gejala somatik :
Sindrom somatik di anggap ada bila terdapat sekurangnya gajala di bawah ini :

13

a) Kehilangan minat atau kesenangan terhadap kegiatan yang biasanya dapat di nikmati.
b) Tidak bereaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa yang biasanya
c)
d)
e)
f)
g)
h)

menyenangkan.
Bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih dari biasanya.
Depresi lebih parah pada pagi hari
Bukti obyektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata
Kehilangan nafsu makan secara mencolok
Penurunan berat badan (5% atau lebih dari berat badan bulan terahir)
Penurunan libido yang mencolok

Kategori ringan (F32.0), sedang (F32.1), atau berat (F32.2) untuk episode depresif

tunggal/pertama, bila berulang masuk dalam gangguan depresi berulang (F33.-)


Bila ada demensi (F00-E03) atau retardasi mental (F70-F79), timbul kesukaran komunikasi,
diagnosis mengandalkan gejala somatik obyektif seperti retardasi psikomotor, kehilangan
nafsu makan dan berat badan serta gangguan tidur.

F32.0 Episode Depresif Ringan


Pedoman diagnostik :
-

Sekurangnya dua dari :


a. Suasana perasaan (mood) yang depresif
b. Kehilangan minat dan kesenangan
c. Mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang paling khas

Sekurang-kurangnya dua gejala dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lain

(untuk F32.-) harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti.


Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya episode berlangsung ialah sekurangkurangnya sekitar 2 minggu.
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang gejalanya dan
agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan sosial, namun
mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik :


F32.00 Tanpa gejala somatik
Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan tidak ada atau hanya sedikit
sekali gejala somatik

14

F32.01 Dengan gejala somatik


Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan empat atau lebih gejala somatik
juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik ditemukan tetapi luar biasa beratnya,
maka penggunaan kategori ini mungkin dapat dibenarkan)
F32.1 Episode Depresif Sedang
-

Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang ditentukan untuk

episode depresif ringan (F32.0),


Ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala
mungkin amat menyolok, namun tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup

banyak variasi gejalanya.


Lamanya keseluruhan episode berlangsung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Individu yang mengalami episode depresif taraf sedang biasanya menghadapi kesulitan
nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik :


F32.10 Tanpa gejala somatik
Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan tidak ada atau hanya sedikit
sekali gejala somatik
F32.11 Dengan gejala somatik
Kriteria untuk episode depresif sedang telah dipenuhi, dan ada empat atau lebih gejala
somatik juga ditemukan. (jika hanya dua atau tiga gejala somatik ditemukan tetapi luar biasa
beratnya, maka penggunaan kategori ini mungkin dapat dibenarkan)
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
-

Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau kegelisahan

yang amat nyata, kecuali apabila retardasi mental merupakan ciri terkemuka.
Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok
Bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.
Anggapan disini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode depresif
berat.

15

Pedoma diagnostik :
-

Semua ketiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresof ringan dan sedang harus

ada
Ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya
Beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya
agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh

dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan.


Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.


Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkinpenderita akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.
Kategori ini hendaknya digunakan untuk episode depresif berat tunggal tanpa gejala
psikotik, untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori dari gangguan depresif
berulang.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik


-

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas, disertai

waham, halusinasi atau stupor depresif.


Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam, dan pasien dapat merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau bau kotoran

atau daging membusuk.


Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan suasana perasaan (mood).

Pemeriksaan Fisik

Penampilan
Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin menunjukkan sedikit sampai
tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat, kotor, berlubang, kumal, serta
16

tidak cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara signifikan,
ukuran pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang
rendah, yang ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan
diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau
sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya.
Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka
bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka
juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.

Afek/Suasana Perasaan
Afek depresi. Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode depresi.
Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi.

Pikiran
Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka. Gagasan yang
negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu istilah bahwa mereka bagaikan
gelas yang separuh kosong. Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang
bunuh diri.

Persepsi
Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan tanpa psikotik.
Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan halusinasi yang sesuai atau tidak dengan
suasana hati. Penderita merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang sangat
dalam.

Bunuh Diri
Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi. Mereka adalah
individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.

Pembunuhan/Kekerasan
Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan bunuh diri. Pada
beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak berguna lagi untuknya dan
untuk orang terdekatnya/orang lain.
17

Tilikan/Insight
Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri. Penderita
biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab mereka sangat jatuh dan
menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka memiliki sedikit pengertian terhadap
diri mereka sendiri.

Kognitif
Pada depresi dan manik yang berat, penderita dapat mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.

PENATALAKSANAAN

IV.1 Penentuan Kegawatdaruratan


Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya,
seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan
depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan
pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat
bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.

18

a) Rawat Inap
i.

Berbahaya untuk diri sendiri


Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat terlihat
dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh
diri yang serius dan idea spesifik dengan rencana menghilangkan
bukti,

memerlukan

observasi

yang

ketat

dan

perlindungan

pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek


lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak
cukup makan beresiko kematian.
ii.

Berbahaya bagi orang lain


Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa orang lain,
contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat
meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia
berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka
dari kesengsaraan dunia.

iii.

Hendaya Berat
Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang
tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang
seperti

ini

sendirian

sangat

berbahaya

dan

tidak

menyembuhkannya.
iv.

Kondisi medis yang harus dimonitor


Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan
jantung harus berada di lingkungan medis, dimana obat psikotropik
dapat dimonitor dan diobservasi.

19

b) Rawat inap parsial atau program perawatan sehari


Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat
pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.
Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak
berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila
diberi banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan
keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malam dan
harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa
segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi
penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan
hubungan interpersonal.

c) Rawat jalan
Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.
i.

Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya. Stressor ini dapat
berasal dari keluarga atau pekerjaan, dan bila terkumpul dapat mendorong penderita

ii.

menjadi depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.


Memonitor dan mendukung pemberian obat. Pengobatan membuat perubahan yang
luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping.
Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka
mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun
mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk
mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan

iii.

pengobatan.
Membangun sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak
alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan.
Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu
mempertahankan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita
tinggal dan diterima di masyarakat.

20

iv.

Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang
penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan
zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting.
Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat
luar biasa.

Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para
praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi
sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Terapi
a) Terapi Farmakologi
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita.
Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan
gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut
dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk episode
depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan
pencegahan juga harus diberikan.
Pengalaman klinis menunjukkan bahwa jika diterapi dengan obat mood stabilizer,
penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manik dan depresi. Obat
ini bekerja dengan cara menstabilkan mood penderita (sesuai namanya), juga dapat
menstabilakn manik dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis atipikal seperti ziprasidone,
quetiapine, risperidone, aripiprazole dan olanzapine, kini juga sering digunakan untuk
menstabilkan manik akut, bahkan untuk menstabilkan mood pada depresi bipolar.
Gangguan Bipolar 1:
- Lithium
- Anti konvulsan: valproate dan carbarnazepine.
21

Gangguan Bipolar 2:
Farmakoterapi pada bipolar 2 harus di berikan secara hati hati, pemberian antidepresan
pada episode depresi bisa mencetuskan timbulnya episode manik. Pemberian lithium dan
antikonvulsan masih dalam penyelidikan, namun demikian dalam percobaan pemberian
obat-obat tersebut masih menjanjikan, terutama juka pemberian antidepresan saja tidak
memberikan hasil.

Table 1 FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik

Nama Dagang Manic Mixed Maintenance Depresi

Valproate

Depakote

Carbamazepine extended release

Equestro

Lamotrigine

Lamictal

Lithium

Aripiprazole

Abilify

Ziprasidone

Geodon

Risperidone

Risperdal

22

Quetiapine

Seroquel

Chlorpromazine

Thorazine

Olanzapine

Zyprexa

Olanzapine/fluoxetine Combination

Symbyax

b) Terapi Non Farmakologi


Konsultasi
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila
penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.
Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet
khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena
peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan
efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum
dan menyebabkan toksisitas.
Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik.
Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler
meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan
dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan
toksisitas litium.
Edukasi

23

Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan
edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga
dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan
dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi
perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.
o Memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terutama tanda awal,
pemunculan

kembali,

dan

gejala.

Pengenalan

terhadap

adanya

perubahan

memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.


o Membantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi stressor di dalam kehidupannya.
o Informasi tentang kemungkinan kekambuhan penyakitnya.

PROGNOSIS

Prognosis pada penderita dengan gangguan bipolar I lebih buruk daripada penderita dengan
depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40 50 % penderita mengalami
serangan manik lain.
Hanya 50 60 % penderita gangguan bipolar I dapat dikontrol dengan litium terhadap
gejalanya.
Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita
mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetap.

24

Seringkali perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan usia.


Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain :
i. Riwayat pekerjaan yang buruk
ii. Penggunaan alkohol
iii. Gambaran psikotik
iv. Gambaran depresif diantara episode manik dan depresi
v. Adanya bukti keadaan depresif
vi. Jenis kelamin laki-laki

Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut :


i. Fase manik (dalam durasi pendek)
ii. Onset terjadi pada usia yang lanjut
iii. Pemikiran untuk bunuh diri yang sedikit
iv. Gambaran psikotik yang sedikit
v. Masalah kesehatan (organik) yang sedikit

BAB IV
PENUTUP

Gangguan alam perasaan adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya kendali
perasaan akibat pengalaman subjektif yang berhubungan dengan penderitaan berat. Gangguan
bipolar adalah gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada
suasana perasaan, dan proses berfikir.
Penyebab gangguan bipolar multifaktor dan menncakup aspek bio-psikososial yaitu :

Faktor biologi
o Herediter
o Genetik
o Neurotransmitter
o Kelainan otak
25

Faktor Psikososial
o Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
o Faktor psikoanalitik dan psikodinamika
o Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness)
o Teori kognitif

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan
menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan
adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan
hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut
episode kini yang dialami penderita.
Walaupun banyak penelitian telah berusaha untuk menemukan perbedaan yang dapat
dipercaya antara episode depresif gangguan bipolar dan episode gangguan depresif, perbedaan
tersebut sulit ditemukan. Di dalam situasi klinis, hanya riwayat penyakit pasien, riwayat
keluarga, dan perjalanan penyakit di masa mendatang dapat membantu membedakan kedua
kondisi tersebut.
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya,
seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Pengobatan yang tepat
tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada
gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis
atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut dan sebagai mood stabilizer.
Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat).
Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga harus diberikan.
Prognosis pada penderita dengan gangguan bipolar I lebih buruk daripada penderita dengan
depresi berat.

26

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri [Widjaja K, alih bahasa]. edisi 7 jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. Bab 15, Gangguan Mood; hlm.777-833.
Rusdi M. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001.
Roxanne DE. Bipolar disorder (mania) [Internet].
Diunduh dari: http://www.medicinenet.com/bipolar_disorder/article.htm
Soreff S. Bipolar affective disorder treatment & management [Internet]. 2011. [diperbarui 11 Jan
2011].
Diunduh dari; http://emedicine.medscape.com/article/286342-treatment

27

Anda mungkin juga menyukai