Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN JIWA
TAHUN AKADEMIK 2023/ 2024

Nama Preceptee : Siti Julfaa Syariah


NPM : 23090300176

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Kasus (masalah utama)


Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan stimulus seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,pengecapan perabaan atau penciuman
yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata halusinasi merupakan salah satu dari sekian
bentuk psikopatologi yang paling parahdan membingunkan. Secara fenomenologis
halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan yang paling penting, selain itu halusinasi
dapat dianggap sebagai karakteristik psikosis (Sutejo, 2017).

Halusinasi adalah gangguan yang terjadi pada presepsi sensori dari satu objek tanpa adanya
suatu rangsangan yang nyata dari luar, gangguan presepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra seperti merasakan sensasi palsu berupa pendengaran, penglihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan. Pasien biasanya merasakan suatu stimulus khusus yang
sebenarnya tidak ada (Yusuf , Fitryasari, & Nihayati, 2015).

Halusinasi pendengaran adalah dimana seseorang mendengar suara atau kebisingan, suara
terdengar seperti suara yang mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk
melakukan. Perilaku yang muncul seperti mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara
atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit, dan
ada gerakan tangan (Nurarif & Kusuma, 2015).

Halusinasi penglihatan adalah di mana seseorang melihat suatu bayangan, cahaya, melihat
makhkuk yang mengejek, menertawakan, mengancam menyenangkan ataupun yang
menakutkan seperti melihat monster. Kejadian tersebut dapat mengakibatkan ketakutan pada
seseorang. Perilaku yang muncul seperti ketakutan dan menunjuk-nunjuk kearah sesuatu
(Nurarif & Kusuma, 2015).
II. Proses terjadinya masalah :
Faktor yang dapat menyebabkan halusinasi dibagi menjadi 2 yaitu predisposisi dan
presipitasi menurut (Videbeck & Sheila, 2020) yaitu:
a. Predisposisi
1) Faktor genetik Faktor genetik merupakan salah satu faktor utama yang dapat
menyebabkan halusinasi dikarenakan anak yang memiliki satu orang tua penderita
halusinasi memiliki resiko 15%, angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orang
tua biologis menderita halusinasi.
2) Faktor psikologis Faktor psikologis terjadi karena kegagalan berulang dalam
menyelesaikan perkembangan awal psikososial, korban kekerasan, kurang kasih
sayang. Sebagai contoh seorang anak yang tidak mampu membentuk hubungan
saling percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis seumur hidup.
3) Faktor sosiokultural dan lingkungan Seseorang yang berada dalam sosial ekonomi
kelas rendah mengalami gejala halusinasi lebih besar dibandingkan dengan individu
dari sosial ekonomi yang lebih tinggi. Kejadian ini berhubungan dengan kemiskinan,
akomodasi perumahan padat, nutrisi tidak memadahi. Seseorang yang merasa tidak
diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan,
kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
4) Faktor biologis Adanya riwayat penyakit herediter gangguan jiwa, riwayat penyakit,
trauma kepala dan riwayat penggunaan NAPZA mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti Dimetytranferase (DMP). Akibat Buffofenon dan stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmiliter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamine.

b. Faktor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi seperti curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah
dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu membuat keputusan
serta tidak dapat membedakan keadaan nyata ataupun tidak nyata.
c. Rentang Respon

d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain
yang digunakan melindungi diri.
Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi :
1. Cerita dengan orang lain (asertif)
2. Diam (represi/supresi)
3. Menyalahkan orang lain (sublimasi)
4. Mengamuk (displacement)
5. Mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi)
6. Memberikan alasan yang logis (rasionalisme)
7. Mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi)
8. Dialihkan ke objek lain
9. Memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

Tahapan Halusinasi
Yosep (2009) membagi tahapan halusinasi menjadi lima tahapan yang terdiri dari:

Stage I: Sleep Disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar


Fase awal seseorang dari lingkungan, takut orang lain mengetahui
sebelum muncul masalahnya. Kemudian masalah semakin menumpuk
halusinasi sedangkan support system kurang. Mengalami sulit
tidur yang berlangsung lama menyebabkan terbiasa
menghayal dan menganggap hayalan dan
lamunannya sebagai pemecahan masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi berlanjut seperti cemas,
Moderate level of kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan kemudian
anxiety beranggapan bahwa ia dapat mengontrol
Halusinasi secara kecemasannya dengan mencoba berfokus pada
umum diterima sebagai pikiran yang dapat menghilangkan kecemasannya.
sesuatu yang alami Kemudian klien akan merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Stage III: Condemning Klien mulai menarik diri dari orang lain karena
Severe level of anxiety pengalaman sensori yang mulai menakutkan dan
Secara umum halusinasi merasa tidak mampu lagi untuk mengontrolnya.
sering mendatangi klien

Stage IV: Controlling Klien mencoba untuk melawan halusinasi yang


Severe level of anxiety datang. Kemudian klien merasa kesepian jika
Fungsi sensori menjadi halusinasinya berakhir.
tidak relevan dengan
kenyataan

Stage V: Conquering Klien mulai merasa terancam dengan halusinasinya


Panic level of anxiety apalagi ketika klien tidak menuruti halusinasi yang
Klien mengalami datang. Halusinasi dapat berlangsung sangat lama
gangguan dalam jika klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
menilai lingkungannya

e. Psikofarmaka

Salah satu dari gejala halusinasi adalah skizoprenia. Dengan menggunakan obat-obatan
anti psikotik dapat mengurangi dan menurunkan halusinasi. Adapun di antaranya
adalah:

1. Antipsikoti
Indikasi utama dari obat golongan ini yaitu untuk penderita gangguan psikotik
(Skizofrenia atau psikotik lainnya). Seperti obat antipsikotik yaitu: Chlorpromazine,
Trifluoperazin. Thioridazin, Haloperidol, Klorprotixen, Lokaspin dan Pimozide.
Efek utama dari obat antipskotik menyerupai gejala psikotik seperti gangguan
proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang
berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek samping
ekstrapiramidal. Efek samping yang dapat terjadi yaitu kegelisahan motorik,
tremor, kasar, febris tinggi, kejang-kejang, penurunan tekanan darah, mulut kering,
inkontinensia urin.
2. Antidepresan
Golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau menghilangkan
gejala depresif. Contoh obat antidepresan yaitu: Imiparamin, Maprotilin, Setralin
dan paroxetine. Efek samping yang 12 dapat terjadi adalah hipotensi, hipertensi,
perubahan pada gambaran EKG, obtipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual dan
sakit kepala.
3. Antiansietas
Golongan obat yang dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang patologis
tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif.

III. A. Pohon masalah

Akibat Resiko perilaku mencederai diri sendiri

Gangguan persepsi sensori: halusinasi


Core Problem

Isolasi sosial

Penyebab Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :

Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan, Tanggal Pengkajian,
No. Rekam medik.
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
5. Aspek psikososial
6. Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
7. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek (ekspresi wajah),
interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan : Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah, aktivitas diluar
rumah
9. Mekanisme koping
10. Masalah psikososial dan lingkungan
11. Aspek medik

Data objektif dan subjektif halusinasi

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi  Mendengar suara  Mengarahkan telinga
Dengar menyuruh melakukan pada sumber suara
(Auditory- sesuatu yang berbahaya  Bicara atau tertawa
hearing voices  Mendengar suara atau sendiri
or sounds) bunyi  Marah-marah tanpa
 Mendengar suara yang sebab
mengajak bercakap-  Menutup telinga
cakap  Mulut komat-kamit
 Mendengar suara orang
yang sudah meninggal
 Mendengar suara yang
mengancam klien atau
orang lain

Halusinasi  Melihat orang yang  Pandangan mata pada


Penglihatan sudah meninggal, tempat tertentu
(Visual-seeing makhluk tertentu,  Menunjuk ke arah
persons or bayangan, hantu, tertentu
things) monster, atau sesuatu  Ketakutan pada objek
yang menakutkan yang dilihat
Halusinasi  Mencium sesuatu seperti  Ekspresi wajah seperti
Penghidu bau mayat, darah, bayi, mencium sesuatu
(Olfactory- feses, atau bau masakan dengan gerakan cuping
smelling odors)  Klien sering mengatakan hidung
mencium bau sesuatu  Mengarahkan hidung
ke tempat tertentu
(mengendus)

Halusinasi  Klien mengatakan ada  Mengusap, menggaruk-


Perabaan sesuatu yang garuk, meraba-raba
(Tactile-feeling menggerayangi tubuhnya permukaan kulit
bodily seperti binatang kecil,
sensations) tangan, atau makhluk
halus
 Merasakan kulitnya
panas atau dingin atau
merasa tersengat listrik

Halusinasi  Klien mengatakan seperti  Seperti mengecap


Pengecapan merasakan makakanan sesuatu, gerakan
(Gustatory- tertentu, rasa tertentu mengunyah, meluda
experiencing atau mengunyah sesuatu atau muntah
tastes)
Cenesthetic &  Klien mengatakan  Klien terlihat menatap
kinesthetic denyutan di otak, sensasi tubuhnya sendiri dan
hallucinations pembentukan urine di terlihat merasakan
tubuhnya, atau perasaan sesuatu yang aneh
tubuhnya melayang di tentang tubuhnya
udara

C. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi


D. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Halusinasi TUM : Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari
Klien tidak menunjukan rasa senang mengungkapkan prinsip komunikasi klien merupakan hal
mencederai ada kontak mata. Mau terapentik. yang mutlak serta
orang lain berjabat tangan, mau a. Sapa klien dengan ramah baik akan memudahkan
menyebutkan nama, mau verbal maupun non verbal dalam melakukan
Tuk 1 : menjawab salam, klien b. Perkenalkan diri dengan sopan pendekatan
Klien dapat mau duduk berdampingan c. Tanyakan nama lengkap klien dan keperawatan
membina dengan perawat, mau nama panggilan yang disukai klien terhadap klien
hubungan mengungkapkan masalah d. Jelaskan tujuan pertemuan
saling yang dihadapi. e. Jujur dan menepati janji
percaya f. Tunjukan sikp simpati dan
menerima apa adanya
2. Beri perhatian pada kebutuhan dasar
klien
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan 1. Adakan kontak sering dan singkat Deteksi dini
Klien dapat waktu, isi, frekunsi dan secara bertahap sehingga dapat
mengenal situasi yang menimbulkan 2. Observasi tingkah laku klien terkait mencegah tindakan
halusinasinya halusinasi dengan halusinsinya; bicara dan yang dapat
tertawa tanpa stimulus memandang membahayakan
kekiri/ke kanan/ ke depan seolah-olah klien dan
ada teman bicara lingkungan sekitar
3. Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi,
b. Tanyakan apakah ada suara yang
didengar
c. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa apa yang dikatakan
d. Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
e. Katakan bahwa klien lain juga ada
seperti klien
f. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
g. Jika Klien tidak sedang
berhalusinasi klari fikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi.
4. Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi (jika
sendiri, jengkel / sedih)
b. Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang sore, dan
malam atau sering dan kadang-
kadang)
Klien dapat Diskusikan dengan klien bagaimana Membantu klien
mengungkapkan perasaan perasaannya jika terjadi halusinasi mengungkapkan
terhadap halusinasi nya (marah/takut, sedih, senang) dan beri perasaan tentang
kesempatan untuk mengungkapkan masalah yang
perasaannya. dihadapi
TUK 3 : 1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien cara atau Menentukan
Klien dapat menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi mekanisme koping
mengontrol yang biasanya halusinasi (tidur, marah, menyibukan yang dimiliki klien
halusinasinya dilakukan untuk diri dll) dalam menghadapi
mengendalikan 2. Diskusikan manfaat dan cara yang masalah serta
halusinasinya digunakan klien, jika bermanfaat beri sebagai langkah
2. Klien dapat pujian awal dalam
menyebutkan cara baru 3. Diskusikan cara baru untuk memutus/ menyusun strategi
3. Klien dapat memilih mengontrol timbulnya halusinasi : berikutnya
cara mengatasi a. Katakan : “saya tidak mau
halusinasi seperti yang dengar/lihat kamu” (pada saat
telah didiskusikan halusinasi terjadi)
dengan klien b. Menemui orang lain
3. Klien dapat (perawat/teman/anggota
melaksanakan cara keluarga) untuk bercakap cakap
yang telah dipilih untuk atau mengatakan halusinasi yang
mengendalikan didengar / dilihat
halusinasinya c. Membuat jadwal kegiatan sehari
4. Klien dapat mengikuti hari agar halusinasi tidak sempat
terapi aktivitas muncul
kelompok d. Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika tampak
bicara sendiri
4. Bantu Klien memilih dan melatih
cara memutus halusinasi secara
bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil
6. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Keluarga dapat 1. Anjurkan Klien untuk memberitahu Keluarga
Kilen dapat membina hubungan keluarga jika mengalami halusinasi merupakan sistem
dukungan saling percaya dengan 2. Diskusikan dengan keluarga )pada pendukung utama
dari keluarga perawat saat keluarga berkunjung/pada saat bagi klien
dalam 2. Keluarga dapat kunjungan rumah)
mengontrol menyebutkan a. Gejala halusinasi yang di alami
halusinasinya pengertian, tanda dan klien
tindakan untuk b. Cara yang dapat dilakukan klien
mengendali kan dan keluarga untuk memutus
halusinasi halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian
bersama
3. Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
TUK 5 : 1. Klien dan keluarga 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga Menyukseskan
Klien dapat dapat menyebutkan tentang dosis,efek samping dan program pengobatan
memanfaatka manfaat, dosis dan efek manfaat obat klien
n obat samping obat 2. Anjurkan Klien minta sendiri obat
dengan baik 2. Klien dapat pada perawat dan merasakan
mendemontrasi kan manfaatnya
penggunaan obat dgn 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter
benar tentang manfaat dan efek samping
3. Klien dapat informasi obat yang dirasakan
tentang manfaat dan 4. Diskusikan akibat berhenti minum
efek samping obat obat tanpa konsultasi
4. Klien memahami 5. Bantu klien menggunakan obat dengan
akibat berhenti minum prinsip 5 (lima) benar
obat tanpa konsultasi
5. Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2011) Psikiatri Manajemen Stress, Cemas & Depresi. Jakarta: FK UI

Stuart.Gail.W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia: Elsevier.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (F.
Ganiajri, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai