L DENGAN
MASALAH HALUSINASI DI RUANG CITRO ANGGODO
Disusun Oleh :
2019/2020
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke
otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Yosep, 2009)
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal .
2. Faktor predisposisi dan presipitasi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien
dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi
yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang
menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
b. Keperawatan
7. Diagnosa
a. Gangguan persepsi diri : Halusinasi
b. Menarik diri : Isolasi social
8. Fokus intervensi
a. Fokus Intervensi atau Rencana Tindakan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal dirawat : 06 Desember 2019
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. L
Umur : 24 tahun
Pasien masuk dengan marah-marah dan terlihat berbicara dan tertawa sendiri. Pasien merasa
melihat bayangan dan melihat suara tanpa wujud. Keluarga langsung membawa ke RSJD Dr.
Amino Gondohutomo untuk dilakukan pemeriksaan secara langsung dan pasien dilarikan ke
IGD jam 17.00 WIB.
Dari hasil pengkajian pasien pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu. Pasien mengaku
sudah 4 kali dibawa ke RSJ Dr. Amino Gondohutomo, pasien mengaku mempunyai
gangguan jiwa sejak masa SMA. Dari hasil pengkajian pasien tidak mengalami trauma.
Tidak ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Tidak ada dalam keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
2. Pengobatan sebelumnya
-Kontrol di poli jiwa setiap satu bulan sekali di RSJD Amino Gondohutomo
IV. FISIK
S: 36,2 P: 20x/menit
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
a. Pola asuh
Pasien diasuh oleh orang tuannya dan tinggal dengan orangtua dan saudara
kandungnya
b. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah ayah pasien
2. Konsep diri:
a. Gambaran diri :
c. Peran :
Pasien mengatakan ingin bekerja dan menikah dan ingin pulang kerumah
d. Ideal diri :
Pasien ada keinginan ingin sembuh dengan penyakit yang diderita sekarang
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu dan minder dengan kondisi sekarang, pasien selalu
mengatakan jiwanya sakit
3. Hubungan sosial:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: pasien mengatakan dulu waktu
kecil suka mengaji
4. Spiritual:
b. Kegiatan ibadah: pasien mengatakan tidak melakukan sholat karna sakit jiwa
1. Penampilan
Setelah dilakukan pengajian pasien biacara ngelantur dengan nada cepat sulit dipahami
3. Aktivitas Motorik
4. Alam Perasaan
Pasien mengatakan sedih dimana di rsjd karena bingung kenapa bisa masuk RSJD pasien
juga mengatakan ingin pulang
Masalah Keperawatan :
..........................................................................................
5. Afek
Saat pengkajian pasien tiak menunjukan ekspresi wajah juga saat perawat mengajak bercanda
tidak menunjukkan wajah bahagia melainkan wajah datar
7. Persepsi
Pasien mengatakan sering mendengar suara- suara dan kadang bisa membuat marah dengan
akhirnya mengamuk. Suara- suara itu muncul ketika sendirian berdurasi 3 menit.
8. Proses Pikir
Pada saat pengkajian pasien tampak berhenti secara tiba- tiba tanpa ada gangguan, namun
dikemudian melanjutkan pembicaraan tadi.
9. Isi Pikir
Pasien mengatakan selalu ada bisikan- bisikan yang nantinya bisa membuat pasien marah-
marah dengan mengamuk bahkan pasien mengatakan pernah melempar barang – barang.
10. Waham
12. Memori
Pasien berbicara tidak sesuai dengan kenyataan. Pasien mengaku dirinya sehat
Konsentrasi pasien mudah dialihkan, perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke
objek lain
Gangguan kemampuan penilaian ringan. Pasien tahu harus mandi dulu atau makan dulu
Pasien mengaku tahu dirinya di rawat di RSJD , namun pasien tidak tahu kenapa dibawa ke
RSJD.
1. Makan
2. BAB/BAK
4. Berpakaian/berhias
Jelaskan: pasien berpakian rapi dan memakai pakaian dan celana dengan benar
Tidur siang : pasien mengatakan bisa tidur siang jam 13.00-15.00 wib
Tidur malam : pasien mengatakan bisa tidur malam jam 21.00-04.30 wib
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur: kegiatan sebelum tidur yaitu makan, minum obat
dan nonton televisi
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
Jelaskan: fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk perawatanlanjutan setelah pulang
yaitu rutin minum obat dan control 1 bulan sekali ke poli jiwa
Jelaskan: pasien mampu pergi jalan- jalan keluar rumah dari mandiri dan dapat beraktifitas
seperti orang normal lainnya
Jelaskan : pasien mengatakan jika ada yang membisiki, pasien selalu menutup telinga
Pasien mengatakan karena gangguan jiwa jadi tidak bia lulus sekolah
pasien mengatakan tidak ada masalah saat dirawat , tidak ada masalah saat
dirawat di RSJ, pasien mengatakan perawatnya juga baik.
Pasien mengatakan tidak sakit. Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri
ANALISA DATA
Data Masalah
DO :
DS :
Isolasi social : menarik
-pasien mengatakan tidak diri
terlalu akrab dengan
lingkungan dan jarang
berinteraksi dengan pasien
lainnya
DO :
a. Rencana tindakan
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien mengalami mulai mengalai gangguan jiwa sejak SMA dan memiliki
riwayat rawat inap di RSJ sebanyak 4 kali.
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Nn. L selama 5 x 24 jam dengan masalah
halusinasi pada pengkajian ditemukan data pendukung dimana pasien mengatakan bahwa
pasien sering mendengar bisikan-bisikan tanpa ada wujudnya , biasanya pasien
mendengar selama kurang lebih 3 menit. Respon pasien jika terjadi halusinasi ketakutan
dan marah-marah serta menutup telinganya. Hal tersebut memicu pasien marah-marah
dan mengamuk.
Adapun intervensi dan implementasi yang utama dilakukan pada Nn. L yaitu
strategi pelaksanaan satu dan dua yang meliputi membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi halusinansi yang dialaminya, mengajarkan cara menghardik, patuh
minum obat, membantu pasien mengungkapkan perasaannya, membantu untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain yang dimasukan ke dalam jadwal harian
pasien. Pasien sudah mengalami sedikit kemajuan sebelum dilakukan intervensi dan
implementasi pada pasien.
B. Saran
Dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan pengetahuan dan pemahaman
tentang suhan keperawatan pada pasien dengan masalah halusinasi penulis menekankan
pentingnya mengatasi atau mengurangi masalah halusinasi dan isolasi social yang dialami
pasien agar meminimalkan waktu perawatan pasien di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi A. 2015. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nurjanah, Intansari, S.Kep. 2011. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika
Press.
Rasmun S. Kep. M 2014. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2015 – 2016. Jakarta : Prima
Medika.
Yosep H Iyus, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama