TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Disusun Oleh :
Dian Islamiyah
202102040068
2021
A. Definisi
posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos.
seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab.
1. Tulang panjang
ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula,
2. Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta
berbentuk kubus.
3. Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle
dimana tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan
tulang wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam
dari trauma. Trauma muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain,
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari
suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan
a. Fraktur terbuka
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak sehingga terjadi
kontaminasi bakteri
b. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang. Jadi pada fraktur tertutup kulit masih utuh diatas lokasi
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain
3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit
jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya.
B. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas, olahraga,
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
a. Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
dimana pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya,
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
a. Deformitas
(Brunner, 2001)
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta
jaringan sekitar.
2. Strain
a. Nyeri
b. Kelemahan otot
c. Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
3. Sprain
b. Nyeri
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin
hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan
mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot
yang melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot dapat mengalami spasme
dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat
menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara
lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak
langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi
otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
akan membuat pembuluh darah pecah dan akan menyebabkan hemotama serta
nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang
jaringan lunak.
5. Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah
F. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Nurarif, 2015).
1) Bidai
2) Gips
memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul
b. Reduksi
yaitu :
1) Reduksi tertutup
2001)
2) Reduksi terbuka
fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
(Brunner, 2001)
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera,
2001).
2. Strain
a. Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48
jam pertama.
hubungan tendon-tulang.
3. Sprain
penyembuhan.
c. Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability Limitation, Exposure)
1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah
kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas
oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk
membebaskan jalan nafas 6 harus memproteksi tulang cervikal, karena itu
teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau
GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif
2. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus
menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru
paru yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan
pasien dengan fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high
flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask dengan reservoir bag
3. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di
sini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering
menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang
terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3
– 4 unit darah dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang
terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau
ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai
yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada
patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya dapat
menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan hal
penting disamping usaha menghentikan pendarahan
4. D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal
5. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka,
penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia.
H. Pengkajian fokus
1. Anamnesa
Keluhan nyeri
2. Pemeriksaan fisik
a. Insepksi
Edema
Hematoma
Deformitas
b. Palpasi
Nyeri tekan
Kripitasi
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut
Definisi
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
Penyebab
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri
Penyebab
Nyeri
Subjektif :
Objektif :
Sendi kaku
Batas karakteristik
Eksternal : faktor mekanik mis. daya gesek, tekanan dan imobilitas fisik
Internal : Tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka.
J. Fokus Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong,
Kriteria hasil :
nyeri.
Intervensi
Pain management
nyeri pasien.
interpersonal).
Tingkatkan istirahat.
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
Analgesik manajemen
pemberian obat.
Pilih rute secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur.
kali.
2015)
Kriteria hasil :
kemampuan berpindah
Intervensi :
Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon
dengan kebutuhan.
terhadap cedera.
kemampuan.
kebutuhan pasien.
3. Kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan
fraktur terbuka
akses
Kriteria hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi dan pigmentasi) tidak ada luka atau lesi pada kulit
perawatan alami.
Intervensi :
Pressure management
pada kulit luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples.
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC
Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The
Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017.
Edisi 10. Jakarta: EGC
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3. No 2 Desember 2015
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media
Edukasi
Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Jogjakarta; Medication Jogja
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
Indikatator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan. Bogor; IN MEDIA