LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA OTOT (FRAKTUR TULANG)
Oleh :
Krisno Tanggu
199012328
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA OTOT
A. Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon.
Secara fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada
pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot
jantung dan otot polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma muskuloskeletal adalah
suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot
karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan
industri merupakan penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Sedangkan
tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :
Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan
di ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna,
femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan
tulang panjang.
Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang
serta berbentuk kubus.
Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis
girdle dimana tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan
memberikan permukaan yang luas untuk melekatnya otot.
Tulang irregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel
telinga, tulang wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang
lain dalam struktur dan komposisi. (Joyce M Black, 2014)
B. Etiologi
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada
suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak
dibandingkan yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014)
Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna.
Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur
dimana pada k
eadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau
radius distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar
dari posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma
tidak langsung. (Joyce M Black, 2014)
C. Tanda dan Gejala
D. Klasifikasi
E. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan
jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan
akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat
dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya
mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang
berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa
sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan
tulang hasta (radius atau ulna).
c) Fat Embolism Syndrom Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat
menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung
lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak.
Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan
oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan
sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d) Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat
terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering
mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala
femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah.
Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode
waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai
dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien
merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada
saat menahan beban.
f) Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g) Osteomyelitis Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka
tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka
amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen
atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union (Penyatuan tertunda) Delayed Union merupakan kegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b) Non union (tak menyatu) Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh
jaringan fibrosa. Kadangkadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat
ini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c) Malunion Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
F. Pathofisiologi
kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah
tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga menyebabkan
tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.
imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru
dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak
sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama
G. Pathway
I. Penatalaksanaan
Menurut(Rasjad, Chairuddin. 2012), Prinsip terapi fraktur yaitu :
1) Reduksi Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur.
Reposisi memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular
dan rotasional. Reposisi mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada
fraktura ekstremitas distal (tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai),
dimana spasme otot tidak berlebihan. Traksi bisa diberikan dengan plester
felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin tranversa melalui
tulang, distal terhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh
sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka.
Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi
atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian
analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan
reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum.Kontra indikasi
reposisi tertutup.
Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced
patellar fracture.
2) Imobilisasi. Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat
fraktur sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur
ekstremitas dapat diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat
bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf. Semua pasien
fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan vascular. Bila
traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai
sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada
penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan
memakai gips/brace.
3) Rehabilitasi Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi
terutama merupakanmasalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi,
otot dan ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu
gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan terapi fisik untuk mgerakan aktif dan
pasif serta penguatan otot.
J. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
b) Keluhan Utama
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi :
No Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut Tujuan : 1) Identifikasi faktor 1) Mengetahui faktor
berhubungan pencetus dan terjadinya nyeri dan cara
Setelah dilakukan
dengan agen pereda nyeri meredahkan nyeri
tindakan
injury fisik 2) Kaji tingkat 2) Tingkat intensitas nyeri
keperawatan
intensitas dan dan frekwensi
selama1x24 nyeri
frekwensi nyeri menunjukkan skala nyeri
dapat berkurang atau
3) Jelaskan pada klien 3) Memberikan penjelasan
hilang.
penyebab dari nyeri akan menambah
Dengan Kriteria 4) Observasi tanda- pengetahuanklien
Hasil : tanda vital tentang nyeri.
5) Monitor durasi dan 4) Untuk mengetahui
Nyeri
frekuensi nyei perkembangan klien
berkurang atau
6) Monitor intensitas 5) Mengetahui skala nyeri
hilang
nyeri dengan pasien
Klien tampak
menggunakan skala 6) Mengurangi tingkat
tenang.
7) Anjurkan relaksasi terjadinya nyeri.
nafas dalam
Diagnose
No keperawatan NOC NIC Rasional
.
2 Intoleransi aktivitas Tujuan :
B.d kelemahan Setelah dilakukan 1. Rencanakan periode 1. Mengurangi
Spasme Otot tindakan istirahat yang cukup. aktivitas yang tidak
keperawatan selama 2. Berikan latihan diperlukan, dan
1 x 24 klien memiliki aktivitas secara energi terkumpul
cukup energi untuk bertahap. dapat digunakan
beraktivitas. 3. Bantu pasien dalam untuk aktivitas
Kriteria Hasil : memenuhi kebutuhan seperlunya secar
Perilaku sesuai kebutuhan. optimal.
menampakan 4. Setelah latihan dan 2. Tahapan-tahapan
kemampuan untuk aktivitas kaji respons yang diberikan
memenuhi pasien. membantu proses
kebutuhan diri. 5. Identifikasi aktivitas secara
pasien kemampuan perlahan dengan
mengungkapkan berpartisipasi dalam menghemat tenaga
mampu untuk aktivitas tertentu namun tujuan yang
melakukan 6. Anjurkan melakukan tepat, mobilisasi
beberapa aktivitas aktivitas fisik,social, dini.
tanpa dibantu spiritual dan kognitif 3. Mengurangi
Koordinasi otot, dalam menjaga fungsi pemakaian energy
tulang dan dan kesehatan. sampai kekuatan
anggota gerak pasien pulih
lainya baik kembali
4. Menjaga
kemungkinan
adanya respons
abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari
latihan
5. Mengetahui tingkat
kemampuan
aktivitas klien
6. Mengurangi
kelelahan dalam
melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan
Medical Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang
Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media Edukasi
Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2010. Clinically oriented anatomy.
6th edition. Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53.
Jakarta: Erlangga.
CONTOH KASUS
Laki laki 45 tahun terdiagnosis pre op close fraktur fremur.Klien mengatakan jika dua
hari yang lalu kecelakaan tabrakan dengan sepeda motor.Klien mengatakan saat ini
pada daerah pah sakit dan terasa tebal sampai ke ujung kaki sebela kanan.Saat ini
skala nyeri klien 6 dan nyeri timbul hilang dan berlangsung lama.Klien mengatakan saat
ini memiliki riwayat alergi dengan makanan tertentu.Klien juga mengatakan jika saat ini
ayanya memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi.Saat ini TD 150/120 mmhg,Nadi
82kali/menit,Suhu 37,5 derajat celcius dan RR 16 kali/menit.Saat klien minum sehari
kurang lebih 1400 cc/hari.Klien mengatakan jika nyeri disebela pinggang,klien terpasang
infus NS 14 Tpm,dibagian ekstermitas superior sinistra.Pergerakan sendi terbatas
karena adanya fraktur.Terpasang tensocrap pada paha kanan dan terpasang trakasi
beban 5 Kg.Kekuatan otot kaki otot kaki kanan 1,kaki kiri 5 turgor kulit pucat dan CRT
Lebih dari 2 detik ada edema perifer pada kanan bawah.Saat ini ADL klien ditempat tidur
dan dibantu oleh perawat dan keluarga.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 6 L d/dl
Eritrosit 50 L 10^6/ul
Hematokrit 8L%
Leukosit 12,7O H10^3/ul
Eosinofil 1, 4L%
Neutrofil 13 , 9 %
Limfosit 9 , 10 %
Trombosit 350 10^3/ul
Terapi farmakologo