TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT GIZI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BAHAGIA MAKASSAR
KEDUA : pedoman ini menjadi acuan pelayanan di unit Gizi RSIA Bahagia
Makassar;
KETIGA : mengamanatkan kepada seluruh pejabat struktural, fungsional dan
seluruh jajarannya untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
KEEMPAT : pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan di unit Gizi RSIA
Bahagia Makassar.
KELIMA : keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian
Terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : (disesuaikan)
RSIA Bahagia MAKASSAR
DIREKTUR
dr. …………………
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya manusia
yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang di
laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling menunjang dan tidak
dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan
melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa
yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual.
Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition related
disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia
lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga
tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam waktu
lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan
gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi,
penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya
sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang
berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera
kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang
disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena
tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet
pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi.
B. TUJUAN PEDOMAN
1) Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi
di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dam penyakit, serta
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan
dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin di capai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang
mencakup :
Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium).
Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis
diet dan pola makan.
Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,
jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.
Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan penyakit
Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada
klien/ pasien dan keluarga.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang
mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:
a. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
b. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta
pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan
metabolisme pasien.
c. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa
diet ( sistim recall dan record)
d. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai
perencanaan menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan
keadaan pasien.
e. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
f. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada
pasien dan keluarganya.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep
pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi
1) Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat
jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif.
2) Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/
pasien.
3) Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan perawat
dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care)
untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4) Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap
kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien
serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5) Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6) Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7) Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh
nutrisionis/dietisien.
8) Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga
membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan oleh
nutrisionis/dietisien.
9) Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan
unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10) Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman
bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik.
11) Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
12) Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang
sudah berstatus rawat jalan.
13) Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan masalah
gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M. PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
F. KERANGKA KONSEP
Pasien Masuk Rs
Ya
Pasien Berisiko Dirawat ?
Tahap Pengkajian Masalah Gizi
YA
Pengkaian Diet
Dukungan Gizi
Tahap Intervensi/
Pengelolaan Makanan biasa dan makanan khusus
Implementasi Penyulu
han Gizi
Penyajian Makanan biasa dan makanan khusus
Umum
Konseling Gizi
(klinik Gizi)
Masalah Penyesuaian
Gizi? Diet
Tidak
STANDAR KETENAGAAN
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia Makassar saat ini berada pada kelas Tipe C,
Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi
rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.
2) Koordinator Unit- Unit
Koordinator unit- unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :
a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi
b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.
c. Pemantauan proses pelayanan
d. Pengkajian data kasus
Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut, maka pendidikan tenaga koordinator unit
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia Makassar yang mempunyai kelas Tipe C harus
mempunyai kriteria tertentu:
a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi.
3) Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan
pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan
pelayanan paska rawat dan rujukan. Bidang tugas aspek yang diawasi mencakup
aspek dietetik dan non dietetik.
Supervisor/ pengawas mempunyai klasifikasi pendidikan sebagai berikut:
a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi atau D3- Gizi
c. Lulusan D3- perhotelan, atau serendah- rendahnya lulusan SMK-Tataboga +
pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.
Supervisor dapat ditukar/ digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan
pertimbangan tertentu , baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan maupun
masa tugas.
4) Pelaksana
Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru Masak,
Perbekalan, Pranata komputer, dan Ketatausahaan
a. Juru Masak
Juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas mulai dari
persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai kriteria pendidikan
SMU/ SLTP + Kursus Masak.
b. Urusan Gudang/ Perbekalan
Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan bahan
makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan mempunyai kriteria pendidikan
D1- Gizi, SMU, atau yang sederajat.
c. Operator komputer
Operator komputer bertugas terutama pada perencanaan dan evaluais untuk
mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan bahan
makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengoganisasian data untuk
mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator
komputer adalah D3 Gizi + kursus komputer.
d. Tata Usaha
Tugas – tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan,
penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal-hal
yang berkaitan dengan kepegawaian Pendidikan dasar tenaga untuk tata usaha
adalah D3 Gizi + kursus komputer
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah
sebagai berikut :
Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
Tenaga untuk asuhan rawat jalan
Tenaga untuk rawat inap
Tenaga untuk litbang gizi.
C. PENGATURAN JAGA
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Standar Denah Ruang Dapur Instalasi Gizi Rumah Sakit Kelas C
VI V IV III II I
VIII
VII XI
XII
IX
XIII
a. Luas :
b. Kapasitas : 200 – 600 t.t
c. Bagian- bagian :
I. Ruang Penerimaan
II. Ruang Penyimpanan bahan makanan kering
III. Ruang penyimpanan bahan makanan basah dan kering
IV. Ruang Formula Bayi
V. Ruang Penyimpanan Alat
VI. Ruang Pencucian Alat
VII. Ruang Pemasakan
VIII. Tempat Pemasakan
IX. Tempat Pembagian Makanan
X. Ruang Locker
XI. Ruang Pengawas Pengolahan dan administrasi Instalasi Gizi
XII. Tempat Amprahan Makanan
XIII. Pintu Keluar Untuk Distribusi Makanan
Standar Denah Ruang Dapur Unit Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Sentosa Makassar
IV III
II
VI
V
I
XI
VII
X
OUT
VIII
TANGGA KE LANTAI 2
IX
XII
XII XIII XIII
XV
XIV
IN
XVI
Keterangan :
I. Papan Ampra Pasien
II. Lemari tempat penyimpanan peralatan makan
III. Tempat pencucian piring
IV. Tempat pengolahan makanan
V. Tempat penyimpanan bumbu
VI. Tempat proses pengolahan bahan makanan
VII. Lemari tempat penyimpanan makanan
VIII. Tempat penyimpanan celemek
IX. Papan informasi
X. Gudang tempat penyimpanan peralatan masak
XI. Tempat distribusi makanan
XII. Wastafel
XIII. Gudang basah
XIV. Ruang administrasi Unit Gizi
XV. Gudang Kering
XVI. Tempat penerimaan barang
B. STANDART FASILITAS
Pelayanan Gizi RSIA Bahagia Makassar Mempunyai Standart Fasilitas Gizi. Adapun
Fasilitas yang ada adalah :
a. Meja dan kursi
b. Lemari buku
c. Telepon
d. Komputer
e. Wastafel
f. AC
g. Kulkas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Tersedianya siklus menu.
Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)
Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
Tersedianya aturan penilaian.
Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
8) Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani ( makanan
biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai
diet dan ketentuan yang berlaku. Agar pendistribusian makanan dapat berjalan dengan
baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
Adanya peraturan pengambilan makanan
Adanya bon permintaan makanan.
Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen.
Tersedianya peralatan makanan
Tersedianya sarana pendistribusian makanan
Tersedianya tenaga pramusaji.
Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
Adapun sistem penyaluran makanan dirumah sakit umum kec. Mandau adalah
sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan disajikan
dalam alat makan di tempat pengolahan.
9) Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan Dan Ruang Rawat Inap
Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien rawat
jalan dan rawat inap.
a. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan.
Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet
hingga evaluasi rencana diet kepada klien/ pasien rawat jalan. Tujuannya adalah
memberikan pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pelayanan gizi pasien
rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
Pengkajian status gizi.
Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.
Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian
makanan
Konseling dan penyuluhan gizi.
Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.
b. Asuhan Gizi Rawat Inap
Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana
diet pasien di ruang rawat inap.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat
proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian
kegiatan selama perawatan yang meliputi :
Pengkajian status gizi.
Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.
Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian
makanan
Konseling dan penyuluhan gizi.
Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.
10) Penelitian Dan Pengembangan Gizi
a. Pengertian
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi rumah sakit atau unit
pelayanan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara
terencana dan terus menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka
meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit. Unit pelayanan gizi menyusun
program- program penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah- kaidah
penelitian yaitu adanya usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan,
serta dokumen hasil penelitian. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi
terapan diupayakan dengan mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang
tersedia.
b. Tujuan
Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS
Evaluasi kegiatan PGRS
Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru
c. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan besdasarkan aspek asuhan gizi
dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
d. Ruang Lingkup Pengembangan
Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi dapat dilakukan pada berbagai
aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek penting
adalah aspek sumber daya manusia, standar terapi diet, standar sarana prasarana
dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai tehnik pengolahan
makanan.
BAB V
LOGISTIK
B. Sarana Fisik
Kontruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangat mempengaruhi efisiensi kerja
pelayanan makanan di RSIA Bahagia Makassar. Hingga saat ini, masih dijumpai sarana
fisik instalasi hanya merupakan lokasi atau ruangan yang tersisa, sehingga letaknya kurang
memenuhi syarat karena berdampingan dengan lokasi tempat pencucian/ londri.
C. Arus Kerja
Arus kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan, mulai dari penerimaan
bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/ distribusi makan juga kurang
memadai, karena arusnya masih bolak balik. Hal ini disebabkan tempatnya yang begitu
sempit.
D. Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan.
Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan di RSIA Bahagia
Makassar juga masih kurang lengkap. Berdasarkan arus kerja maka ruangan dan peralatan
yang dibutuhkan adalah sebagai barikut :
1) Ruang penerimaan dan peralatan yang dibutuhkan :
Timbangan 100- 300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta angkut, pembuka botol,
pisau dsb
2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar
Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer,
3) Ruang persiapan bahan makanan
Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin pemotong dan penggiling daging,
mixer, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja, bak cuci.
4) Ruang masak dan alat yang dibutuhkan.
5) Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer, blender, lemari es,
meja pemanas,pemanggang, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat,
bangku, meja pembagi.
6) Ruang pencuci dan penyimpanan alat
7) Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari
8) Dapur Susu
Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer, blender,
lemari es, tungku, meja pemanas.
9) Ruang pegawai
Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat tidur.
10) Ruang perkantoran
Meja kursi, filling cabinet, lemari buku. Lemari es, alat peraga, alat tulis menulis,
komputer, printer, lemari kaca, AC, TV, dsb.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
D. TATA LAKSANA
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
Melaporkan pada dokter jaga
Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
Mengobservasi keadaan umum pasien
Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
Kriteria :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan
program meminimalkan insiden yang mencakup jenis-jenis kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss)”
sampai “Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse Event)
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan menyampaikan informasi yang benar dn jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA), “Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss)” dan
“Kejadian Sentinel” pada saat program keselamatan pasien. Mulai
dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
“Kejadian Sentinel (Sentinel Event)” atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko, trmasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan “Kejadian Sentinel (Sentinel Event)”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara suka rela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan
antar disiplin.
8) Tersedian sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian / kesengajaan.
B. TUJUAN
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian yang berbahaya.
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan
6) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi
7) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
8) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
9) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
10) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan penyimpanan
barang
11) Mencegah terkena aliran listrik
C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA PEGAWAI DALAM PROSES
PENYELENGGARAAN
1) Pengendalian teknis mencakup :
Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan
Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari bahan-
bahan kontruksi yang memenuhi syarat.
Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
2) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
3) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai
4) Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
5) Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi yang layak dipakai
6) Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7) Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
8) Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU