Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESUME TINDAKAN ECT DI RUANG ELEKTROMEDIK

RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Ners Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

1. Adi Gunawan (202102040056) 7. Nurul Febrian Bintari P (202102040032)


2. Dian Islamiyah (202102040068) 8. Shilny Mazaya (202102040013)
3. Ganjar Widagdo (202102040086) 9. Singgih Bayu P (202102040006)
4. M. Khoirul Umam (202102040072) 10. Ulya Qonita (202102040071)
5. Narista Fatkhunisa (202102040111) 11. Usmut Muttakhidlah (202102040031)
6. Novi Aji Lestari (202102040067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTASI ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2022
LAPORAN RESUME RUANG ECT

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Tanggal lahir : 29 tahun
Alamat : Grobogan
No RM : 099xxx
B. Diagnosa Medis : Skizofrenia
C. Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial dan Halusinasi
D. Alasan Dilkukan ECT : Alasan dilakukan ECT karena klien tidak berespon
terhadap psikoterapi tidak bisa mengatasi gejala skizofrenia dengan lama perawatan
1 bulan. Klien mengalami depresi berat ditandai dengan klien mengurung diri dan
tidak mau berinteraksi kepada orang sekitar, tidak ada kontak mata dan sikap klien
Bloking.
E. Terapi obat – obatan : Quentiapine 1x200 mg
Fluoxetin 1x200 mg
Risperidone 2x3 mg
F. Terapi Ect
Data Fokus
1. Pre ECT
DS:
DO:
a. Klien tampak tegang
b. Tekanan Darah meningkat
c. Diaforesis
d. Kontak mata buruk
TTV :
TD : 145/93 mmHg
N : 93 x/menit
Spo2 : 100 % (dengan terpasang O2 5 lpm)
e. Klien tampak bingung
f. Menunjukkan Perilaku berlebihan ( klien apatis)
Klien memiliki gangguan daya ingat jangka pendek
2. Intra ECT
DS : -
DO :
a. Penggunaan otot bantu pernapasan
b. Pola napas takipnea
c. TTV
TD : 135/82 mmHg
N : 82 x/mnt
RR : 25 x/mnt
d. Pasien terpasang mouth gage
e. posisi kepala pasien hyper ekstensi
f. ketika pasien kejang rahang pasien dipegangi oleh petugas untuk
mendapatkan posisi jaw thrust
g. pasien memegang ekstremitas pasien sehingga dapat menimbulkan resiko
fraktur pada mandibula dan ekstremitas pasien.
3. Post ECT
DS : -
DO :
a. Pasien terlihat lemas
b. Pasien tampak berusaha menggerakan tangan dan kaki
c. pasien terlihat bingung.
d. Nilai GCS 12
e. TTV
TD : 137/79 mmHg
N : 100 x/mnt
SPO2 : 99%
f. Skoring risiko jatuh dengan skala edmnson ≥ 90
g. Pasien terlihat sempoyongan
1. Pre ECT
a. Analisa Data
Waktu Data Problem Etiologi
22 April DS : - Ansietas Krisis Situasional
2022 DO :
09.30 WIB - Klien tampak tegang
- Tekanan Darah meningkat
- Diaforesis
- Kontak mata buruk
TTV :
TD : 145/93 mmHg
N : 93 x/menit
Spo2 : 100 % (dengan terpasang O2 5
lpm)
DS : Defisit pengetahuan Gangguan fungsi
DO : tentang tindakan ECT kognitif
- Klien tampak bingung
- Menunjukkan Perilaku berlebihan (
klien apatis)
- Klien memiliki gangguan daya
ingat jangka pendek
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungi kognitif

c. Intervensi
Tanggal DX.
No Tujuan Intervensi
Jam Keperawatan
1. 22 April Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor tanda-tanda ansietas
2022 1x15 menit diharapkan tingkat ansietas b. Temani pasien untuk mengurangi
09.30 WIB pasien menurun, dengan kriteria hasil : kecemasan
a. Perilaku tegang menurun (5) c. Ciptakan suasana terapeutik untuk
b. TD menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
c. Diaforesis menurun (5) d. Konseling
d. Kontak mata membaik (5)
2. 22 April Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
2022 Pengetahuan 1x15 menit diharapkan tingkat menerima informasi
b. Mengedukasi pasien terkait prosedur
09.30 WIB pengetahuan klien meningkat, dengan
ECT secara sederhana
kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
(5)
d. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Respon TTD
1. Ansietas a. Monitor tanda-tanda ansietas S:-
b. Temani pasien untuk mengurangi O :
kecemasan - Klien tampak rileks (5)
c. Menciptakan suasana terapeutik - Kontak mata cukup membaik
untuk menumbuhkan kepercayaan (4)
- TD : 128/93 mmHg (5)
- Diaforesis cukup menurun (4)
2. Defisit Pengetahuan a. Identifikasi kesiapan dan S:-
kemampuan menerima informasi O:
b. Mengedukasi pasien terkait
- Klien bersedia dilakukan ECT
prosedur ECT secara sederhana
(5)

e. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Ansietas S:-
O:
- Klien tampak rileks (5)
- Kontak mata cukup membaik (4)
- TD : 128/93 mmHg (5)
- Diaforesis cukup menurun (4)
A : Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor tanda-tanda ansietas klien
2 Defisit Pengetahuan S:-
O : Klien bersedia dilakukan ECT (5)
A : Masalah teratasi
P : Dilakukan tindakan ECT

2. Intra ECT
a. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS : -
DO :
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Pola napas takipnea
Pola Napas Tidak Efektif Efek Agen Farmakologis
- TTV
TD : 135/82 mmHg
N : 82 x/mnt
RR : 25 x/mnt
DS : - Resiko Cidera Kejang
DO :
- Pasien terpasang mouth gage
- posisi kepala pasien hyper ekstensi
- ketika pasien kejang rahang pasien dipegangi oleh petugas
untuk mendapatkan posisi jaw thrust
- pasien memegang ekstremitas pasien sehingga dapat
menimbulkan resiko fraktur pada mandibula dan ekstremitas
pasien.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Efek Agen Farmakologis
2) Resiko cidera ditandai dengan kejang

c. Intervensi
No DX. Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
Efektif selama 1x 30 menit diharapkan pola napas napas)
membaik, dengan kriteria hasil : b. Pertahanan kepatenan jalan napas dengan heah-
a. Penggunaan otot bantu napas menurun tift dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
(5) servikal)
b. Frekuensi napas membaik (5) c. Berikan oksigen, jika perlu
c. Kedalaman napas membaik (5) d. Kolaborasi pengunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus
2. Resiko Cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
diharapkan tingkat cidera berkurang, dengan b. Hilangkan bahaya keselamatan
kriteria hasil : c. Sediakan alat bantu keamanan
a. Kejadian cedera menurun (5)
b. Gangguan kognitif menurun (5)
c. Ketegangan otot menurun (5)
d. Fraktur menurun (5)

e. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Respon TTD
1. Pola Napas Tidak Efektif a. Monitor pola napas (frekuensi, S : -
kedalaman, usaha napas) O:
b. Pertahanan kepatenan jalan napas - Tidak ada penggunaan otot
dengan heah-tift dan chin-lift (jaw- bantu napas (5)
thrust jika curiga trauma servikal) - RR : 22 x/mnt (5)
c. Berikan oksigen, jika perlu - SPO2 : 100 % dgn bantuan
oksigen 5 lpm
- Kedalaman napas membaik (5)
2. Resiko Cedera a. Mengidentifikasi kebutuhan S:-
keselamatan pasien
b. Menghilangkan bahaya O:
keselamatan - Tidak terjadi cedera (5)
c. Menyediakan alat bantu keamanan
- Gangguan kognitif menurun (5)
- Ketegangan otot klien menurun
(5)
- Tidak terjadi fraktur (5)

f. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1. Pola Napas Tidak Efektif S:-
O:
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas (5)
- RR : 22 x/mnt (5)
- SPO2 : 100 % dgn bantuan oksigen 5 lpm
- Kedalaman napas membaik (5)
A : Pola Napas Tidak Efektif teratasi
P : Lanjutkan observasi di bangsal
2. Resiko Cedera S:-
O:
- Tidak terjadi cedera (5)
- Gangguan kognitif menurun (5)
- Ketegangan otot klien menurun (5)
- Tidak terjadi fraktur (5)
A : Resiko cedera Teratasi
P : Lanjutkan Observasi di bangsal

3. Post ECT
a. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS : - Intoleransi aktifias Kelemahan
DO : - Pasien terlihat lemas
- Pasien tampak berusaha menggerakan tangan dan kaki
- pasien terlihat bingung.
- Nilai GCS 12
- TTV
TD : 137/79 mmHg
N : 100 x/mnt
SPO2 : 99%

DS : - Resiko jatuh Kondisi Pasca Operasi (Tindakan


DO : ECT)
- nilai GCS 12
- Skoring risiko jatuh dengan skala edmnson ≥ 90
- Pasien terlihat sempoyongan

b. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supalai dan kebutuhan oksigen.
2. Resiko jatuh ditandai dengan efek agen farmakologis (sedasi)

c. Intervensi
No DX. Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor kelelahan fiik dan emosional
selama 1 x 30 menit diharapkan b. Fasilitasi aktivitas fisik secara rutin
intoleransi aktivitas dapat teratasi c. Anjurkan keterlibatan dalam terapi
dengan kriteria hasil : aktivitas kelompok
a. Frekuensi Nadi Menurun (1) d. Kolaborasi dengan terapis okupasi
b.
c. Kekuatan tubuh bagaia atas
meningkat (5)
d. Kekuatan tubuh bagian bawah
meningkat (5)
2. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor tingkat kesadaran dan TTV
selama 1 x 30 menit diharapkan resiko b. Identifikasi riwayat dan penggunaan
jatuh pada pasien dapat menurun dengan sedasi
kriteria hasil : c. Gunakan alat bantu berjalan
a. Jatuh saat dipindahkan menurun d. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
(5) untuk meningkatkan keseimbangan
b. Jatuh saat berjalan menurun (5) saat berdiri

f. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Respon TTD
1 Intoleransi aktivitas a. Monitor kelelahan fiik dan S : -
emosional O:
b. Fasilitasi aktivitas fisik secara rutin - Klien dapat melakukan ADL
c. Anjurkan keterlibatan dalam terapi secara mandiri (5)
aktivitas kelompok - Kekuatan otot bagian atas 5 (5)
d. Kolaborasi dengan terapis okupasi - Kekuatan otot bagian bawah 5
(5)
2 Resiko jatuh a. Monitor tingkat kesadaran dan S :
TTV O:
b. Identifikasi riwayat dan - Klien dipindahkan bangsal
penggunaan sedasi dengan menggunakan kursi roda
c. Gunakan alat bantu berjalan (4)
d. Anjurkan melebarkan jarak kedua - Klien dibantu petugas kesehatan
kaki untuk meningkatkan untuk berpidah ke kursi roda (5)
keseimbangan saat berdiri - (5)

g. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Intoleransi Aktivitas S:-
O:
- Klien dapat melakukan ADL secara mandiri (5)
- Kekuatan otot bagian atas 5 (5)
- Kekuatan otot bagian bawah 5 (5)
A : Intoleransi Aktivitas Teratasi
P : Pantau ADL Klien
2 Resiko Jatuh S:
O:
- Klien dipindahkan bangsal dengan menggunakan kursi
roda (4)
- Klien dibantu petugas kesehatan untuk berpidah ke kursi
roda (5)
(5)
A : Resiko Jatuh Teratasi
P : Lanjutkan Observasi di Ruangan

Anda mungkin juga menyukai