Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANFAAT MENJAGA BERAT BADAN KERING

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Aulia Faturrohman NIM R210415012
2. Ayu Nurmandini NIM R210415013
3. Dina Santika NIM R210415017
4. Endah Ayu Lestari NIM R210415022
5. Fazrin Prawiradinata NIM R210415026
6. Iip Taip NIM R210415031

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
2022
SATUAN ACARA P2ENYULUHAN (SAP)

Mata ajar : Keperawatan Medikal Bedah


Pokok Bahasan : Manfaat Menjaga BB Kering
Sasaran : Pasien di Ruang Hemodialisa
Hari / Tanggal : Kamis, 13 Januari 2022
Waktu : 10.00 WIB

A. Latar Belakang
Menurut Smeltzer (2018) Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi penyakit stadium
akhir penyakit ginjal kronis dimana ginjal mengalami kerusakan yang berlanjut dan
memerlukan terapi pengganti ginjal terus – menerus. Penyakit ini ditandai dengan penurunan
laju fungsi ginjal dan proses dari penyakit ini berhubungan dengan penyakit yang mendasari,
pengeluaran protein melalui urine serta adanya hipertensi. Pada saat ini prevalensi penyakit
ginjal kronik di Indonesia melaju pesat yaitu dari 0,2% pada tahun 2013 menjadi 0,38% pada
tahun 2018 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).
Gagal ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD) sangat
memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta mencegah uremia. Pada saat ini penatalaksanaan farmakologis dan diet tidak
lagi efektif untuk kondisi ini, maka terapi dialysis dan transplantasi ginjal dipertimbangkan.
Sejumlah pertimbangan mempengaruhi terapi jangka panjang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal mempunyai keuntungan dan kerugian masing –
masing. Terapi ini dipertimbangkan dari akses vaskular yang akan dibuat. Untuk trasplantasi
sendiri dipertimbangkan dari pencocokan jaringan dan identifikasi donor hidup potensial
(LeMone et al., 2016). Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang lebih
banyak dipilih oleh pasien gagal ginjal kronik untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Pilihan ini dipengaruhi oleh usia pasien, masalah kesehatan penyerta, ketersediaan
donor dan pilihan pribadi (LeMone et al., 2016). Dapat dilihat dari data PERNEFRI (2017)
adanya peningkatan pasien hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif. Seiring
dengan bertambahnya prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia, bertambah pula jumlah
pasien baru yang menjalani terapi hemodialisa. Data pasien baru pada tahun 2015 sebanyak
21.050 pasien dan pada tahun 2016 meningkat menjadi sebanyak 25.446 pasien. Sedangkan
pada tahun 2015 pasien aktif hemodialisis sebanyak 30.554 pasien, grafik meningkat tajam
pada tahun 2016 terdata pasien aktif hemodialisa sebanyak 52.835 pasien, hal ini
menunjukkan banyak pasien yang menjalani hemodialisa lebih lama.
Hemodialisa untuk pasien penyakit ginjal tahap akhir dilakukan tiga kali seminggu
dengan total waktu 9 – 12 jam. Pasien yang menjalani dialis jangka panjang memiliki resiko
lebih tinggi mengalami komplikasi bahkan kematian (LeMone et al., 2016). Komplikasi yang
mungkin muncul pada pasien hemodialisa diantaranya yaitu gangguan kardiovaskuler,
perdarahan, infeksi, anemia karena hilangnya darah saat hemodialisa, kram otot, mual muntah
dan lain sebagainya (So’emah et al., 2018).
Berat badan kering ialah berat badan dimana tidak ada tanda-tanda klinis retensi
cairan seperti edema dan sesak napas (Linberg, 2010). Menurut Cridlig, Alquist, Kessler, dan
Nadi (2011) juga menambahkan bahwa berat badan kering harus sesuai dengan berat dari
seseorang dengan volume cairan ekstraseluler yang normal.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang manfaat menjaga berat badan kering selama
30 menit diharapkan pasien dapat mengetahui dan memahami tentang manfaat menjaga berat
badan kering
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit pasien mampu:
a. Pasien mengetahui pengertian IDWG
b. Pasien mengetahui klasifikasi IDWG
c. Pasien memahami pengukuran IDWG
d. Pasien mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IDWG
e. Pasien mengetahui komplikasi IDWG

C. Materi
1. Pengertian IDWG
2. Klasifikasi IDWG
3. Pengukuran IDWG
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IDWG
5. Komplikasi IDWG
D. Metode.
1. Ceramah.
2. Tanya jawab

E. Pengorganisasian :
1. Penyaji : Kelompok 1

F. Setting Tempat :

Keterangan:
: Penyaji

: Dokumentasi

: Paien hemodialisa

G. Fungsi Struktur
1. Penyaji
a. Menjelaskan tentang materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan dari penanya
2. Dokumentasi
a. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan
b. Melakukan pengecekan data

H. Dokumentasi.
Terlampir
I. Media.
1. Leaflet.

J. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
a. Memberi Salam
a. Menjawab Salam
1 5 Menit Pembukaan b. Pembukaan
b. Mendengarkan
c. Memperkenalkan Diri
c. Memberi Respon
d. Kontrak Waktu
2 15 Menit Kegiatan Penjelasan : a. Mendengarkan
inti a. Menjelaskan pengertian b. Memperhatikan
IDWG
b. Menjelaskan klasifikasi
IDWG
c. Menjelaskan pengukuran
IDWG
d. Menjelaskan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap
IDWG
e. Menjelaskan komplikasi
IDWG
a. Mengajukan
10 Tanya jawab
3 Penutup Pertanyaan
Menit Menyimpulkan hasil penyuluhan
b. Memahami
Salam penutup
c. Membalas Salam

K. Evaluasi.
1. Pasien mengetahui pengertian IDWG
2. Pasien mengetahui klasifikasi IDWG
3. Pasien memahami pengukuran IDWG
4. Pasien mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IDWG
5. Pasien mengetahui komplikasi IDWG
Lampiran Materi

KONSEP INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG)

Pengendalikan intake cairan merupakan salah satu masalah utama bagi pasien dialisis,
karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa intake cairan
dibandingkan dengan makanan. Namun bagi penderita penyakit ginjal kronik harus
melakukan pengendalian intake cairan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ginjal sehat
melakukan tugasnya untuk menyaring dan membuang limbah dan racun ditubuh kita dalam
bentuk urin. Apabila fungsi ginjal berhenti, maka terapi dialisis yang menggantikan tugas dari
ginjal tersebut, tetapi pasien harus melakukan pengendalian intake cairan. Kebanyakan klien
yang menjalani terapi hemodialisis di Indonesia tiap 2 kali perminggu dan palaksanaan terapi
selama 4- 5 jam. Itu artinya tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu
dialisis. IDWG dapat menjadi indikator intake cairan pasien selama periode interdialitik yang
dapat mempengaruhi status kesehatan pasien selama menjalani terapi hemodialisis (Istanti,
2009).
A. Definisi IDWG
IDWG adalah peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan
berat badan sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode
interdialitik (Arnold, 2007).
B. Klasifikasi
Menurut Neumann (2013) IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih
dari 3% dari berat kering.Kozier (2004) dan Yetti (1999) mengklasifikasikan penambahan
berat badan menjadi 3 kelompok, yaitu berat badan ringan, sedang, dan berat dengan kriteria
sebagai berikut :

C. Pengukuran IDWG
IDWG merupakan indikator kepatuhan pasien terhadap pengaturan cairan. IDWG
diukur berdasarkan dry weight (berat badan kering) pasien dan juga dari pengukuran kondisi
klinis pasien. Berat badan kering adalah berat badan tanpa kelebihan cairan yang terbentuk
setelah tindakan hemodialisis atau berat terendah yang aman dicapai pasien setelah dilakukan
dialisis (Kallenbach, 2005). Berat badan pasien ditimbang secara rutin sebelum dan sesudah
hemodialisis.
IDWG diukur dengan cara menghitung berat badan pasien setelah (post) HD pada
periode hemodialisis pertama (pengukuran I). Periode hemodialisis kedua, berat badan pasien
ditimbang lagi sebelum (pre) HD (pengukuran II), selanjutnya menghitung selisih antara
pengukuran II dikurangi pengukuran I dibagi pengukuran II dikalikan 100%.
Grafik Rentang Prosentase Kenaikan Rentang Kenaikan dalam Penelitian
a. Ringan 2 % < 4% < 3,9%
b. Sedang 5 % 4-6% 4-6%
c. Berat 8 % > 6% (Kozier, 2004) (Yetti, 1999) > 6%
Misalnya BB pasien post HD ke 1 adalah 54 kg, BB pasien pre HD ke 2 adalah 58 kg,
prosentase IDWG (58 -54) : 58 x 100% = 6,8 % (Istanti, 2009).
D. Faktor- Faktor yang berpengaruh terhadap IDWG
Berbagai faktor yang mempengaruhi IDWG antara lain faktor dari pasien itu sendiri
(internal) dan faktor eksternal seperti faktor fisik dan psikososial. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada kenaikan berat badan interdialitik antara lain (Arnold, 2007) :
a. Intake Cairan
Prosentase air di dalam tubuh manusia 60%, dimana ginjal yang sehat akan
mengekskresi dan mereabsorpsi air untuk menyeimbangkan osmolalitas darah. Sedangkan
pada pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami kerusakan
dalam pembentukan urin sehingga dapat menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh
(Smeltzer & Bare, 2008).
b. Rasa Haus
Pasien PGK meskipun dengan kondisi hipervolemia, sering mengalami rasa haus
yang berlebihan yang merupakan salah satu stimulus timbulnya sensasi haus (Black &
Hawks, 2005). Merespon rasa haus normalnya adalah dengan minum, tetapi pasien-pasien
PGK tidak diijinkan untuk berespon dengan cara yang normal terhadap rasa haus yang
mereka rasakan. Rasa haus atau keinginan untuk minum disebabkan oleh berbagai faktor
diantaraya masukan sodium, kadar sodium yang tinggi, penurunan kadar posatium,
angiotensin II, peningkatan urea plasma, urea plasma yang mengalami peningkatan,
hipovolemia post dialisis dan faktor psikologis (Istanti, 2009).
c. Dukungan sosial dan keluarga
Tindakan hemodialisis pada pasien PGK dapat menimbulkan stress bagi pasien.
Dukungan keluarga dan sosial sangat dibutuhkan untuk pasien. Dukungan keluarga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan berhubungan dengan kepatuhan pasien untuk
menjalankan terapi (Sonnier, 2000).
d. Self Efficacy
Self Efficacy yaitu kekuatan yang berasal dari seseorang yang bisa mengeluarkan
energi positif melalui kognitif, motivasional, afektif dan proses seleksi. Self Efficacy dapat
mempengaruhi rasa percaya diri pasien dalam menjalani terapinya (hemodialisis). Self
Efficacy yang tinggi dibutuhkan untuk memunculkan motivasi dari dalam diri agar dapat
mematuhi terapi dan pengendalian cairan dengan baik, sehingga dapat mencegah peningkatan
IDWG Bandura (2000) dalam (Istanti, 2009).
e. Stress
Stress dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh. Stress
meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, menyebabkan retensi natrium dan garam.
Respon stress dapat meningkatkan volume cairan akibatnya curah jantung, tekanan darah,
dan perfusi jaringan menurun. Cairan merupakan salah satu stressor utama yang dialami oleh
pasien yang menjalani hemodialisis (Potter & Perry, 2006). Penyesuaian diri terhadap kondisi
sakit juga menimbulkan stress pada pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
dalam kehidupan pasien. Dampak psikologis pasien PGK yang menjalani HD dapat
dimanifestasikan dalam serangkaian perubahan perilaku antara lain menjadi pasif,
ketergantungan, merasa tidak aman, bingung dan menderita. Pasien merasa mengalami
kehilangan kebebasan, harapan umur panjang dan fungsi seksual sehingga dapat
menimbulkan kemarahan yang akhirnya timbul suatu keadaan depresi (Rustiana, 2012).
Menurut Istanti (2009) stress pada pasien HD dapat menyebabkan pasien berhenti
memonitoring asupan cairan, bahkan ada juga yang berhenti melakukan terapi hemodialisis,
kejadian ini secara langsung dapat berakibat pada IDWG.
E. Komplikasi IDWG
Peningkatan berat badan selama periode interdialitik mengakibatkan berbagai macam
komplikasi. Komplikasi ini sangat membahayakan pasien kerena pada saat periode
interdialitik pasien berada dirumah tanpa pengawasan dari petugas kesehatan. Sebanyak
60%-80% pasien meninggal akibat kelebihan intake cairan dan makanan pada periode
interdialitik (Istanti, 2009). Sedangkan (Hudak & Gallo, 1996) menyampaikan bahwa adanya
kelebihan cairan yang melebihi IDWG dapat dimanifestasikan : tekanan darah meningkat,
nadi meningkat, dispnea, rales basah, batuk, edema. IDWG yang berlebihan pada pasien
dapat menimbulkan masalah, diantaranya yaitu : hipertensi yang semakin berat, gangguan
fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
kegawatdaruratan hemodialisis, meningkatnya resiko dilatasi, hipertropi ventrikuler dan gagal
jantung (Smeltzer & Bare, 2002).

Anda mungkin juga menyukai