ANEMIA
Ayu Nurmandini
NIM R210415013
A. Latar Belakang
Menurut Smeltzer (2018) Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi penyakit stadium
akhir penyakit ginjal kronis dimana ginjal mengalami kerusakan yang berlanjut dan
memerlukan terapi pengganti ginjal terus – menerus. Penyakit ini ditandai dengan penurunan
laju fungsi ginjal dan proses dari penyakit ini berhubungan dengan penyakit yang mendasari,
pengeluaran protein melalui urine serta adanya hipertensi. Pada saat ini prevalensi penyakit
ginjal kronik di Indonesia melaju pesat yaitu dari 0,2% pada tahun 2013 menjadi 0,38% pada
tahun 2018 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).
Gagal ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD) sangat
memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta mencegah uremia. Pada saat ini penatalaksanaan farmakologis dan diet tidak
lagi efektif untuk kondisi ini, maka terapi dialysis dan transplantasi ginjal dipertimbangkan.
Sejumlah pertimbangan mempengaruhi terapi jangka panjang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal mempunyai keuntungan dan kerugian masing –
masing. Terapi ini dipertimbangkan dari akses vaskular yang akan dibuat. Untuk trasplantasi
sendiri dipertimbangkan dari pencocokan jaringan dan identifikasi donor hidup potensial
(LeMone et al., 2016). Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang lebih
banyak dipilih oleh pasien gagal ginjal kronik untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Pilihan ini dipengaruhi oleh usia pasien, masalah kesehatan penyerta, ketersediaan
donor dan pilihan pribadi (LeMone et al., 2016). Dapat dilihat dari data PERNEFRI (2017)
adanya peningkatan pasien hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif. Seiring
dengan bertambahnya prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia, bertambah pula jumlah
pasien baru yang menjalani terapi hemodialisa. Data pasien baru pada tahun 2015 sebanyak
21.050 pasien dan pada tahun 2016 meningkat menjadi sebanyak 25.446 pasien. Sedangkan
pada tahun 2015 pasien aktif hemodialisis sebanyak 30.554 pasien, grafik meningkat tajam
pada tahun 2016 terdata pasien aktif hemodialisa sebanyak 52.835 pasien, hal ini
menunjukkan banyak pasien yang menjalani hemodialisa lebih lama.
Berat badan kering ialah berat badan dimana tidak ada tanda-tanda klinis retensi
cairan seperti edema dan sesak napas (Linberg, 2010). Menurut Cridlig, Alquist, Kessler, dan
Nadi (2011) juga menambahkan bahwa berat badan kering harus sesuai dengan berat dari
seseorang dengan volume cairan ekstraseluler yang normal.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang berat badan kering selama 30 menit
diharapkan pasien dapat mengetahui dan memahami tentang berat badan kering
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit pasien mampu :
a. Pasien mengetahui pengertian berat badan kering
b. Pasien mengetahui pengukuran berat badan kering
c. Pasien memahami manfaat berat badan kering
d. Pasien mengetahui cara mencapai berat badan kering
C. Materi
1. Pengertian berat badan kering
e. Pengukuran berat badan kering
2. Manfaat berat badan kering
3. Cara mencapai berat badan kering
D. Metode.
1. Ceramah.
2. Tanya jawab
E. Pengorganisasian :
1. Penyaji : Kelompok 1
F. Setting Tempat :
Keterangan:
: Penyaji
: Dokumentasi
: Paien hemodialisa
G. Fungsi Struktur
1. Penyaji
a. Menjelaskan tentang materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan dari penanya
2. Dokumentasi
a. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan
b. Melakukan pengecekan data
H. Dokumentasi.
Terlampir
I. Media.
1. Leaflet.
2. Power point
J. Sasaran
1. Pasien dan keluarga pasien
K. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
a. Memberi salam
a. Menjawab Salam
1 5 Menit Pembukaan b. Pembukaan
b. Mendengarkan
c. Memperkenalkan diri
c. Memberi Respon
d. Kontrak waktu
2 15 Menit Kegiatan Penjelasan : a. Mendengarkan
a. Menjelaskan pengertian
inti b. Memperhatikan
berat badan kering
b. Menjelaskan
pengukuran berat badan
kering
c. Menjelaskan manfaat
berat badan kering
d. Menjelaskan cara
mencapai berat badan
kering
a. Mengajukan
10 Menit Tanya jawab
3 Penutup Pertanyaan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
b. Memahami
Salam penutup
c. Membalas Salam
L. Evaluasi.
1. Pasien mengetahui pengertian berat badan kering
2. Pasien mengetahui pengukuran berat badan kering
3. Pasien mengetahui manfaat berat badan kering
4. Pasien mengetahui cara mencapai berat badan kering
Lampiran Materi
Pengendalikan intake cairan merupakan salah satu masalah utama bagi pasien dialisis,
karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa intake cairan
dibandingkan dengan makanan. Namun bagi penderita penyakit ginjal kronik harus
melakukan pengendalian intake cairan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ginjal sehat
melakukan tugasnya untuk menyaring dan membuang limbah dan racun ditubuh kita dalam
bentuk urin. Apabila fungsi ginjal berhenti, maka terapi dialisis yang menggantikan tugas dari
ginjal tersebut, tetapi pasien harus melakukan pengendalian intake cairan. Kebanyakan klien
yang menjalani terapi hemodialisis di Indonesia tiap 2 kali perminggu dan palaksanaan terapi
selama 4- 5 jam. Itu artinya tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu
dialisis.
Konsep berat badan kering pada pasien yang menjalani dialisis adalah berat badan
yang dapat ditoleransi oleh pasien tanpa cairan berlebih, hipotensi atau gejala lain seperti
pusing, mual, atau kram otot baik pada salah satu kaki maupun keduanya. Saat pasien dalam
posisi berdiri maka tanda dan gejala hipotensi postural akan tampak. Oxford University
Hospital (2015) menjelaskan tentang keseimbangan cairan pada pasien GGK yang menjalani
hemodiallisis dengan mendetail. Ketika pasien akan menjalani hemodialisa, maka biasanya
perawat akan memberitahukan berat ideal / berat kering (dry weight). Berat badan kering
adalah berat dimana tubuh mendekati keadaan tidak memiliki cairan berlebih. Kemudian
perawat akan mengatur berapa berat cairan yang dikeluarkan selama proses dialysis.
Normalnya berat badan yang bertambah selama rentang waktu dialysis adalah 1-2 kg, jika
lebih dari 2 kg itu artinya pasien minum terlalu banyak dan dapat menyebabkan masalah bagi
pasien. (Cahya Ningsih, 2008) di dalam Ningsih, at al, 2012)) menyatakan berat badan ideal
adalah berat badan yang harus dicapai pasien diakhir dialysis. Berat badan dibawah berat
badan ideal akan muncul gejala dehidrasi dan/atau deplesi volume misalnya hipotensi, kram,
atau pusing. Berat badan diatas berat badan ideal akan muncul tanda dan gejala kelebihan
cairan misalnya hipertensi, edema, sesak nafas. Tanda-tanda ini harusnya tidak muncul bila
berat badan pasien hanya naik 1-2 kg diatas berat badan idealnya.