NIM : 1032211044
A. Pengkajian
Tn. A mengatakan satu bulan sebelum masuk Rs pada tanggal 28 juni 2022 terkena luka
di tumit kiri yang tidak tahu penyebabnya, 2 minggu setelah luka di tumit makin
membengkak dan terasa semakin nyeri. Kemudian diperiksakan kedokter dan hanya
diberikan obat oral, kemudian 1 minggu sebelum masuk ke Rs keluhan luka ditumit kiri Tn.
A semakin membengkak dan bila ditekan keluar nanah. Tn. Anton hanya periksa ke
puskesmas lalu dianjurkan rujuk ke rumah sakit oleh puskesmas, dan pasien mengatakan
riwayat penyakit keluarga yaitu diabetes melitus.
B. Masalah/Diagnosis Keperawatan
Tn. A mengatakan nyeri dan terdapat luka dibagian tumit yang tidak kunjung sembuh
dan mempunyai riwayat penyakit genetik yaitu diabetes melitus tipe 1.
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga pasien mampu memahami tentang perawatan
Diabetes Melitus.
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga pasien diharapkan dapat memahami tentang:
a. Definisi Diabetes Melitus
b. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
c. Faktor risiko Diabetes Melitus
d. Komplikasi Diabetes Melitus
e. Pencegahan
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan
1.1 Lingkungan
a. Lingkungan yang nyaman sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan
b. Lingkungan yang jauh dari kebisingan
c. Tertatanya ruangan untuk penyuluhan
1.2 Alat dan Bahan
a. Leafleat
b. Flipchart
1.3 Sasaran
Tn. A
1.4 Metode
Ceramah dan diskusi
1.5 Waktu Dan Tempat
Hari / Tanggal : Selasa, 5 Juli 2022
Waktu : 1 x 90 Menit
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi hasil
- Klien mampu mengikuti dan menyimak dengan baik.
- Klien mengulang kembali materi yang sudah disampaikan.
2. Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu
1 Fase Orientasi 5 menit
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan pembimbing kepada Ny D
c. Membuat kontrak (waktu, tempat dan topik)
d. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
2 Fase inti 45 menit
a. Penyampaian materi
b. Diskusi
c. Menyampaikan jawaban
d. Memperhatikan
3 Fase Terminasi 10 menit
a. Kesimpulan
b. Evaluasi
c. Menjawab salam
d. Memberikan salam penutup
3. Kriteria Evaluasi
3.1 Struktur
a. Perawat telah mengkonsulkan laporan pendahuluan kegiatan dengan
pembimbing
b. Perawat telah menyiapkan media untuk kegiatan implementasi
c. Perawat telah menyepakati waktu dan tempat kegiatan dengan Ny D
d. Tn. A telah menyetujui waktu dan tempat dimana kegiatan implementasi akan
dilaksanakan
e. Tn. A tidak memiliki kontra indikasi terhadap tindakan yang akan dilakukan
f. Tersedia ruangan yang nyaman, tenang dan terjaga privacy klien
g. Tempat pertemuan telah disepakati oleh Tn. A dengan perawat
h. Tersedianya peralatan dan materi yang diperlukan untuk kegiatan implementasi
3.2 Proses
a. Perawat mampu menjelaskan pengertian diabetes melitus
b. Perawat mampu menjelaskan tanda gejala diabetes melitus
c. Perawat mampu menjelaskan komplikasi diabetes melitus
d. Perawat mampu menjelaskan pencegahan diabetes melitus
e. Tn. A kooperatif saat pelaksanaan kegiatan implementasi
f. Tn. A dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
g. Tn. A mengerti dan memahami tentang materi yang disampaikan
h. Proses kegiatan implementasi berjalan secara sistematis sesuai dengan rencana
i. Tidak terdapat hambatan atau kesulitan saat kegiatan dilaksanakan
3.3 Hasil
a. Perawat mampu memotivasi Tn. A dalam mengikuti pendidikan kesehatan
b. Tn. A mampu mengetahui apa itu diabetes melitus
c. Tn. A mampu mengethaui tanda dan gejala diabetes melitus
d. Tn. A mampu memahami tentang pencegahan diabetes melitus
Lampiran 1
MATERI
Gejala
Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Luka tidak cepat sembuh
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus
menurun, Bisul/luka, Keputihan.
1. Riwayat keluarga
2. Obesitas
3. Usia siatas 45 tahun
4. Gaya hidup tidak sehat
5. Hipertensi
6. Gangguan kolesterol tinggi
7. Riwayat jantung koroner
8. Stroke
Komplikasi
1. Komplikasi akut berupa coma diabetikum
2. Komplikasi kronis :
a. Perubahan pembuluh darah kapiler
b. Pada ginjal : nephoros klerosis, pielonefritis
c. Pada mata : katarak diabetika
d. Pada jantung : jantung koroner
e. Pada saraf : neuritis dan poli neuritis
f. Pada kulit : gangrene
Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara umum yang
meliputi: pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan tingkat
pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan
khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosa
dini serta pengobatan yang tepat, pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan rehabilitasi.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
Hasnah. 2009. Pencegahan penyakit diabetes mellitus tipe 2. Media Gizi Pangan: Vol. VII
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran yang disebabkan infeksi salmonella typhi. (Sodikin, 2012)
Menurut (World Health Organization) WHO demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai dengan
demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan dan sembelit atau kadang-kadang diare.
Gejala sering tidak spesifik dan klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit lainnya. Namun, keparahan klinis
bervariasi dan kasus yang menyebabkan komplikasi yang serius bahkan kematian. Hal ini terjadi terutama
berkaitan dengan sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum yang bersih. Menurut perkiraan terbaru, sekitar 21
juta kasus dan 222.000 kematian terkait tifus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi sering
kurang parah, demam paratifoid, disebabkan oleh salmonella parathyphi A, B atau C. (WHO, 2018)