Anda di halaman 1dari 17

PANDANGAN AGAMA, KESEHATAN DAN

KEPERAWATAN MENGENAI BAYI


TABUNG

Kelompok 3 :

Hana Sajidah (1032211022)


Natasa Vidias Putri (1032211028)
Nurul Fathiyah Adilah (1032211023)
Syarahikal Zahra (1032211042)
Wayan Eka Putra Jaya (1032211056)
Latar belakang
Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini terjadi karena
keinginan pasangan suami-istri yang tidak bisa memiliki keturunan secara alamiah untuk memiliki anak
tanpa melakukan adopsi. Dan juga menolong suami-istri yang memiliki penyakit atau kelainan yang
menyebakan kemungkinan tidak memperoleh keturunan. Tetapi dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi
norma agama. Metode bayi tabung yang dipelopori sejumlah dokter Inggris ini untuk pertamakali berhasil
menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada tahun1978. Sebelum ditemukannya teknik
bayi tabung, untuk menolong pasutri taksubur digunakan teknik inseminasi buatan, yakni dengan cara
penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim dengan bantuan alat suntik. Dengan cara ini
diharapkan sperma lebih mudah bertemu dengan sel telur. Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%.
Pada teknik bayi tabung atau invitro fertilization yang melahirkan Louis Brown, pertama-tama dilakukan
perangsangan indung telur sang istri dengan hormon khusus untuk menumbuhkan lebih dari satu sel telur.
Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan sudah saatnya
diambil.
Pengertian Bayi Tabung

Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini
adalah fenomena bayi tabung. Sejatinya, teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan RG
Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan yang kesulitan memperoleh anak,
mencoba menggunakan teknologi bayi tabung.

Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar
tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan
ketika metode lainnya tidak berhasil.

Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur
dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
I. Menurut Pandangan Agama Islam

Masalah ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan


Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis
Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980,
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat
oleh panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986.
Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam
sidangnya di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan
sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan
sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri.
Fatwa MUI:
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya
dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haramberdasarkan kaidah Sadd
az-zari'ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai
ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari'ah, sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang
sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan
jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari'ah, yaitu
untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
II. Pandangan Agama Protestan/Katolik mengenai Bayi Tabung
A. Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)
1. Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif Kristen adalah berhubungan dengan
embrio-embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam teknologi
reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu
embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan hidup. Dengan kata lain, kita 5
2. Sengaja menyebabkan kematian banyak manusia. Menurut Moreland dan Rae (2000, hal
270), zigot, embrio, janin, bayi yang baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa semua
adalah pribadi. Di dalam Evangelium Vitae, Paus John Paul II memaparkan bahwa
kehidupan dimulai sejak sel telur dibuahi (Peters, 1996, hal 51). Pilihan untuk mengikuti
proses bayi tabung secara etika dan moral maupun iman kristen adalah pilihan salah.
Geisler (2007, hal 220), dalam bukunya yang berjudul Etika Kristen, mengemukakan
bagaimana pandangan Kristen terhadap biomedis .
Pandangan tersebut antara lain :

1. Ada pencipta
2. Manusia secara khusus diciptakan
3. Allah berdaulat atas ciptaan
4. Prinsip kekudusan hidup
5. Tujuan tidak membenarkan alat
Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri. “Tuhan yang
memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah berkata kepada
Musa, “Akulah yang mematikan dan Akulah yang menghidupkan” (Ulangan 32:39). Allah
yang menciptakan kehidupan (Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah yang menopangnya (Kis
17:28). Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil hidup yang tidak bersalah
(Kej 9:6, Kel 20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas kuasa Tuhan.
Lanjutan…

B. Masturbasi Adalah Perbuatan Dosa

Kata “onani” berasal dari kata ONAN yang dikisahkan dalam kitab Perjanjian Lama (Kejadian 38:8),
dimana Yudah menyurh anaknya, Onan untuk pergi mengawini dan melakukan hubungan seksual
dengan istri kakaknya yang baru janda. Onan sebenarnya menolak membuahi istri kakak iparnya.
Demikian asal kata Onani. Masturbasi adalah rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan
tujuan membangkitkan kenikmatan seksual. karena penggunaan kekuatan seksual dengan sengaja,
dengan motif apa pun itu dilakukan, di luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan
hakikat tujuannya.
Jadi kedua aspek hubungan suami istri yang disebutkan dalam Humanae Vitae 12, tidak dipenuhi
dengan normal. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk dikandung dengan
normal, melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika melibatkan ‘ibu angkat’, ini juga berarti
menghilangkan haknya untuk dikandung oleh ibunya yang asli.
III. Pandangan Agama Hindu Mengenai Bayi Tabung

Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia(PHDI) dan Bhikku
Dhammasubho Mahathera dari konferensi Sangha Agung Indonesia (KASI). Embrio adalah
mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh Brahman sudah ada didalamnya,
tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat.

Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar ketentuan.
Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk
menciptakan manusia.
Bayi Tabung
1. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami-isteri. Bayi tabung dilakukan oleh
pasangan suami isteri yang siap dan mengingini seorang anak. tidak ada satupun yang bisa
melarang termasuk hukum. Karena hak ini terdapat dalam UUD bab XA Pasal 28B ayat l
yaitu setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2. Insemi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai dengan tata
kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan. Walaupun bayi tabung bisa
dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan mengingini anak, agama hindu
kaharingan tidak mengizinkan atau memperbolehkan teknologi fertilisasi ini. Karena
perbuatan ini sudah melanggar hak cipta yang yang dilakukan oleh Ranying Hatalla.

Seperti yang diakui oleh umat hindu bahwa Ranying Hatala Katamparan yaitu
Ranyaing Hatala yang telah menciptakan manusia. Pada mulanya Ranying Menciptakan
nenek moyang (disebut Raja Bunu) di Pantai danum Sangiang, sebelum diturunkan ke
Pantai Danum Kalunen Ranying Hatalla terlebih dahulu membekali Raja Bunu dengan
segala aturan, tata cara, bahkan pengalaman langsung untuk menuju ke kehidupan
sempurna yang abadi.
IV. Pandangan Agama Buddha Mengenai Bayi Tabung

Ketika banyak agama merasa terancam dengan pemikiran modern dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, agama Buddha justru sebaliknya mendapatkan tempat untuk
berjalan beriringan.

Bagi ajaran Buddha, perkembangan tekonologi bagaikan pisau yang di satu sisi dapat dimanfaatkan
untuk memotong di dapur, namun di sisi lain dapat dipakai untuk menusuk orang lain. Jadi, alih-alih
ajaran Buddha menolak pisau tersebut, melainkan alasan penggunaan pisau tersebut yang ditolak
oleh Beliau ketika dipakai untuk melukai. Kesimpulannya, di dalam ajaran agama Buddha itu
sendiri tidak ditolak adanya bayi tabung. Bahkan kloning pun juga tidak di tolak. Jadi, di lain kata
dapat dikatakan bahwa bayi tabung atau inseminasi buatan di dalam agama ini diperbolehkan.
V. Pandangan Agama Khonghucu Mengenai Bayi Tabung

Dalam agama khonghucu tidak ada penjelasan khusus tentang bayi tabung
dengan sperma suami maupun donor sperma. Namun dalam sebuah web
portal khusus agama Khonghucu dalam sesi tanya jawab, dapat diketahui
bahwa metode bayi tabung dapat di terima, asalkan sesuai dengan prosedur,
norma dan etika yang berlaku
VI. Pandangan Kesehatan Dan Keperawatan Mengenai Bayi Tabung

Secara medis, prosedur bayi tabung disebut juga in vitro fertilization (IVF). Bayi
tabung merupakan salah satu prosedur yang cukup efektif untuk menciptakan
kehamilan pada pasangan yang memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas.
Prosedur ini dilakukan dengan cara mempertemukan sel telur dan sel sperma di
luar tubuh, yakni di dalam tabung khusus di laboratorium.

Prosedur bayi tabung umumnya dianjurkan dokter ketika konsumsi obat-obatan,


tindakan bedah, atau inseminasi buatan tidak mampu mengatasi masalah
ketidaksuburan. Langkah ini juga bisa dilakukan pada pasangan yang sudah
mencoba untuk menciptakan kehamilan selama bertahun-tahun, tapi tidak
berhasil.
Berikut adalah serangkaian prosedur bayi tabung:

1. Prosedur bayi tabung dimulai dengan pemberian suntikan hormon pada pasien wanita. Suntikan ini
berfungsi untuk memproduksi beberapa sel telur sekaligus.
2. Setelah itu, obat-obatan akan diberikan untuk membantu mematangkan sel telur yang berkembang dan
merangsang proses ovulasi atau pelepasan sel telur.
3. Pengujian melalui tes darah atau USG akan dilakukan untuk menentukan kesiapan tubuh untuk proses
pengambilan sel telur.
4. Setelah sel telur di tubuh pasien wanita sudah matang, dokter akan mengambil sel telur tersebut dengan
jarum khusus. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan bantuan USG dan bisa berlangsung sekitar 30–60
menit.
5. Setelah itu, sel telur akan dipertemukan dengan sperma pasangan. Sperma ini biasanya diambil di hari
yang sama dengan pengambilan sel telur. Kemudian, sel telur yang telah dibuahi akan disimpan dan
dipantau di laboratorium.
6. Saat embrio atau bakal janin hasil pembuahan sel telur dan sperma tersebut dianggap cukup matang,
embrio akan dimasukkan melalui vagina ke dalam rahim dengan menggunakan tabung penyalur yang
disebut kateter. Untuk memperbesar kemungkinan hamil, 3 embrio umumnya ditransfer sekaligus.
7. Dua minggu setelah transfer embrio, pasien wanita akan diminta untuk melakukan tes kehamilan.
beberapa kondisi yang kemungkinan menyebabkan sulit
hamil, seperti:

 Gangguan pada tuba falopi atau rahim, misalnya


jaringan parut di organ tersebut
 Gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur
tidak teratur atau optimal
 Endometriosis
 Gangguan pada sperma pasangan, misalnya jumlah
sperma rendah atau sperma tidak mampu mencapai
rahim
 Masalah sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel
telur atau sperma, misalnya penyakit autoimun
• Penyakit keturunan atau kelainan genetik tertentu
Beberapa risiko lain dari prosedur bayi tabung, yakni:
 Keguguran
 Kehamilan kembar, jika embrio yang ditanamkan ke dalam rahim lebih dari 1 dan berhasil tumbuh
 Kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah
 Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan
 Kelainan genetik pada janin

Prosedur bayi tabung yang menguras banyak tenaga, emosi, dan biaya mungkin untuk menyebabkan stres. Hal ini
juga bisa mengganggu efektivitas prosedur bayi tabung
Ada beberapa faktor yang turut menentukan keberhasilan prosedur bayi tabung. Usia wanita merupakan salah
satu faktor utama. Usia optimal wanita untuk keberhasilan proses bayi tabung adalah sekitar 23–39 tahun, dengan
persentase tertinggi di bawah usia 35 tahun.
Selain usia, beberapa faktor lain juga bisa mempengaruhi tingkat keberhasilan prosedur bayi tabung, misalnya
riwayat kesehatan organ reproduksi, penyebab infertilitas, dan faktor gaya hidup.
Kesimpulan
Dalam agama islam dikatakan bahwa proses pembuatan bayi tabung yang sel telurnya berasal
dari isteri pertama dan dikembangkan dalam rahim isteri kedua, hukumnya tetap haram
dikarenakan akan menyebabkan percampuran nasab. Dalam agama Protestan/Katolik bahwa bayi
tabung tidak diperbolehkan sebab tujuan menikah bukanlah untuk mendapatkan seorang anak.
Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar hak cipta
Ranying hatala langit. Menurut agama Budha bayi tabung atau inseminasi di perbolehkan.
Menurut agama Khonghucu metode bayi tabung dapat di terima, asalkan sesuai dengan prosedur,
norma dan etika yang berlaku. Menurut kesehatan dan keperawatan Pelaksanaan program bayi
tabung di Indonesia memang diizinkan. Namun sperma yang digunakan untuk program bayi
tabung harus berasal dari sperma suami, bukan donor sperma.

Anda mungkin juga menyukai