Kelima, risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan,
kelelahan fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan
dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
Menurut data yang penulis dapatkan, berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat
menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan
donor, ialah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Surat Al-Isra ayat 70 :
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Surat At-Tin ayat 4 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani
muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam fatwa itu. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari
Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan
spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut
diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan
untuk bersenang-senang.” Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani
suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan
ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
c. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa
terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua.
Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengungkapkan, berdasarkan
ijitihad jama’i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam,
termasuk dari Indonesia yang diwakili Muhammadiyah, hukum inseminasi
buatan seperti itu termasuk yang dilarang. “Hal itu disebut dalam ketetapan
yang keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy dengan
judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung),” papar fatwa Majelis Tarjih PP
Muhammadiyah. Rumusannya, “cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar
kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri
yang lain (dari suami itu) … hal itu dilarang menurut hukum Syara’
d. Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam)
Organisasi Konferensi Islam mengadakan sidang di Amman pada tahun 1986
untuk membahas beberapa teknik inseminasi buatan / bayi tabung, dan
mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum donor.
MAKALAH
BAYI TABUNG MENURUT IJTIHAD
Dosen Pengampu : Nikmah Dalimunte ,MA
Disusun Oleh :
TASYA SALSABILLAH
0801202313
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri
DAFTAR PUSTAKA
Problematika Hukum Islam Kontemporer, Editor Chuzaimah. T. Yanggo, Hafiz
Anshry, Buku Keempat, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus)
http://gamma-kosala.blog.ugm.ac.id/2012/06/06/bayi-dalam-tabung/
http://health.kompas.com/read/2011/06/21/08585086/
Peluang.dan.Risiko.Bayi.Tabung
http://www.sekolahterangdunia.org/bayi-tabung.html