Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIOETIKA

BAYI TABUNG DAN TRANSPLANTASI ORGAN

OLEH

KELOMPOK 6

FADHILA HUMAIRA

AULYA NOVITA

NURUL IZZATI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
1. Bayi Tabung
Bayi tabung yaitu Bayi yang di hasilkan bukan dari persetubuhan, tetapi dengan cara
mengambil mani/sperma laki – laki atau ovum perempuan, lalu dimasukan dalam suatu alat
dalam waktu beberapa hari lamanya. Setelah hal tesebut dianggap mampu menjadi janin,
maka dimasukan dalam rahim ibu. Sel sperma tersebut kemudian akan membuahi sel telur
bukan pada tempatnya yang alami. Sel telur yang telah dibuahi ini kemudian diletakkan pada
rahim isteri dengan suatu cara tertentu sehingga kehamilan akan terjadi secara alamiah di
dalamnya. Bayi tabung atau yang dikenal sebagai Fertilisasi-in-vitro (dalam dunia medis) ini
merupakan suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang
dilakukan oleh petugas medis.
Keunggulan program bayi tabung adalah dapat memberikan peluang kehamilan bagi
pasutri yang sebelumnya menjalani pengobatan infertilitas biasa, namun tidak pernah
membuahkan hasil. Sedangkan kelemahan dari program ini adalah tingkat keberhasilannya
yang belum mencapai 100 persen. waktu untuk mengikuti program ini cukup lama dan
memerlukan biaya yang mahal.

2. Konflik Nilai Bayi Tabung


Pada dasarnya pembuahan yang alami yaitu pembuahan yang terjadi dalam rahim
melalui cara yang alami (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah di tetapkan oleh
Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan yang alami ini terkadang sulit terwujud,
misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba fallopii) yang
membawa sel telur ke rahim atau karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu
menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur. Dimana kesemua factor itu
kemudian tidak bisa diobati.
Berdasarkan adanya permasalahan tersebut serta seiring adanya kemajuan
bioteknologi, maka mulai digalakkan adanya program bayi tabung. Pada mulanya program
bayi tabung ini diperuntukkan untuk menolong pasangan suami-istri (pasutri) yang tidak
mungkin mendapatkan keturunan secara alamiah akibat acdanya factor-faktor sepert yang
telah di uraikan di atas (tuba falopi si istri mengalami kerusakan permanen, kualitas sperma
suami yang lemah sehingga tidak dapat mencapai ovum, maupun akibat adanya suatu
penyakit tertentu yang tidak memungkingkan pasangan suami istri itu memiliki keturunan
secara alamiah.
Pada mulanya program bayi tabung ini dapat diterima oleh masyarakat sekitar karena
dalam program bayi tabung ini hanya melibatkan sperma dan ovum dari pasangan suami istri
yang sah, yang kemudian sperma dan ovum tadi dipertemukan di luar tubuh zygot dan
nantinya akan ditanam kembali pada rahim ibu kanduungnya. Dengan demikian maka bayi
yang dilahirkan adalah murni keturunan genetic dari suami istri yang sah. Akan tetapi
seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program ini dapat diterima
oleh semua pihak karena tujuannya yang “mulia” menjadi pertentangan. Banyak pihak yang
kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro dengan program ini sebagian besar berasal dari
dunia kedokteran dan mereka yang kontra berasal dari kalangan alim ulama.

Sumber : M. Mujamil S,Pdi dalam

Pihak yang Pro dengan Adanya Bayi Tabung

Berbagai dukungan yang pro mengenai program bayi tabung ini kebanyakan adalah
dari kalangan medis dan pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan. Kebanyakan
yang pro (mendukung) adanya program bayi tabung ini melihat dari aspek positif yang
nantinya akan diperoleh. Mereka pro dengan adanya bayi tabung ini dengan alasan antara
lain :

- Dengan adanya program bayi tabung maka pasangan suami istri yang awalnya tidak bisa
menghasilkan keturunan dalam waktu yang lama akhirnya bisa memperoleh keturunan
yang didam-idamkan dalam setiap kehidupan rumah tangga
- Kesulitan untuk memperoleh keturunan tersebut dapat di atasi dengan suatu upaya medis
agar pembuahan antara sel sperma dengan sel telur dapat terjadi di luar tempatnya yang
alami. Setelah sel sperma suami dapat sampai dan membuahi sel telur isteri dalam suatu
wadah yang mampunyai kondisi alami rahim, rahim isteri. Dengan demikian kehamilan
alami diharapkan dapat terjadi dan selanjutnya akan dapat dilahirkan bayi secara normal.
Proses seperti ini merupakan uapaya medis untuk mengatasi kesulitan yang ada.
- Untuk memenuhi Sunnah rasul, sebagaimana seperti hadist yang Diriwayatkan dari Anas
RA bahwa, Nabi SAW telah bersabda :

‫ فَــِانـِّـي مـُـَك اثـٌر ِبكـُـُم األنــِبـيَــاَء يـَـوَم الِقـــيَــاَم ــِة‬، ‫تَـَز َّوُجـْو ا اْلـــَو ُد ْو َد الَو ُلــْو َد‬

“ Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur, sebab sesunguhnya
aku aku akan berbangga dihadapan nabi dengan banyaknya jumlah kalian pada Hari
Kiamat nanti.” (HR. Ahmad).
Berdasarkan pada sabda Rasul tersebut maka mereka pro dengan program bayi
tabung, karena mereka beranggapan dengan adanya program bayi tabung tersebut adalah
merupakan suatu terobosan atau upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh
Islam, yaitu kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari
suatu pernikahan.

Sumber : Muhammad Zainal Abidin, dalam

Pihak yang Kontra Dengan adanya Program bayi Tabung

Pihak-pihak yang kontra dengan adanya program bayi tabung ini kebanyakan
adalah dari pihak alim ulama. Pihak yang kontra ini kebanyakan memandang bayi
tabung dari segi negative (segi madharat) yang nantinya akan ditimbulkkan akibat dari
adanya bayi tabung ini. Kebanyakan dari mereka beranggapan sebagai berikut :
- Dengan adanya program bayi tabung akan menimbulkan sesuatu yang haram (melihat
aurat jenis kelamin lain), hal itu dapat terjadi tatkala apabila dokter yang menangani
program bayi tabung tersebut adalah seorang laki-laki, ketika proses pengambilan mani
(sel ovum wanita) tersebut maka akan ada konsekuesi, minimalnya sang dokter (laki-laki)
akan melihat aurat wanita lain, dimana wanita itu bukanlah mahramnya. Sedangkan
dalam agama jelas dikatakan bahwasanya melihat aurat orang lain yang bukan
mahramnya adalah salah satu perbuatan yang diharamkan.
- Ada yang beranggapan bahwasanya keturunan merupakan salah satu rizki dari Allah
SWT, sehingga apabila cara bayi tabung ini ditempuh, maka berarti dia tidak ridha
dengan takdir dan ketetapan dari ALLAH SWT.
- Adanya pandangan yang menganggap dengan adanya bayi tabung, itu sama saja dengan
menciptakan sendiri keturunan. Dengan demikian maka ditakutkan akan ada
ketidakpercayaan lagi dengan tuhan.
- Adanya tanggappan skeptis terhadap orang-orang Barat (kaum kuffar), yang
menyimpulkan bahwa dengan menempuh cara ini (bayi tabung) dianggap sebagai sikap
taklid (tunduk dan patuh) terhadap peradaban Barat.

- Adanya pandangan yang mengkhawatirkan akan terjadinya perzinahan dalam program


bayi tabung itu apabila dalam pelaksanaanya salah satu dari sel sperma maupun sel ovum
bukan asli dari sperma pasangan suami istri yang sah pernikahanya.
- Dengan adanya program bayi tabung akan menimbulkan pencampuradukan dan
penghilangan nasab, sebagaimana yang telah diharamkan dalam ajaran Islam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda ketika turun ayat li’an :

،‫ َو َلْن َيْد ُخ ـَلَهـا هللا الجَــَّنَة‬، ‫أيُّـمَـااْم ـَر أٍة َأْدَخ ـَلْت َعلَى َقـْو ٍم َنَس ــًبا َليْــَس ِم نْـُهْم فَـَلْيـَس ْت ِم َن هللا ِفي َشـْيٍئ‬
‫وأيُّـَم ـاَر ُجــٍل َح جَــَد َو لَــَد ُه َو ُهـَو َيـْنـُظـُـر ِاَلْيــِه ِاْح ــَتَج َب هللا ِم ْنُه َو َفَض ـَح ُه َعلَى ُر ُؤ ْو ِس األَّو لِــْيَن َو اآلِخ ــِرين‬.

“Siapa saja perempuan yang telah memasukkan kepada suatu kaum nasab yang bukan
dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apapun dari Allah dan Allah tidak
akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari
anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya
dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu di ahadapan orang-orang yang terdahulu
dan kemudian (pada Hari Kiamat nanti) (HR. Ibnu Majah)
Sumber : Muhammad Zainal Abidin, dalam

Pendapat Ilmuan Barat mengenai Bayi Tabung

Tentang bayi tabung sekitar 30 tahun lalu seorang bayi perempuan dilahirkan dari
rahim seorang perempuan. Sekilas kelahiran tersebut merupakan kelahiran biasa, normal.
Namun, kelahiran itu sebenarnya merupakan hasil dari pembuahan di luar tubuh manusia.
Metode tersebut dikembangkan oleh ilmuwan Inggris, Louise Brown. Pada mulanya, hasil
percobaan ”bayi tabung” tersebut memicu protes di berbagai belahan dunia, akan tetapi
sekaligus mengubah pandangan akan kehidupan dan kemajuan sains. Metode tersebut telah
menandai perubahan mendasar dalam perkembangan ilmu kedokteran.

Perspektif Islam dengan Adanya Bayi Tabung

Bayi Tabung dan hukumnya secara tersurat tidak didapatkan dari kitab-kitab maraji'
islam, baik dari Al-Qur'an, Hadits, maupun kitab-kitab ulama klasik. Penentuan hukum
mengenai bayi tabung ini murni merupakan ijtihad dari para ulama maupun kaum muslim
sekarang. Dengan demikian salah cara yang dapat dilakukan untuk menenttukan pandangan
mengenai bayi tabung ini adalah dengan cara ppendekatan dalam bidang ushul fiqih (yaitu
suatu metode yang dilakukan ulama terdahulu dalam memutuskan hukum terhadap suatu
realitas yang tidak pernah dijumpai sebelumnya).
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah . Dari teks undang-undang ini mendeskribiskan bahwa perkawinan yang sah yang
dijadikan sebagai titik acuan dalam menilai anak yang dilahirkan sah atau tidak. Teks ini juga
yang melandasi halal-haramnya negara memberi penekanan akan kelahiran anak yang sah.
Penerapan teknik bayi tabung sebagai langkah menghasilkan anak yang sah perlu
dikontrol oleh nilai-nilai normatif agama agar penerapannya tidak menyimpang dari rute
Ilahi. Berdasarkan landasan inilah, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
memfatwakan mengenai inseminasi buatan/ bayi tabung ini.
Hasil Komisi Fatwa, tertanggal 13 Juni 1979 , menerangkan bahwa:
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain (misalnya dari
istri kedua dititipkan pada istri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah sadd az
zari'ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
masalah warisan (khusunya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai
ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya)
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah sadd az zari'ah, sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dari kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
kaitannya dengan hal kawarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
diluar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah sadd az zariah, yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Sumber : M. Mujamil, S.PdI dalam

Tinjaun Hukum Perdata Mengenai Bayi Tabung

Ternyata tidak hanya Agama saja yang menindak lanjuti mengenai adanya program bayi
tabung ini. Hukum Perdata di Indonesia juga memppunyai peraturan yang khusus dalam
menangani bayyi tabung ini. Berikut merupakan beberapa Hukum Perdata mengenai anak
yang dilahirkan dari proses bayi tabung.

a. Jika benihnya berasal dari Suami Istri yang Sah


- Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara
biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari
pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya.
- Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan
setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum ps.
255 KUHPer.
- Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang
mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan pasal. 250 KUHPer.
Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak
sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Bisaanya dilakukan
perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah
secara perdata barat, sesuai dengan pasal. 1320 dan 1338 KUHPer.)
b. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
- Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi
dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah
dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si
Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
- Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak
yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum
ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
c. Jika semua benihnya dari donor
- Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan
Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinan yang sah.
- Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status
sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan
pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur
berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis
dan biologis sebagai anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata di Indonesia terhadap kemungkinan


yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio ditemukan beberapa
kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada
serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status
sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke
dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan
bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum
ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan
yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini
pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang
dilarang.
1. Transplantasi Organ
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat.
Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasie
dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga
dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat
dilakukan begitu saja,karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,yaitu dari
segi agama,hokum,budaya,etika dan moral.kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini
dalam menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor,LRD) dan donasi organ jenazah.karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait(hulum,kedokteran,sosiologi,pemuka agama,pemuka
masyarakat),pemerintah dan swata.

2. Konflik Nilai Transplantasi Organ


Pemindahan organ dari donor ke resipien bukan masalah yang sederhana banyak factor
yang harus dipertimbangkan, misalnya medikal transplantasi, dimana donasi organ atau
jaringan memerlukan terapi transplantasi, meliputi persiapan resipien sebelum transplantasi,
saat operasi dan sesudah transplantasi. Sering terjadinya penolakan transplantasi, yaitu organ
atau jaringan donor tidak diterima oleh tubuh resipien. Hal ini merupakan tantangan dan
masalah yang kompleks bagi dunia kedokteran. Untuk mengatasi penolakan dari resipien
diatasi dengan obat immunosuppressant, obat yang menghambat aktivitas sistem imun.
Penggunaan obat ini mengambil resiko tinggi, karena dengan tidak aktifnya sistem imun,
resepien menjadi rentan terhadap infeki dan penyebaran sel-sel malignant. Efek samping lain
adalah menyebabkan hipertensi, dislipidemia, hiperglikemik, peptic ulcer, liver dan
kerusakan ginjal. Obat ini pun biasanya berinteraksi dengan obat lain dan akan
mempengaruhi aktivitas metabolisme resipien.
Ada suatu prosedur yang harus dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam
transplantasi organ.
Prosedur yang harus dijalani adalah, pertama dokter mendiagnosis pasien, yang
menyatakan kegagalan fungsi organ tertentu, dan direkomendasi untuk mengikuti program
transplantasi organ dan dirujuk pada pusat transplantasi, disini pasien akan dievaluasi
kesehatannya, juga status sosial yang mendukung dan kemungkinan adanya donor yang
cocok. Ada dua sumber donor organ, yang pertama organ berasal dari donor yang sudah
meninggal, atau disebut cadaveric donor. Orang menjadi cadaveric donor, harus ada
persetujuan, bersedia menjadi cadaveri donor ketika dia meninggal dan ini harus dengan
legalitas. Di beberapa negara, bila persetujuan cadaveric donor tidak ada, maka boleh dari
keluarganya untuk memberikan izin mengambilan organ. Kedua, organ berasal dari donor
yang masih hidup, biasanya yang masih mempunyai hubungan keluarga, teman atau orang
yang tidak dikenal. Beberapa yayasan non-profit atau charity, seperti National Marrow
Donor Program, mempunyai daftar donor bone marrow, bila pendonor tidak ada hubungan
kekeluargaan dengan pasien, maka diberi tanda Non Direct Donor (NDD), yang sudah
mengetahui kapan pun organnya akan diambil untuk ditransplantasikan pada resepien yang
membutuhkan.
Jumlah organ yang akan didonorkan sangat sedikit dibandingkan resepien yang
membutuhkan organ. Data dari transplant center menyatakan, bahwa setiap hari orang yang
membutuhkan transplantasi organ bertambah 106 orang, transplantasi organ tiap hari terjadi
sebanyak 68 orang dan 17 orang meninggal, karena menunggu organ yang akan
ditransplantasi. Dengan demikian transplant center harus membuat aturan yang ketat, dengan
membuat kriteria pemberian organ pada yang pasien yang membutuhkan, antara lain:
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama
2. Pada orang yang membutuhkan
3. Pada orang yang berusaha
4. Pada orang yang memberi kotribusi
5. Pada orang berdasarkan free-market exchanges

Donor organ memang harus dikerjakan secara sukarela. Jika hal itu dilanggar, dengan
melakukan jual beli organ, itu sudah melanggar kode etik kedokteran dan ini merupakan
prinsip yang utama. Prinsip yang kedua adalah anggota tubuh seseorang adalah diciptakan
Tuhan. Orang harus menyadari dan percaya bahwa organ tubuh adalah anugerah Tuhan
secara cuma-cuma bukannya untuk diperjualbelikan. Jika itu diperjualbelikan, prinsip
perlindungan kepada manusia itu dilanggar sehingga suatu hari ia bisa saja menjual jarinya,
telinga, dan anggota tubuh yang lain. Akhirnya, hakikat manusia dan kemanusiaan menjadi
hilang. Itu yang dijaga UU dan ketentuan-ketentuan dalam ilmu kedokteran

Etika Hukum Transplantasi


 Dari segi agama, menurut Bahtsul Masail dan Dewan Hisbah secara khusus telah
mengeluarkan fatwa yang mengharamkan transplantasi yang menggunakan organ babi,
kecuali tidak ada pilihan lain. Namun, jika ada organ pengganti maka Bahtsul Masail
mengharamkannnya secara mutlak penggunaan organ babi.
 Ada beberapa pandangan hukum islam mengenai halal-haramnya transplantasi organ,
oleh agama dijawab dengan merujuk pada sumber tekstual utama ( Al-Quran dan Hadist
) maupun kitab-kitab hukum fikih dengan mempertimbangkan upaya mempertahankan
martabat manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 70
 Dalam ilmu biomedis, transplantasi dilakukan jika organ pada tubuh manusia mengalami
kegagalan. Tujuannya untuk menyelamatkan pasien dari kegagalan organ yang
dideritanya ketika cara terapi sudah dilakukan tetapi masih tidak membuahkan hasil.
 Salah satu contoh organ yang dapat ditransplantasikan adalah kornea mata. Dalam hal
ini, di China sudah ada pencangkokan kornea mata babi yang akan di berikan kepada
korena mata manusia yang rusak. Dikarenakan rekayasa DNA babi dengan manusia ada
kesamaan.
 Dalam islam dijelaskan bahwa babi ini haram untuk dimakan terlebih untuk dijadikan
pendonor pada kornea mata manusia, kecuali tidak ada pilihan lain. Seperti yang
dijelaskan pada UU no. 36 tahun 2009 pasal 66
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono.M. 2006. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman. Jakarta : EGC.

Hanafiah, M.Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.

Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Nasoetion, A. H. 1998. Pengantar Ke Filsafat Sains. Litera Antar Nusa. Bogor .

Suhaemi Mimin Emi, Dra. MPd. 2003. Etika Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai