Dosen Pembimbing :
Di Susun Oleh :
Rismaliza (22181103)
Riska mahyuni (22181094)
M.aqil rizkullah (22181106)
Meli Sahara (22181113)
Ulfa verdina (22181116)
Sri Rahma Yeni (22181108)
Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami selaku kelompok ini mampu
menyelesaikan Makalah Hukum Dan Perundangan Kesehatan ini yang berjudul “ Bayi
tabung dilihat dari aspek hukum kesehatan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita selaku
mahasiswa. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu,
Kami
Akhir kata, Kami selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-besarnya bila
ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Aamiin
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pasangan suami isteri yang diperkenankan oleh Tim Dokter Program Melati
Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta utnuk mmengikuti prosedur
bayi tabung, adalah pasangan suami istri yang kurang subur disebabkan karena :
- Isteri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba)
- Lendir leher rahim isteri yang tidak normal
- Adanya gangguan kekebalan di mana terdapat zat anti terhadap sperma di
dalam tubuh
- Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur
- Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endomentriosis
- Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia)
- Tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility.
2
Ibid. Hlm 7
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas
Pengelolaan infertilitas merupakan suatu usaha dari dokter untuk mengetahui
factor penyebab infertilitas dari pasangan suami isteri, yang memakan waktu
6 siklus haid atau 6 bulan.
2. Terdapat alasan yang sangat jelas
Setiap pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung
adalah ingin mendapatkan anak.
3. Sehat jiwa dan raga
Pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung adalah
pasangan suami isteri yang sehat jiwa dan raga.
4. Mampu membiayai program fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio (bayi
tabung) dan biaya persalinan
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, ternyata pasangan suami isteri
yang mengikuti program bayi tabung adalah pasangan suami isteri yang
mempunyai tingkat ekonomi menengah ke atas, untuk mengikuti program bayi
tabung tersebut yaitu berkisar antara 4-6 juta rupiah dan belum termasuk biaya
konsultasi dan biaya obat.
5. Mengerti secara umum seluk beluk fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio
(bayi tabung).
Pada kunjungan pertama pasangan suami isteri yang ingin memperoleh anak
melalui program bayi tabung diminta untuk membeli sebuah buku petunjuk
bagi pasien.
6. Informed consent artinya mampu memberikan izin kepada dokter yang akan
melakukan prosedur FIV-PE (fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio).
7. Umur isteri kurang dari 38 tahun
Factor umur mempunyai peranan yang sangat penting dan perlu
dipertimbangkan dalam mengikuti program bayi tabung, 38 tahun karena
tingkat keberhasilan untuk hamil cukup tinggi. 3
3
Sudraji Sumapraja, Pedoman Pasutri Program Melati, Hlm 47-50
- Tahap Persiapan, berisi langkah penyuluhan bagi pasangan suami isteri yang
akan mengikuti program bayi tabung dan dilanjutkan denga serangkaian
pemeriksaan keadaan kandungan, hormonal dan penyakit yang menyertainya
serta kondisi dan jumlah sperma. Selanjutnya dilakukan siklus pengobatan.
- Pematangan Sel Telur, berisi langkah pematangan folikel de graaf (kantong
berisikan cairan yang mengandung sel telur). Perlakuaan yang diberikan pada
tahap ini adalah penyuntikan hormone HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang bertujuan untuk merangsang pematangan telur
danmendorang agar dua indung telur menghasilkan ovum secara bersama-
sama.
- Pengambilan Sel Telur, berisi penentuan waktu dan teknik pengambilan sel
telur dilakukan dengan alat berupa jarum khusus yang dimasukan ke dalam
vagina dan untuk menentukan arah jarum agar tepat dipandu oleh
ultrasonografi. Setelah cairan folikel disedot, sel telur yang terkandung di
dalamnya dipisahkan.
- Pembuahan Secara In Vitro, sel telur yang berhasil dipisahkan diletakan dalam
cawan biakan yang telah dibubuhi medium biakan. Selanjutnya disimpan
dalam lemari incubator yang tempraturnya disesuaikan dengan suhu rahim
selama 5-6 jam untuk dibuahi oleh sel sperma. Langkah selanjutnya
pertemuan antara sel sperma dengan sel telur dalam cawan mengandung
medium biakan dan dibiarkan berproses sampai terjadi pembuahan kuran lebih
16-18 jam.
- Pemindahan Hasil Pembuahan, setelah terjadi pembuahan, sel dibiarkan
mengalami pembelahan menjadi 2,4,8,16 (kurang lebih 45 jam setelah
pembuahan) kemudian dipindah tanamkan pada rahim.
- Pemantauan Kehamilan, tahap pemantauan kehamilan berupa langkah
penentuan kepastian kehamilan dan memantap serta memeriksa setiap tahap-
tahap perkembangan embrio sampai menjadi fetus seperti pemantauan
kehamilan normal sampai pada proses kelahiran. 4
4
Dr. Rosdiana Ramli. SpoG. Proses Bayi Tabung.
2.4 Dasar Hukum Program Bayi Tabung
- Peraturan Mentri Kesehatan RI – Nomor 585/MEN.KES/PER/IX/1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik, artinya dalam melakukan tindakan
medic seorang dokter harus memberikan informasi tentang proses bayi tabung
dan meminta persetujuan keluarga untuk tindakan yang dilakukan.
- Instruksi Mentri Kesehatan RI – Nomor 179/MENKES/INST/VIII/1990
Tentang Program Pelayanan Bayi Tabung.
- Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia – Nomor Kep-952/MUI/XI/1990
Tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung.
5
Menjaga Akidah dan Ahklak. Hlm 26
6
Putusan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tanggal 13 Juni 1979
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada intinya bayi tabung merupakan suatu rekayasa genetic yang membantu
mempertahankan spesies mahkluk hidup dalam hal ini yaitu manusia yang melakukan
program bayi tabung untuk memperoleh keturunan.
Di Indonesia program bayi tabung sekarang ini telah banyak dibuka diberbagai
instansi Rumah Sakit untuk membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh
keturunan. Pada dasarnya dalam memperoleh keturunan dengan program bayi tabung
terdapat syarat-syarat dan ketentuan dimana sepasang suami isteri harus mengikuti
syarat tersebut yang dibimbing oleh dokter spesialis dalam proses terjadinya bayi
tabung.
Bayi tabung dalam apabila dilihat dari perspektif agama islam diperbolehkan
karena merupakan suatu ijtihad yang dilakukan oleh para tenaga medis yang mampu
membantu pasangan suami isteri untuk mendapatkan anak dan terkait bayi tabung
majelis ulama Indonesia telah mengeluarkan putusan terhadap status anak bayi tabung
merupakan anak sah dari ayah dan ibu yang perkawinanya sah juga.
DAFTAR PUSTAKA
HS.Salim. “Bayi Tabung tinjauan Aspek Hukum”. Sinar Grafika. Jakarta. 1993
Abdul Rahman, Roli. Khamza. H, “Menjaga Akidah dan Akhlak”. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. Solo. 2007