Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Cloning Dilihat Dari Hukum Kesehatan”

Dosen Pembimbing :

Ambia Nurdin,SKM,s.pd,M.pd, M.kes

Di Susun Oleh :

Rismaliza (22181103)
Riska mahyuni (22181094)
M.aqil rizkullah (22181106)
Meli Sahara (22181113)
Ulfa verdina (22181116)
Sri Rahma Yeni (22181108)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami selaku kelompok ini mampu
menyelesaikan Makalah Hukum Dan Perundangan Kesehatan ini yang berjudul “ Bayi
tabung dilihat dari aspek hukum kesehatan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita selaku
mahasiswa. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu,
Kami

Akhir kata, Kami selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-besarnya bila
ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, 24 Desember 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman yang sudah maju saat ini, program bayi tabung menjadi salah satu
masalah yang cukup seirus. Hal ini terjadi karena keinginan pasangan suami istri yang
sulit mendapatkan keturunan secara alami untuk memiliki anak tanpa adopsi atau
yang biasa terjadi untuk menolong pasangan suami istri yang mempunyai penyakit
atau tidak mempunyai keturunan.
Oleh sebab itu pada zaman yang modern dan canggih seperti ini banyak cara
yang bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang susah untuk mendapatkan
keturunan secara alamiah yaitu dengan cara melakukan bayi tabung atau disebut juga
inseminasi buatan yaitu suatu upaya untuk mempertemukan sel telur dengan sel
sperma didalam suatu wadah khusus. Proses dilakukannya bayi tabung berlangsung di
laboratorium dan dilaksanakan oleh tenaga medis. Infertilitas adalah suatu kondisi
dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan atau tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Adapun melakukan upaya mempunyai keturunan dengan bayi tabung adalah
memiliki konsekuensi yang negative dan positif yang mana konsekuensi postif adalah
dalam bidang kesehatan sperti dikembangkannya teknik bayi tabung yang dapat
membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan serta pemanfaatan
bakteri dalam rekayasa genetic sehingga dihasilkan insulin buatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Bayi Tabung?
2. Sejarah Penemuan dan Perkembangan Bayi Tabung?
3. Pelakasanaan Bayi Tabung di Indonesia?
4. Tahapan/Proses Bayi Tabung
5. Dasar Hukum Program Bayi Tabung
6. Bayi Tabung Tinjauan Perspektif Agama Islam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung


Bayi tabung atau biasa disebut “in virto fertilization” adalah suatu upaya
memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dengan sel telur
kedalam suatu wadah khusus, pada kondisi normal itu berlansung didalam suatu
tuba didalam rahim si perempuan.
Bayi tabung ini merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-ibu
yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Maka dari itu banyak para
keluarga ataupun suami istri yang ingin melakukan proses bayi tabung ini karena
untuk mendapatkan keturunan.
Bayi tabung merupakan cara untuk membantu spesies yang hampir punah,
dimana sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang dimasukan dalam tabung
gelas kemudian dipindahkan ke dalam rahim ibu pengganti. Jadi ibu pengganti
inilah yang akan mengandung dan melahirkan bayi tersebut, dan kemudian
menyerahkan kepada orang tua yang menitipkan embrio tersebut. 1

2.2 Sejarah Penemuan dan Perkembangan Bayi Tabung


Proses teknologi bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan oleh Dr.P.C.
Steptoe dan Dr.R.G. Edwards atas pasangan suami isteri John Brown dan Leslie.
Sperma dan ovum yang digunakan berasal dari pasangan suami isteri, kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isterinya, sehingga pada tanggal 25
Juli 1978 lahirlah bayi tabung pertama yang bernama Louise Brown di Oldham
Inggris dengan berat badan 2.700 gram.
Dengan telah berhasilnya Dr.P.C. Steptoe dan Dr.R.G. Edwards dalam
mengembangkan program bayi tabung, maka kini rekayasa bayi tabung dikatakan
sukses, meski angka kesuksesannya setelah embrio dipindahkan, hanyalah 13%.
Keberhasilan yang dikemukan diatas adalah keberhasilan yang dicapai di Luar
Negeri. Di Indonesia sebagai langkah awal dari kesuksesan tersebut adalah
dengan telah lahirnya bayi tabung yang pertama di Indonesia yang bernama
Nugroho Karyanto pada tanggal 6 November 1988 dari pasangan suami isteri Tn.
1
Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum. Hlm 6-7
Markus dan Ny. Chai Ai Lian yang kemudia disusul dengan keberhasilan
kelahiran bayi tabung lainya.
Kesemua bayi tabung tersebut lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita Jakarta dan rumah sakit iniah yang pertama mengembangkan
program bayi tabung di Indonesia. 2

2.3 Pelakasanaan Bayi Tabung di Indonesia


Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih
rendah, maka pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung
haruslah memenuhi beberapa persyaratan tertentu, baik dari segi kesiapan
mental/spiritual, medis, maupun financial. Walaupun program bayi tabung
merupakan hak bagi pasangan suami isteri yang mandul (infertile), namun tidak
semuanya dapat mengikuti program tersebut.

Pasangan suami isteri yang diperkenankan oleh Tim Dokter Program Melati
Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta utnuk mmengikuti prosedur
bayi tabung, adalah pasangan suami istri yang kurang subur disebabkan karena :
- Isteri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba)
- Lendir leher rahim isteri yang tidak normal
- Adanya gangguan kekebalan di mana terdapat zat anti terhadap sperma di
dalam tubuh
- Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur
- Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endomentriosis
- Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia)
- Tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility.

Berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tim Medis


Program Melati Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta, maka
pasangan suami isteri yang dapat mengikuti pembuahan dan pemindahan embrio,
adalah pasangan suami isteri yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

2
Ibid. Hlm 7
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas
Pengelolaan infertilitas merupakan suatu usaha dari dokter untuk mengetahui
factor penyebab infertilitas dari pasangan suami isteri, yang memakan waktu
6 siklus haid atau 6 bulan.
2. Terdapat alasan yang sangat jelas
Setiap pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung
adalah ingin mendapatkan anak.
3. Sehat jiwa dan raga
Pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung adalah
pasangan suami isteri yang sehat jiwa dan raga.
4. Mampu membiayai program fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio (bayi
tabung) dan biaya persalinan
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, ternyata pasangan suami isteri
yang mengikuti program bayi tabung adalah pasangan suami isteri yang
mempunyai tingkat ekonomi menengah ke atas, untuk mengikuti program bayi
tabung tersebut yaitu berkisar antara 4-6 juta rupiah dan belum termasuk biaya
konsultasi dan biaya obat.
5. Mengerti secara umum seluk beluk fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio
(bayi tabung).
Pada kunjungan pertama pasangan suami isteri yang ingin memperoleh anak
melalui program bayi tabung diminta untuk membeli sebuah buku petunjuk
bagi pasien.
6. Informed consent artinya mampu memberikan izin kepada dokter yang akan
melakukan prosedur FIV-PE (fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio).
7. Umur isteri kurang dari 38 tahun
Factor umur mempunyai peranan yang sangat penting dan perlu
dipertimbangkan dalam mengikuti program bayi tabung, 38 tahun karena
tingkat keberhasilan untuk hamil cukup tinggi. 3

Tahapan/Proses Bayi Tabung


Proses bayi tabung pada manusia dikembangkan dengan teknik In Vitri
Fertilization (IVF) dapat dibagi menjadi beberapa langkah yaitu sebagai berikut :

3
Sudraji Sumapraja, Pedoman Pasutri Program Melati, Hlm 47-50
- Tahap Persiapan, berisi langkah penyuluhan bagi pasangan suami isteri yang
akan mengikuti program bayi tabung dan dilanjutkan denga serangkaian
pemeriksaan keadaan kandungan, hormonal dan penyakit yang menyertainya
serta kondisi dan jumlah sperma. Selanjutnya dilakukan siklus pengobatan.
- Pematangan Sel Telur, berisi langkah pematangan folikel de graaf (kantong
berisikan cairan yang mengandung sel telur). Perlakuaan yang diberikan pada
tahap ini adalah penyuntikan hormone HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang bertujuan untuk merangsang pematangan telur
danmendorang agar dua indung telur menghasilkan ovum secara bersama-
sama.
- Pengambilan Sel Telur, berisi penentuan waktu dan teknik pengambilan sel
telur dilakukan dengan alat berupa jarum khusus yang dimasukan ke dalam
vagina dan untuk menentukan arah jarum agar tepat dipandu oleh
ultrasonografi. Setelah cairan folikel disedot, sel telur yang terkandung di
dalamnya dipisahkan.
- Pembuahan Secara In Vitro, sel telur yang berhasil dipisahkan diletakan dalam
cawan biakan yang telah dibubuhi medium biakan. Selanjutnya disimpan
dalam lemari incubator yang tempraturnya disesuaikan dengan suhu rahim
selama 5-6 jam untuk dibuahi oleh sel sperma. Langkah selanjutnya
pertemuan antara sel sperma dengan sel telur dalam cawan mengandung
medium biakan dan dibiarkan berproses sampai terjadi pembuahan kuran lebih
16-18 jam.
- Pemindahan Hasil Pembuahan, setelah terjadi pembuahan, sel dibiarkan
mengalami pembelahan menjadi 2,4,8,16 (kurang lebih 45 jam setelah
pembuahan) kemudian dipindah tanamkan pada rahim.
- Pemantauan Kehamilan, tahap pemantauan kehamilan berupa langkah
penentuan kepastian kehamilan dan memantap serta memeriksa setiap tahap-
tahap perkembangan embrio sampai menjadi fetus seperti pemantauan
kehamilan normal sampai pada proses kelahiran. 4

4
Dr. Rosdiana Ramli. SpoG. Proses Bayi Tabung.
2.4 Dasar Hukum Program Bayi Tabung
- Peraturan Mentri Kesehatan RI – Nomor 585/MEN.KES/PER/IX/1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik, artinya dalam melakukan tindakan
medic seorang dokter harus memberikan informasi tentang proses bayi tabung
dan meminta persetujuan keluarga untuk tindakan yang dilakukan.
- Instruksi Mentri Kesehatan RI – Nomor 179/MENKES/INST/VIII/1990
Tentang Program Pelayanan Bayi Tabung.
- Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia – Nomor Kep-952/MUI/XI/1990
Tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung.

2.5 Bayi Tabung Tinjauan Perspektif Agama Islam


Pendapat para ulama/tokoh/pemimpin tentang bayi tabung yaitu pendapat
Prof.Drs. Husein Yusuf mengemukakan bahwa “bayi tabung dilakukan bila
sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang diproses dalam tabung, setelah
terjadi pembuahan kemudian disarangkan dalam rahim isterinya sampai saat
terjaidnya kelahiran, maka secara otomatid anak tersebut dapat dipertalikan
keturunannya dengan ayah beserta ibuny, dan anak itu mempunyai kedudukan
yang sah menurut syari’at Islam. 5
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwannya tanggal 13 Juni 1979
menetapkan putusan terkait bayi tabung diantaranya berisi :
“ bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk iktiar yang berdasarkan kaidah-
kaidah agama. Asal keadaan suami isteri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan utuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami isteri tidak berhasil memperoleh anak”. 6

5
Menjaga Akidah dan Ahklak. Hlm 26
6
Putusan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tanggal 13 Juni 1979
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada intinya bayi tabung merupakan suatu rekayasa genetic yang membantu
mempertahankan spesies mahkluk hidup dalam hal ini yaitu manusia yang melakukan
program bayi tabung untuk memperoleh keturunan.
Di Indonesia program bayi tabung sekarang ini telah banyak dibuka diberbagai
instansi Rumah Sakit untuk membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh
keturunan. Pada dasarnya dalam memperoleh keturunan dengan program bayi tabung
terdapat syarat-syarat dan ketentuan dimana sepasang suami isteri harus mengikuti
syarat tersebut yang dibimbing oleh dokter spesialis dalam proses terjadinya bayi
tabung.
Bayi tabung dalam apabila dilihat dari perspektif agama islam diperbolehkan
karena merupakan suatu ijtihad yang dilakukan oleh para tenaga medis yang mampu
membantu pasangan suami isteri untuk mendapatkan anak dan terkait bayi tabung
majelis ulama Indonesia telah mengeluarkan putusan terhadap status anak bayi tabung
merupakan anak sah dari ayah dan ibu yang perkawinanya sah juga.
DAFTAR PUSTAKA

HS.Salim. “Bayi Tabung tinjauan Aspek Hukum”. Sinar Grafika. Jakarta. 1993

Sudraji Sumapraja at.al., “Penuntun Pasutri Program Melati”,Program Melati RSAB


“Harapan Kita” Jakarta. Jakarta. 1990

Dr.Rosdiana Ramli SpoG. “Proses Bayi Tabung”, Internet: www.prosesbayitabung.com ,


2014.

Keputusan Majelis Ulama Indonesia, tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung

Abdul Rahman, Roli. Khamza. H, “Menjaga Akidah dan Akhlak”. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. Solo. 2007

Peraturan Mentri Kesehatan RI, tentang Persrtujuan Tindakan Medis

Instruksi Mentri KesehatanRI, tentang Program Pelayanan Bayi Tabung.

Anda mungkin juga menyukai