BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bayi Tabung
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, tetapi dalam penerapan ilmu
dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, terbukti telah mampu
mengembangkan program bayi tabung dengan sukses. Sebagai langkah awal dari
keberhasilan tersebut adalah dengan lahirnya bayi pertama di Indonesia yang diberi nama
Nugroho Karyanto, pada tanggal 2 Mei 1988 dari pasangan suami istri Tn. Markus dan Ny.
Chai Ai Lian. Bayi tabung yang kedua lahir pada tanggal 6 November 1988 yang bernama
Stefanus Geovani dari pasangan suami istri Tn. Jani Dipokusumo dan Ny. Angela.
Selanjutnya bayi tabung ketiga lahir pada tanggal 22 Januari 1989 yang diberi nama
Graciele Chandra, sedang keempatnya lahir kembar tiga sehingga oleh Ibu Tien Suharto
diberi nama: Melati, Suci dan Lestari. Tanggal 30 Juli 1989 lahir bayi tabung kelima bernama
Azwar Abimoto. Kemudian disusul oleh bayi-bayi tabung yang lainnya. Kesemua bayi
tabung tersebut lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta dan rumah
sakit inilah yang pertama mengembangkan teknologi bayi tabung di Indonesia (Khoir
Pamungkas, 2002: 44) Pada periode berikutnya, tidak hanya Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita saja yang mengembangkan teknologi ini, tapi juga dilakukan oleh Rumah Sakit
Umum Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya ditunjuk sebagai pusat pelayanan dan
penelitian bayi tabung di Indonesia. Penunjukan kedua rumah sakit tersebut adalah
didasarkan kepada Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
379/MENKES/INST/VIII/1990 tentang Program Pelayanan Bayi Tabung. Adapun
pertimbangan dikeluarkannya instruksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bahwa program pelayanan bayi tabung memerlukan investasi yang sangat mahal,
baik ditinjau dari institusi pelayanan maupun dari segi pasien, oleh karena itu
program pelayanan bayi tabung belum merupakan prioritas di Departemen
Kesehatan.
2. Bahwa untuk menjamin pelayanan bayi tabung yang bermutu perlu diadakan
akreditasi terlebih dahulu terhadap sarana dan prasarana.
3. Bahwa program pelayanan bayi tabung mempunyai berbagai aspek baik
menyangkut moral, etika, hukum dan agama sehingga masih memerlukan
pengkajian lebih dalam, oleh karena itu perlu pengendalian terhadap program
tersebut.
3
Dengan telah ditunjuknya Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta dan
Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai pusat pelayanan program bayi tabung
di Indosesia, maka jenis bayi tabung yang dikembangkan oleh rumah sakit tersebut adalah
jenis bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum pasangan suami istri yang kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri. Hal ini juga dipertegas dalam Pasal 16
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berbunyi:
1. Kehamilan di luar cara alami dapat dilakukan sebagai upaya terakhir pasangan
suami istri yang sah mendapatkan keturunan.
2. Hasil sperma dan ovum harus dari suami istri yang bersangkutan dan ditanamkan
dalam rahim istri di mana ovum itu berasal.
Belum diperkenankan jenis bayi tabung yang lain, seperti sperma donor dan surrogate
mother dikembangkan di Indonesia saat ini adalah disebabkan karena masyarakat Indonesia
masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan agama.
Saat ini, Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
telah diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73/Menkes/PER/II/1999 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan
yang berbunyi: “Pelayanan teknologi reproduksi buatan hanya dapat diberikan kepada
pasangan suami istri yang terikat perkawinan yang sah dan sebagai upaya terakhir untuk
memperoleh keturunan serta berdasarkan pada suatu indikasi medik”. Sedangkan Pasal 16
ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, telah diatur dalam Pasal
127 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
berbunyi: “Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan,
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal”.
Istilah bayi tabung memang lebih popular dibanding In Vitro Fertilization (IVF) atau
infertilisasi in vitro. Disebut bayi tabung karena proses pembuahan atau pertemuan sel telur
dan sperma terjadi di dalam sebuah piring kaca berbentuk tabung, bukannya di dalam tuba
fallopi. Teknik ini dilakukan pada perempuan yang mengalami kerusakan pada tuba fallopi
yang tidak dapat diperbaiki atau tuba fallopi yang tersumbat (Ivan R. Sini, 2013: 15). IVF
adalah metode bantuan pembuahan yang paling popular yang melibatkan pembuahan telur
wanita di luar tubuhnya dalam kondisi laboratorium yang terkontrol dan penempatan embrio
kembali ke dalam rahim. Pada awalnya IVF dirancang sebagai pengobatan untuk wanita
dengan kerusakan tuba fallopi yang tidak dapat diperbaiki.
Sekarang IVF sering disebut sebagai pilihan pengobatan bagi pasangan dengan
masalah fertilitas lainnya seperti sperma yang kurang optimal, kelainan ovulasi,
4
endometriosis dan infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya (Marina Nicholas, 2014:
125). Sarwono Prawiriharjdjo dalam Desriza Ratman (2012: 36-37) Tuba fallopi adalah salah
satu organ kelamin internal seorang wanita yang berupa saluran panjang yang berhubungan
dengan uterus (rahim) di kiri kanannya yang berfungsi sebagai saluran penghubung sel telur
(ovum), setelah sel telur dilepaskan oleh indung telur (ovarium) untuk disalurkan menuju
rahim.
Tuba fallopi posisinya memanjang ke atas dari rahim ke sekeliling indung telur.
Bertugas menerima telur yang baru saja dilepaskan, menyediakan nutrisi dan gerakan untuk
telur, dan mempertahankan lingkungan yang sehat untuk pembuahan. Fimbria, jari-jari yang
berbentuk seperti kipas di ujung tuba, menarik telur yang telah dilepaskan indung telur ke
dalam rahim. Tuba ini menghasilkan serangkaian kontraksi otot yang mendorong telur turun;
jika telur bertemu dengan sperma yang sedang menaiki tuba, pembuahan bisa terjadi. Setelah
pembuahan terjadi, embrio bergerak menuju rahim proses ini mungkin berlangsung beberapa
hari. Jika, karena satu dan lain hal, tuba fallopi tidak berfungsi dengan baik (misalnya,
terserang penyakit-penyakit), maka embrio akan kesulitan mencapai rahim dan akan
menanamkan diri di sisi tuba fallopi. Dalam hal ini disebut kehamilan ektopik; sebuah situasi
yang berbahaya, antara hidup dan mati; intervensi bedah diperlukan untuk mengeluarkan
embrio dalam tuba fallopi di mana embrio telah tertanam (Marina Nicholas, 2014: 13).
Proses pembuahan dengan metode bayi tabung antara sel sperma suamidengan sel
telur isteri, sesungguhnya merupakan upaya medis untuk memungkinkansampainya sel
sperma suami ke sel telur isteri. Sel sperma tersebut kemudian akan membuahi sel telur
bukan pada tempatnya yang alami. Adapun pengertian bayi tabung menurut pakar yaitu:
1. Ali Ghufron dan Adi Heru Sutomo, menyatakan bahwa yang dimaksud bayi
tabung adalah: mani seorang laki-laki yang ditampung lebih dahulu, kemudian
dimasukkan ke dalam alat kandungan seorang wanita.
2. Masyfuk Zuhdi menyatakan bahwa ada beberapa teknik inseminasi buatan yang
telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain yaitu dengan cara mengambil
sperma suami dan ovum istri, kemudian diproses di dalam tabung dan setelah
terjadi pembuahan kemudian ditransfer ke dalam rahim istri.
Dari berbagai definisi tentang bayi tabung tersebut diatas, dapat ditarik pemahaman
bahwa bayi tabung itu dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses pengambilan sperma laki-
laki dan ovum perempuan yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabung dan setelah
terjadi pembuahan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita, sehingga dapat tumbuh
menjadi janin sebagaimana layaknya janin pada umumnya.
5
Apabila ditinjau dari segi sperma dan ovum serta tempat embrio ditransplantasikan,
maka bayi tabung dapat dibagi menjadi delapan jenis yaitu:
1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti.
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya berasal
dari istri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma donor, sedangkan ovumnya berasal dari
istrilalu enbrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti.
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya berasal
dari donor, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti.
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor, kemudian
embrionya ditrasnplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bayi tabung diadakan di antaranya:
1. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur, gangguan fungsi
seksual pria yaitu disfungsi eveksi, ejakulasi dini yang berat, ejakulasi terhambat
dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan
seksual) dan vaginismua.
2. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir
sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.
3. Faktor hormon berupa gangguan fungsi, hormon pada pria maupun wanita
sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
Tujuan penemuan bayi tabung pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk
menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alami
disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan. Namun kemudian mulai ada
perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki
penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh
keturunan.
6
khusus. Dengan melakukan hal ini, para ahli medis mengharapkan terjadinya
proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam waktu 17-20 jam pasca
pengambilan sel telur dari ovarium.
4. Pemindahan embrio
Setelah terjadinya fertilisasi, embriologis dan dokter ahli kesuburan akan
melakukan pengawasan khusus terhadap perkembangan embrio. Embrio yang
dinilai berkembang baik akan ditanamkan dalam rahim. Biasanya, embrio yang
baik akan terlihat sejumlah 8-10 sel pada saat akan ditanamkan dalam rahim.
Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina ke dalam rongga Rahim ibunya 2-3
hari kemudian.
5. Pengamatan terjadinya kehamilan.
Setelah implantasi embrio, maka tinggal menunggu apakah kehamilan akan
terjadi. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka
dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya kehamilan. Kehamilan
baru akan dipastikan dengan pemeriksaan USG seminggu kemudian. Apabila
semua tahapan itu sudah dilakukan oleh isteri dan ternyata terjadi kehamilan,
maka kita hanya menunggu proses kelahirannya, yang memerlukan waktu 9 bulan
10 hari. Pada saat kehamilan itu sang isteri tidak diperkenankan untuk bekerja
berat karena dikhawatirkan terjadi keguguran.
Secara teknis, kedua istilah antara Gammete Intra Fallopian Transfer (GIFT) dan
Fertilization in Vitro (FIV) ini memiliki perbedaan yang cukup signifan, meskipun memiliki
tujuan yang hampir sama yakni untuk menangani masalah infertilitas atau Kemandulan. FIV
merupakan teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang
masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (invitro) sebagai lawan dari di
dalam kandungan (in vivo). Biasanya medium yang digunakan adalah tabung khusus.
Setelah beberapa hari, hasil pembuahan yang berupa embrio atau zygote itu di
pindahkan ke dalam rahim. Sedangkan GIFT relative lebih sederhana, yaitu sperma yang
telah di ambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim
isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Anak hasil inseminasi buatan yang
diperoleh dari pasangan suami isteri bisa terjadi dari suatu pembuahan benih dan ovum
dengan berbagai kemungkinan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inseminasi buatan dilihat dari asal benih
sperma yang membuahi ovum ada dua macam, yaitu :
10
1. Dari sperma suamiInseminasi yang menggunakan air mani suami hanya boleh
dilakukan jika jumlah spermanya rendah atau suami mengidap suatu penyakit.
Tingkat keberhasilan AIH hanya berkisar 10-20 %. Sebab-sebab utama kegagalan
AIH adalah jumlah sperma suami kurang banyak atau bentuk dan pergerakannya
tidak normal. Inseminasi buatan dengan sperma dari suaami sendiri dikenal juga
dengan istilah Artificial Insemination Husband.
2. Dari sperma pendonor Inseminasi ini dilakukan jika suami tidak bisa
memproduksi sperma atau azoospermia atau pihak suami mengidap penyakit
kongenital yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Penderma sperma harus
melakukan tes kesehatan terlebih dahulu seperti tipe darah, golongan darah, latar
belakang status physikologi, tes IQ, penyakit keturunan, dan bebas dari infeksi
penyakit menular. Tingkat keberhasilan Inseminasi AID adalah 60- 70
%.19Inseminasi buatan dengan sperma dari pendonor dikenal juga dengan istilah
Artificial Insemination Donor
D. Dampak Inseminasi Buatan
Setiap upaya untuk mencapai keberhasilan, selalu memiliki resiko akan terjadinya
kegagalan. Namun impian akan kebahagiaan yang didapat apabila berhasil, terlalu berharga
untuk dilewatkan, sehingga resiko akan terjadinya kegagalan punakan siap ditanggung.
Demikian kiranya pemikiran yang ada dalam benak setiap pasangan suami isteri yang
menjalani inseminasi buatan. Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di
labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat
memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab
dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur.
Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada
inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang
secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul
antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan
jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas. Selain itu, pada sekitar 5% dari wanita yang
mengalamistimulasi ovarium, terjadi kelainan yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium.
Yang mana pada tingkatan derajat berat dari sindrom hiperstimulasi ovarium, dapat dilihat
dengan adanya gejala seperti napas menjadi cepat dan dangkal, urin menjadi lebih gelap,
nyeri dada, dinding perut menjadi tegang.
Berdsarkan hal diatas, terdapat Dampak secara holistik tentang teknologi Bayi
Tabung, diantaranya
11
1. Dampak Positif
a. Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau
mandul.
b. Membantu orang lain yang mengidap penyakit.
c. Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi penderita
kelainan organ reproduksi atau lainnya.
d. Memberi harapan bagi kesejahtraan umat manusia.
e. Menghindari penyakit seperti penyakit menurun sehingga untuk kedepan akan
terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit turunan.
f. Tidak perlu melakukan hubungan suami berulang kali untuk mendapatkan
anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari sang wanita dan
sperma dari sang pria.
2. Dampak Negatif
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami
(pembuahan dilakukan secara buatan). Metode pembuahan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan resiko adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak
bayi tabung maupun pembuahan buatan lain. Cacat bawaan ini mencakup cacat
yang terlihat maupun yang tidak, misalnya kelainan ginjal, jantung, maupun organ
tubuh lainnya.
E. Resiko Pelaksanaan Tahap-Tahap Bayi Tabung
Adapun resiko dari pelaksanaan tahap-tahap bayi tabung adalah sebagai berikut:
1. Syndrome hipertimulasi ovarium, pada tahap awal program bayi tabung, ovarium istri
memang dirangsang untuk memproduksi sel telur matang dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan siklus reproduksi normal. Pada siklus reproduksi normal,
ovarium hanya menghasilkan satu buah sel telur matang setiap bulannya. Pada siklus
reproduksi yang dirangsang dalam proses bayi tabung, ovarium istri akan dipacu
untuk menghasilkan lebih dari satu buah sel telur matang. Pada umumnya, ovarium
mampu menoleransi perubahan ini. Namun sekitar 5% wanita yang mengalami
stimulasi ovarium, terjadi kelainan yang disebut dengan sindrom hipertuimulasi
ovarium, sindrom adalah sebuah kata yang digunakan di dunia kedokteran, berarti
sekumpulan gejala. Sekumpulan Gejala yang terdapat pada sindrom hipertimulasi
ovarium, bergantung pada tingkat berat ringannya penyakitnya. Menurut tingkatnya
sindrom hipertimulasi ovarium dibagi menjadi 3:
12
a. Tingakatan ringan memiliki gejala perasaan penuh pada perut, mual, diare
terdapat sedikit kenaikan berat badan.
b. Tingkatan sedang memiliki gejala yang sama dengan gejala ringan, ditambah
dengan gejala kenaikan berat badan hingga 1 kilo/hari, muntah, warna urin yang
menjadi lebih gelap dan jumlahnya sedikit, perasaan sangat haus, dan kulit atau
rambut menjadi kering.
c. Tingkatan berat memiliki gejala yang sama dengan tingkatan ringan dan sedang,
ditambah dengan gejala nafas menjadi cepat dan dangkal, urine menjadi lebih
gelap dibandingkan saat tingkatan penyakit masih sedang, nyeri dada, dinding
perut menjadi lebih tegang serta nyeri pada perut bagian bawah.
Pada umumnya, gejala-gejala yang telah disebutkan di atas teratasi dalam waktu 1-2
minggu. Namun bila terjadi kehamilan, gejala-gejala tersebut akan bertahan lebih
lama dan bertambah berat.
2. Resiko kegagalan embrio untuk tumbuh di laboratorium, hingga siap ditanamkan
kembali ke dalam rahim, atau berpotensi mengalami keguguran. Hal ini dapat terjadi
seiring bertambahnya usia ibu yang mengandung.
3. Resiko kegagalan embrio untuk menanamkan diri di dalam rahim, setelah dilakukan
transfer embrio, pada tahap penanaman embrio dokter akan mendapatkan embrio
yang dihasilkan dari fertilisasi, sel telur oleh spermatozoa di laboratorium, kemudian
akan di suntikan kerahim istri. Kelanjutan hubungan embrio dan dinding rahim
setelahnya, pada embrio dan rahim sendiri. Saat ini, prosentase terjadinya kehamilan
setelah penanaman embrio mencapai 35%.
4. Memiliki resiko kemungkinan kehamilan bayi kembar lebih dari dua akan meningkat
dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini pula
memberikan resiko akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan lama.
F. Bayi Tabung Dalam Hukum Islam
Setiap pasangan yang telah menikah pastinya berkeinginan untuk mempunyai
keturunan untuk melengkapi kebahagian dalam rumah tangga. Namun tidak setiap keluarga
diberikan Allah SWT keturunan, dikarenakan terdapat masalah pada organ reproduksi dari
salah satu pasangan antara suami istri, sebagaimana firman-Nya :
13
Imam Hanafi juga sependapat dengan imam Hambali. Sementara mazhab Syafi’i
membolehkan wanita hamil tersebut dikawini oleh orang yang tidak menghamilinya tanpa
harus menunggu kelahiran bayinya, sebab anak yang dikandung itu tidak ada hubungan nasab
dengan pria yang berzina yang mengamili ibunya. Dan pendapat Abu Hanifah membolehkan
untuk mengawini wanita hamil dari zina dengan orang lain (sah nikahnya), tetapi dengan
syarat si pria yang menjadi suaminya itu tidak boleh melakukan hubungan badan dengan
istrinya sebelum bayinya lahir. Selain itu para ulama berpendapat mengenai bayi tabung atau
inseminasi buatan dengan sperma donor.
H. Bayi Tabung Yang Menggunakan Rahim Orang Lain
Dalam Islam dikenal dengan Al-Ummu Al-Musta’jin atau dikenal juga dengan
sebutan Ar-Rahmu Al-Al-Musta’jim. Ibu pengganti atau surrogate mother ringkasnya
menurut dunia kedokteran merupakan seorang perempuan yang telah dikontrak untuk
15
mengandung bagi perempuan atau pasangan lain.37 Secara harfiah dapat diartikan sebagai
suatu perjanjian antara seorang wanita yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan
pihak lain (suami istri) untuk hamil terhadap hasil pembuahan suami istri tersebut yang
ditanamkan ke dalam rahimnya. Dalam prakteknya ada 2 (dua) jenis sewa rahim antara lain:
1. Sewa rahim semata (gestational surrogacy) embrio yang lazimnya berasl dari
sperma suami dan sel telur istri yang dipertemukan melalui teknologi In Vitro
Fertilation (IVF), ditanamkan kedalam rahim perempuan yang disewa.
2. Sewa rahim dengan sel telur milik perempuan yang disewa (genetic surrogacy),
sedangkan sperma adalah sperma suami turut terbentuklah embrio lalu
ditanamkan ke dalam rahim perempuan yang disewa.
Para ulama bersepakat hukum sewa rahim ini adalah tidak sah atau haram. Karena
tindakan dari dua pernyataan diatas tidak dibenarkan dalam Islam. Sejalan dengan hadis dari
Abu Hurairah ra bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda bersamaan ayat li’an yang
mana diriwayatkan oleh Ad-Damiri yang yang menerangkan bahwa siapa saja wanita yang
memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka
dia tidak akan mendapat apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya
kedalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia
melihat (kemiripannya), maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan dan Allah akan
membeberkan perbuatannya itu di hadapan orang-orang terdahulu dan kemudian (pada hari
kiamat nanti). Dasar pengharaman ini juga dikemukakan oleh Syekh Mahmud Syaltot yang
mengatakan jika inseminasi tersebut dilakukan dari sperma laki-laki lain yang tidak ada
ikatan perkawinan dengan wanita menitipkan benihnya maka tidak dapat diragukan lagi, hal
ini mendorong kepada taraf kehidupan hewan dan tumbuh tumbuhan dan mengeluarkannya
dari harkat martabat kemanusiaan. Dan perbuatan ini suatu kejahatan yang lebih munkar dari
memungut anak.