Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA KRISTEN

BAYI TABUNG

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Pilemon Bukit,S.Th.,M.Th

Disusun Oleh :

1. Olva Kirey Junita


2. Nopirlina Lase

PROGRAM STUDI S1 GIZI&BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal
ini terjadi karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara
alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi . Dan juga menolong suami-istri
yang memiliki penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh
keturunan. Tetapi dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi norma agama.

1. Alasan Pemilihan Judul


Agar memahami tentang bayi tabung,mulai pengertian,proses bayi
tabung,dampak posotif dan negatif dari bayi tabung,dan bagaimana
pandangan agama Kristen terhadap bayi tabung.

2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Menambah wawasan penulis
1.2.2. Memberi informasi kepada pembaca.
1.2.3. Syarat mengikuti mata kuliah PAK.
BAB II
Pandangan Kristen Tentang Bayi Tabung

2.1Pengertian bayi tabung

Bayi tabung adalah individu atau bayi yang pembuahannya terjadi diluar tubuh
wanita, dengan cara mempertemukan sel gemete (ga-met) betina (ovum) dengan sel jantan
(spermatozoon) dalam sebuah bejana (petri disk) yang didalam bejana telah disediakan
medium yang cocok (suhunya dan lembabnya) dengan didalam rahim sehingga ayigote
(hasil pembuahan) yang terjadi dari dua sel tadi menjadi morulla (moerbei) dan kemudian
menjadi blastuta (pelembungan). Pada stadium blastuta calon bayi dimasukkan
(diinflantasikan) dalam selaput lendir wanita yang siap untuk dibuahi dalam masa subur
(sekresi). Teknik ini biasa dikenal dengan Fertilisasi in Vitro (FIV).

Jadi bayi tabung adalah metode untuk membantu pasangan subur yang
mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara
teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang
disebut laparoscop ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itukemudian
diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dandipertemukan dengan sperma dari
suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut,
kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian
mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.

2.2 Proses Bayi Tabung

Pertama, persiapan mental diwajibkan bagi pasangan lewat konseling yang


diberikan oleh pekerja sosial yang disediakan oleh rumah sakit. Intinya disuruh bersiap
untuk menghadapi keadaan kalau proses bayi tabung berhasil maupun tidak
berhasil. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan diberi
obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel
telur. Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur). Sedangkan calon
ayah akan diambil sperma dengan cara masturbasi. Bila jumlah sperma cukup banyak akan
disemprotkan ke sel telur.
Kedua, perkembangan hormon yang terkontrol dimulai sesaat setelah
mendapatkan mens, tepatnya pada hari ke dua lewat suntikan yang diberikan setiap hari
selama kurang lebih tiga minggu sampai mencapai ukuran telur yang diharapkan.

Ketiga, tahap pematangan telur melalui injeksi obat hormon satu hari sebelum
sel telur yang matang dikeluarkan. Pengeluaran telur melalui proses operasi kecil, telur
diambil sebanyak-banyaknya.
Keempat, tahapan proses pembuahan sel telur dengan sperma menjadi embrio,
dilakukan oleh embriologist di rumah sakit. Setelah dua hari pembuahan, embrio yang
terbaik dipilih dan dimasukkan kedalam rahim. Kali ini prosesnya mudah, hanya
memerlukan wantu sekitar 10 menit.
Kelima, agar emrio dalam rahim dapat bertahan & berkembang dengan baik
maka saya harus mengalami suntikan hormon setiap hari selama 17 hari. Setelah itu barulah
didapatkan kepastian hamil atau tidak.

2.3 Dampak Positif dari Bayi Tabung

A. Membantu suami-istri memiliki keturunan

Kemajuan teknologi dan biologi kedokteran telah berhasil membantu pasangan


yang mengalami masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta mereka, bahkan bisa
memilih jenis kelamin serta diagnosis gangguan genetik bakal janin. Di Tanah Air,
teknologi yang bisa dinikmati baru sampai pada pembuatan bayi tabung. Di Makmal
Terpadu FKUI harga ditawarkan cukup terjangkau dengan satu siklus sekitar 30- 40 juta
rupiah. Namun yang menjadi masalah keberhasilan bayi tabung di Indonesia masih
kecil, sekitar 10%.

2.4 Dampak Negatif dari Bayi Tabung

Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya,
proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi
tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong
Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian
terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

a. Merupakan Tindakan Pembunuhan


Dalam buku yang berjudul biologi yang ditulis oleh R. Gunawan Susilowarno,
R. Sapto Hartono, Mulyadi. Th. Enik Mutiara Murtiningsih. Umiyati mengatakan:
Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi
tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang
diperlukan yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”. Hak hidup
embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini
sebagai tindakan pembunuhan.

b. Masalah dalam Pendonoran Sperma


Pandangan kedua dari buku yang berjudul biologi ini mengatakan bahwa
pendonoran sperma dari suami tidak sah akan mengalami masalah:
Hubungan fundamental antara manusia terutama antara laki-laki dan perempuan sebagai
pasangan suami istri yang sah, kemudian dipertanyakan eksitensinya bila melakukan
fertilisasi in vitro. Hal ini menjadi lebih buruk lagi bila sel telur dibuahi oleh sperma donor
yang bukan dari suami yang sah, misalnya dari bank sperma atau sel telur berasal [1]dari
pendonor telur. Hal lainnya ialah bila menggunakan rahim kontrak karena istri
tidak dapat memelihara embrio di dalam rahimnya.

c.Masalah dalam penyewaan Rahim


Benih istri (ovum) disewakan dengan benih suami (sperma), kemudian
dimasukkan kedalam rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan istri
memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kecacatan yang
terus, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.
Ovum istri disewakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan
dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan istri ada
halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih istri dalam keadaan baik.
Sperma suami disewakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila keadaan istri ditimpa penyakit pada ovary
dan rahimnya.
Sperma dan ovum istri disewakan., kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri
yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain sanggup
mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil.

2.5 . Pandangan Kristen Tentang Penerapan Bayi Tabung

A. Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)

Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif Kristen adalah


berhubungan dengan embrio-embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode
dalam teknologi reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna
mendapatkan satu embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan hidup. Dengan kata lain,
sengaja menyebabkan kematian banyak manusia. Menurut Moreland dan Ray ( 2000,hal
270 ), zygot,embrio,janin,bayi yang baru lahir,anak-anak,dan orang dewasa semua adalah
pribadi. Didalam evangelium vitae,Paus John Paul II memaparkan bahwa kehidupan
dimulai sejak sel telur dibuahi ( Peters,1996, hal 51 ). Pilihan untuk mengikuti proses bayi
tabung secara etika dan moral maupun iman Kristen adalah pilihan salah Geisler ( 2007,hal
220), dalam bukunya berjudul Etika Kristen, mengemukakan bagaimana pandangan Kristen
terhadap biomedis. Pandangan tersebut antara lain:
1. Ada pencipta
2. Manusia secara khusus diciptakan
3. Allah berdaulat atas ciptaan
4. Prinsip kekudusan hidup
5. Tujuan tidak membernarkan alat

Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri.
“Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah
berkata kepada Musa, “Akulah yang mematikan dan Akulah yang menghidupkan”
(Ulangan 32:39). Allah yang menciptakan kehidupan (Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah
yang menopangnya (Kis 17:28). Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil
hidup yang tidak bersalah (Kej 9:6, Kel 20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas
kuasa Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa bukan manusia yang berkuasa untuk
menciptakan kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang melanggar ketetapan Allah
karena manusia berusaha menciptakan kehidupan.
Secara medis, teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) tidak
dipermasalahkan. Tetapi menurut iman Kristen sebaiknya tidak dilakukan walaupun jika
dalam proses IVF sel telur dan sperma yang digunakan memang dari pasangan suami-istri
yang sah. Karena jika tidak, apa bedanya dengan IVF, IVF akan mengambil beberapa sel
telur dan sperma dari pasangan suami-istri tersebut sehingga nanti akan
tercipta beberapa “batch” hasil pembuahan. Batch yang menunjukkan hasil pembuahan
terbaiklah yang kemudian akan dikembangkan selanjutnya dalam rahim si ibu. Sementara
hasil pembuahan lain yang juga berhasil terjadi tetapi dianggap “kualitasnya kurang prima”
dibuang/dimusnahkan. Pemusnahan bayi-bayi yang lain ini yang termasuk dalam
pembunuhan, yang berarti melanggar hukum ke-6. Teknik bayi tabung yang
dikembangkan kemudian ternyata juga tidak menjawab masalah-masalah yang ditimbulkan,
bahkan memperrumit dan menambahnya dengan masalah pelik yang baru.

B. Manstrubasi adalah perbuatan dosa

Kata “onani” berasal dari kata ONAN yang dikisahkan dalam kitab Perjanjian Lama
(Kejadian 38:8), dimana Yudah menyurh anaknya, Onan untuk pergi mengawini dan
melakukan hubungan seksual dengan istri kakaknya yang baru janda. Onan sebenarnya
menolak membuahi istri kakak iparnya. Demikian asal kata Onani. Masturbasi adalah
rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan membangkitkan kenikmatan
seksual. “Kenyataan ialah bahwa, baik Wewenang Mengajar Gereja dalam tradisinya yang
panjang dan tetap sama maupun perasaan susila umat beriman tidak pernah meragukan,
untuk mencap masturbasi sebagai satu tindakan yang sangat bertentangan dengan
ketertiban”, karena penggunaan kekuatan seksual dengan sengaja, dengan motif apa pun itu
dilakukan, di luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan hakikat
tujuannya.
Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang
normal. IVF/ bayi tabung jelas meniadakan aspek ‘persatuan/ union’ antara suami dengan
istri. Aspek pro-creation juga disalah gunakan, karena dilakukan secara tidak normal. Jadi
kedua aspek hubungan suami istri yang disebutkan dalam Humanae Vitae 12, tidak
dipenuhi dengan normal. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak
untuk dikandung dengan normal, melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika
melibatkan ‘ibu angkat’, ini juga berarti menghilangkan haknya untuk dikandung oleh
ibunya yang asli.
KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan dalam penulisan makalah yang berjudul pandangan
Kristen terhadap kehadiran bayi tabung adalah hal yang sangat fatal bagi iman kekristenan,
karena dalam hal ini seolah-olah menyaingi Allah. Juga Alkitab sangat menentang ketika
Onan sedang berhubungan intim dengan 'onan, 'giat'). Putra kedua Yehuda (Kej 38:4;
46:12; Bil 26:19; 1 Taw 2:3). Oleh kematian abangnya Er, Onan disuruh oleh Yehuda
mengawini (ganti tikar, levirat) Tamar, janda Er. Onan, yg tidak mau mengikuti tradisi ini,
menghindari tahapan penuh dari persetubuhan, sehingga dia dianggap jahat di mata Tuhan
dan dibunuh (Kej 38:8-10). Dan hal ini suatu tindakan pembunuhan dengan alas an
karena membuang sperma. Sebenarnya jika meninjau kembali apa yang terjadi dalam
proses IVF, alasan mengapa metode itu ditolak oleh Gereja juga karena penghargaan
terhadap kehidupan. Dengan alasan apapun, kehidupan tidak boleh dibuang. Proses IVF
ini, selain mengingkari prinsip union (persatuan) alamiah suami isteri dengan pemberian
diri satu sama lain melalui hubungan suami isteri dalam kasih yang penuh dan utuh, juga
berpotensi besar membuang kehidupan. Sel telur dan sperma yang sudah dipilih kualitas
yang terbaik, kemudian dipertemukan di cawan petri. Setelah berkembang menjadi morula,
yaitu suatu tahap awal dari perkembangan embrio manusia (yang artinya sudah mempunyai
kehidupan, karena kedua sel sudah bertemu menjadi sel manusia awal dan sudah membelah
tanda perkembangannya) kemudian diamati dan dilakukan proses seleksi. Morula yang
tidak prima menurut standar (grade) yang sudah ditetapkan, tidak dapat dilanjutkan untuk
ditanam dalam rahim, tetapi dibuang. Yang lulus seleksi tetapi terlalu banyak jumlahnya
untuk ditanamkan bersama-sama di dalam rahim, disimpan dalam pendingin untuk ditanam
lagi kapan-kapan bila suami isteri itu menghendaki. Atau kalau sudah berhasil terjadi
kelahiran normal dan embrio-embrio itu sudah tidak diperlukan lagi, maka terserah pihak
rumah sakit akan dipakai sebagai percobaan atau dibuang dan sebagainya. Tak terbayang
berapa jumlah kehidupan manusia yang harus dikorbankan dengan metode ini untuk
memuaskan kebutuhan manusia, sebelum kehidupan itu diberikan kesempatan yang layak
dan cukup untuk berkembang sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai