Dalam keadaan demikian, mereka bisa bertindak secara tanggung jawab dan tidak perlu
merasa berdosa apabila menggunakan cara lain. Asal, cara tersebut tidak merendahkan
martabat suami atau istri, tidak berlawanan dengan hidup manusia (pengguguran dan
pemandulan), dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis, tambah Romo
Jeremias.
Dalam Ensiklik dijelaskan, untuk mengatur keluarga, kelahiran, jumlah dan waktu
kelahiran anak, gereja menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada suami-istri.
Letak kesulitan
Memang, Gereja Katolik membedakan dengan jelas antara prinsip tanggung jawab
dalam hal prokreasi dan metode KB sebagai cara pelaksanaan tanggung jawab tersebut.
Pimpinan Gereja Katolik membenarkan prinsip tanggung jawab tersebut. Namun, dalam
pelaksanaannya membedakan antara metode KB Alamiah yang dibenarkan dan metode
kontraseptif yang tidak dibenarkan.
Dengan jujur harus disimpulkan, disinilah letak kesulitan bagi kalangan Katolik atau
orang Katolik yang berkehendak baik dan bersedia mengindahkan ajaran gereja untuk
memahami posisi gereja, ujar Romo Jeremias.
Namun begitu, dalam Ensiklik (No.10) dinyatakan, bahwa orang tua dapat mengambil
keputusan yang telah dipertimbangkan secara tulus ikhlas mau memelihara keluarga
yang besar; atau juga karena alasan-alasan yang berat, tetapi dengan tetap penuh
hormat menaati hukum moral, mau menghindarkan kelahiran baru untuk sementara
waktu atau waktu yang tak ditentukan lamanya.
Dari sabda Ensiklik maupun Konsili jelas umat Katolik juga mempunyai tugas mengatur
kelahiran untuk membangun kesejahteraan keluarga dan demi kepentingan negara.
Namun, bukan orang lain atau negara yang boleh menentukan jumlah anak. Cara-cara
mengatur kelahiran harus diputuskan oleh suami-istri sendiri.
martabatmanusiasertamengindahkannilainilaiagamadansosialbudayayang
berlakudalammasyarakat[15].
Dalamtujuanilahisepenuhnyadarikehidupanberkeluarga,PausPiusXII
secarapenuhmenerimaMetodeKalendersebagaisebuahbentukbermoraldari
KeluargaBerencana,walaupundalamsituasisituasiyangterbatasdidalam
kontekskeluarga[16].MetodeKalendermerupakansalahsatumetodedalam
KeluargaBerencanaAlamiah.HalinimemperlihatkanbahwaPausPiusXIIjuga
menerimapenggunaanmetodeKeluargaBerencanaAlamiah.MetodeKeluarga
BerencanaAlamiahjugadianggapsebagaimetodeyangbermoral.
Padatahun1981PausYohanesPaulusIImengeluarkan
dokumenFamiliarisConsortio(DokumenGerejamengenaiperanankeluarga
dalamduniamodern).Pausmenekankanbahwakontrasepsitelahmemisahkan
seksualitasmenjadihubunganseksualitasdanprokreasi.Iasekalilagimemberi
restupadapenggunaanmetodeKeluargaBerencanaAlamiahkarenadenganini
hubunganbadandanprokreasimenjadisebuahkesatuankembali.Dapatdikatakan
bahwaKeluargaBerencanaAlamiahjugaambilbagiandalamkaryaAllah,
sehinggaprokreasimenjadibagianyangterpentingdalamhubungankeluarga.
EnsiklikPausPaulusVI,HumanaeVitaedaritahun1986,mengajarkan
bahwasetiaptindakanperkawinan(maksudnyaterutamasanggama)harusterbuka
untukpenurunanhidup.Berpangkaldarisitu,ditolaksterilisasidansemuaalat
danobat,yangmencegahkehamilan.DiusulkandandianjurkancaraKeluarga
BerencanaAlamiah[17].SungguhsangatjelasbahwametodeKeluarga
BerencanaAlamiahdapatdigunakanuntukmengaturkehamilandalamkeluarga.
Gerejakatoliksungguhmemilikiperhatianyangbesarterhadapmasalah
kehidupan,tatakemasyarakatandanperkembangandunia.Masyarakatharusditata
secarabertanggungjawab,untukmenghormatipribadimanusia[18].Martabat
pribadimanusiamerupakahsuatuhalyangharusdiperjuangkandandijunjung
tinggi.AgarterciptamanusiamanusiayangbermoraldantakutakanAllah.
Aborsi dan pembunuhan bayi sering dilakukan pada kehamilan akibat hubungan seksual
dalam upacara kaum pagan, prostitusi, dan inses. Konteks ini tidak dapat dipisahkan dari
pandangan umat Kristen awal mengenai aborsi menurut agama Kristen.
Dari abad 6 hingga 16 Masehi, filsuf aborsi menurut agama Kristen memiliki pandangan
berbeda-beda. Di bawah kaisar Romawi pertama yang memeluk Kristen, Konstantin,
pandangan terhadap aborsi menurut agama Kristen cukup longgar.
Santo Agustinus meyakini aborsi menurut agama Kristen pada kehamilan dini bukan
pembunuhan karena saat itu fetus belum bernyawa. Namun, Santo Agustinus mengecam
keras praktik aborsi tersebut.
Santo Thomas Aquinas, Paus Innosentius III, dan Paus Gregorius XIV juga meyakini fetus
belum memiliki nyawa hingga fetus mulai menendang dan bergerak. Namun, Aquinas
berpendapat aborsi menurut agama Kristen merupakan perbuatan dosa tanpa mempedulikan
kapan nyawa mulai memasuki tubuh. Adapun Paus Stefanus V dan Paus Siktus V menentang
aborsi pada seluruh tahap kehamilan.
Aborsi Menurut Agama Kristen - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints atau Gereja Mormon mengatakan bahwa
aborsi menurut agama Kristen tidak diperbolehkan, menentang aborsi, dan menganggapnya
sebagi pembunuhan. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian bolehnya aborsi menurut
agama Kristen.
Pengecualian aborsi menurut agama Kristen tersebut antara lain, kehamilan akibat
pemerkosaan inses, nyawa ibu hamil terancam menurut otoritas medis yang kompeten, atau
fetus mengalami cacat berat sehingga tidak akan bertahan hidup setelah dilahirkan.
Selanjutnya, ibu hamil yang menghadapi keadaan-keadaan tadi baru boleh
mempertimbangkan untuk melakukan aborsi setelah berkonsultasi dengan pemimpin Gereja
lokal mereka dan memperoleh persetujuan. Keadaan-keadaan tersebut membuat aborsi
menurut agama Kristen diperbolehkan.
Aborsi Menurut Agama Kristen - Gereja Ortodoks
Gereja Ortodoks meyakini kehidupan dimulai saat terjadi pembuahan, dan aborsi (termasuk
penggunaan obat pemicu aborsi) berarti merampas kehidupan manusia. Namun, ada
beberapa pengecualian aborsi menurut agama Kristen ini.
Jika nyawa ibu terancam secara langsung apabila kehamilannya diteruskan, terutama jika ia
telah memiliki anak, pastor dianjurkan untuk tidak terlalu kaku. Perempuan yang
menggugurkan kandungannya dalam situasi tersebut tidak boleh diasingkan dari komuni
Ekaristi Gereja asalkan ia melakukan pengakuan dosa di hadapan pastor.
dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku
berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang
runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku: `Engkau
adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.' Tetapi aku
berkata: `Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku
dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada
Allahku.' Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk
menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel
dikumpulkan kepada-Nya - maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi
kekuatanku! (Yes 49: 1-5)
Aborsi Menurut Agama Kristen - Denominasi-Denominasi Protestan
Pandangan kalangan Protestan mengenai aborsi sangat beragam. Gerakan fundamentalis
Kristen mengecam keras aborsi, sedangkan denominasi-denominasi arus utama Protestan
mengambil posisi yang sedikit berbeda-beda, tetapi secara umum mereka pro-choice dengan
beberapa pengecualian.
Beberapa organisasi Protestan arus utama bergabung dalam Religious Coalition for
Reproductive Choice. Koalisi ini bertujuan memberikan dukungan lintas iman terhadap hak
konstitusional baru mengenai privasi dalam pengambilan keputusan mengenai aborsi.
Beberapa denominasi yang tergabung dalam Religious Coalition for Reproductive Choice
adalah the Episcopal Church, the Presbyterian Church (Amerika Serikat), the United Church of
Christ, the United Methodist Church, the Unitarian Universalist Church, dan the Lutheran
Women's Caucus