Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

I. TUJUAN
Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visibel.

II. DASAR TEORI


2.1 Formalin
Formalin atau larutan formaldehida merupakan larutan yang
mengandung formaldehida dan metanol sebagai stabilisator. Kadar
formaldehida (CH2O) tidak kurang dari 34% dan tidak lebih dari 38%.
Formalin berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna,
dan bau menusuk. Formalin dapat dicampur dengan air dan dengan etanol
(95%) P (Depkes RI, 1979). Bobot tiap milliliter adalah 1,08 gram. Dapat
bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform
dan eter. Titik didih formalin adalah 96oC (Windholz, 1976). Berikut adalah
gambar dari struktur kimia formalin yaitu:

Gambar 2.1. Struktur Formalin (Hayat, 2000).

Uji formalin dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara


kualitatif dapat dilakukan dengan KMnO4, sedangkan secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan spektrofotometri menggunakan larutan Nash (Amin, 2011).

Gambar
Nash (1953) 2.2. Reaksi metode
memperkenalkan Hantzschkolorimetri
(Li et al, 2007)
ke dalam analisis
kimia untuk HCHO (formaldehid). Metode ini berdasarkan pada reaksi
Hantzsch dari formaldehid dengan asetilaseton atau 2,4-pentanadion dalam

1
ammonia untuk membentuk hasil warna kuning dari 3,5-diasetil-1,4-
dihidrolutidin (DDL) (Li et al, 2007).
Formalin dapat bereaksi membentuk warna dengan pereaksi Nash
pada metode analisis formalin. Analisis spektrofotometer visibel dapat
dijadikan sebagai metode standar untuk pengujian formalin (Dolaria, dkk.,
2007).Berikut ini reaksi formalin dengan pereaksi nash :

Gambar 3. Reaksi formalin dengan pereaksi nash (Budiarti dkk, 2009)

2.2 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-
380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Radiasi UV jauh (100-190 nm) tidak digunakan, sebab
pada daerah radiasi tersebut diabsorpsi oleh udara. Adakalanya
spektrofotometer UV-Vis yang beredar memberikan rentang pengukuran
panjang gelombang 190-1100 nm. Hal ini perlu diperhatikan sebab di atas
panjang gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi infra merah.
Karenanya, pengukuran di atas panjang gelombang 780 nm harus
menggunakan detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi inframerah
(Mulja dan Suharman, 1995).

2
Spektrofotometri UV-VIS termasuk salah satu metode analisis
instrumental yang frekuensi penggunaannya paling banyak dalam
laboratorium analisis. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari
Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Gandjar dan Rohman, 2012)
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang
diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan. Dalam Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan
yaitu:
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas
yang sama.
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak bergantung terhadap
yang lain dalam larutan tersebut.
- Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi.
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
(Gandjar dan Rohman, 2007)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak

3
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna (Gandjar dan Rohman, 2012). Beberapa tahapan yang harus
diperhatikan meliputi:
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Senyawa harus diubah atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu dengan syarat reaksinya selektif dan sensitive, reaksinya cepat,
kuantitatif, dan reprodusibel, serta hasil reaksi stabil dalam jangka waktu
yang lama. Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH,
pemakaian masking agent, atau penggunaan teknik ekstraksi (Gandjar
dan Rohman, 2012).
2. Waktu operasional
Cara ini biasanya digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil (Gandjar dan Rohman, 2012).
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Alasan
digunakannya panjang gelombang maksimal adalah pada panjang
gelombang ini kepekaannya maksimal, bentuk kurva absorbansi datar
dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi, serta
juka dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan sangat kecil (Gandjar dan
Rohman, 2012).
4. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Bila hukum Lambert-Beer
terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus (Gandjar dan Rohman,
2012).
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

4
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T
adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik) (Gandjar dan Rohman,
2012).

Gambar 1. Plot
Hukum Lambert-Beer (Gandjar dan Rohman, 2007)
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis
menggunakan spektrofotometer adalah:
a. Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal.
Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan
kuvet yang sama untuk tempat blangko dan sampel (Tahir, 2008) .
c. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan.
(melalui pengenceran atau pemekatan). Sama seperti pHmeter, untuk
mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka perlu
dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis dilakukan
dengan menggunakan blangko:

5
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 %
Penentuan kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang
digunakan dalam sampel) dengan kuvet yang sama.
b. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses
kalibrasi.
c. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu
macam panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu
per 30 menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis ini maka akan
membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi (Tahir,
2008).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
a. Pipet ukur
b. Gelas beaker
c. Pipet tetes
d. Labu ukur
e. Botol vial
f. Kuvet
g. Ballfiller
h. Spektrofotometer UV-visibel
III.2Bahan
a. Larutan formalin 37%b/v
b. Aquadest
c. Amonium asetat ( NH4CH3COO)
d. Asam asetat (CH3COOH)
e. Asetil aseton

IV. PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan pembuatan pereaksi Nash
Pereaksi Nash yang dibuat sejumlah 50 ml, sehingga jumlah masing
masing bahan adalah :

a. Amonium asetat = x 15 gr = 7,5 gr

b. Asam Asetat = x 0,3 ml = 0,15 ml

6
c. Asetil Aseton = x 0,2 ml = 0,1 ml

d. Aquadest = x 100 ml = add 50 ml

IV.2 Pembuatan 10 mL Larutan Stok Formalin 2% b/v


Dik :
Larutan formalin yang tersedia = 37% b/v
Konsentrasi yang diperlukan = 2% b/v
Volume larutan yang diperlukan = 10 mL
Dit : Volume larutan formalin 37% b/v yang diambil = .. ?
M1V1 = M2V2
37 % V1 = 2 % . 10 ml

V1 =

V1 = 0,54 mL

4.3 Pembuatan 10 mL larutan Formalin 100 g/mL dari larutan formalin 2% b/v
Dik :
Konsentrasi formalin = 2% b/v
Volume larutan formalin 100 g/ml yang diperlukan = 10 mL
2 % b/v = 2 gram/100 ml = 2 x 104 g/ml
Dit : Volume larutan formalin 2% b/v yang diambil = .. ?
Jawab :
C1V1 = C2V2

2 x 104 g/ml V1 = 100 g/ml x 10 ml

V1 =

V1 = 0,05 ml

4.4 Perhitungan konsentrasi setiap larutan standar

7
Diketahui :
Vlarutan stok formalin standar1 = 0,1 mL
Vlarutan stok formalin standar2 = 0,2 mL
Vlarutan stok formalin standar 3 = 0,3 mL
Vlarutan stok formalin standar 4 = 0,4 mL
Vlarutan stok formalin standar 5 = 0,5 mL
Vmasing-masing larutan = 5 mL
Clarutan stok formalin = 100 g/mL
Ditanya : C (konsentrasi) masing-masing larutan seri = ?
Jawab :
- Untuk standar 1
Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/mL x 0,1 mL = Clarutan formalin standar 1 x 5 mL
Clarutan standar formalin standar

1 =

= 2 g/mL

- Untuk standar 2
Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/mL x 0,2 mL = Clarutan formalin standar 2 x 5 mL
Clarutanstandar formalin standar 2 =

= 4 g/mL
- Untuk standar 3
Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/mL x 0,3 mL = Clarutan formalin standar 3 x 5 mL
Clarutanstandar formalin standar 3 = = 6
g/mL
- Untuk standar 4
Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100g/mL x 0,4 mL = Clarutan formalin standar 4 x 5 mL
` Clarutanstandar formalin standar 4 =

= 8 g/mL
- Untuk standar 5
Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin
100 g/mL x 0,5 mL = Clarutanformalin standar 5 x 5 mL
Clarutan standar formalin standar 5 =

= 10 g/mL
4.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin
Diketahui:

8
Clarutan stok formalin = 10 g/mL
V larutan stok formalin yang digunakan = 0,35 mL
V larutan formalin yang ingin dibuat = 5 mL
Ditanya : C larutan stok formalin yang digunakan = ?
Jawab :
CstokFormalin x Vstok Formalin = ClarutanFormalin x V larutanFormalin
100 g/mL x 0,35 mL = ClarutanFormalin x 5 mL

CstokFormalin =

= 7g/mL

V. PELAKSANAAN PERCOBAAN
5.1 Prosedur Kerja
5.1.1 Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari larutan Formalin 37% b/v
Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet volume.
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan aquadest hingga
tanda batas dan digojog hingga homogen.
5.1.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 g/mL
Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan pipet
volume dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan akuades
hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen.
5.1.3 Pembuatan Pereaksi Nash
Ditimbang 7,5 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO) dan dimasukkan
dalam beaker glass. Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) dan
0,1 mL Asetil Aseton Dilarutkan dengan Aquadest hingga larut dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL Ditambahkan akuades hingga
volume 50 mL dan digojog hingga homogen. Dimasukkan kedalam botol
kaca gelap serta dibungkus dengan aluminium foil.
5.1.4 Pembuatan Larutan Standar
Dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL dan 0,5 mL
larutan formalin 100 g/mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL,
ditambahkan akuades sampai batas 5 mL. Kemudian masing-masing
larutan dimasukkan ke dalam 5 buah vial yang berbeda. Dari masing-

9
masing vial tersebut dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam vial baru, dan
ditambahkan dengan 2 mL pereaksi Nash dan 2 mL akuades. Didiamkan
kurang lebih selama 30 menit.
5.1.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin
Sebanyak 0,35 mL larutan stok baku formalin 100 g/mL dipipet,
kemudian ditempatkan pada labu ukur 5 mL. Ditambahkan akuades hingga
tanda batas dan digojog. Larutan sampel kemudian ditampung pada botol
vial. Diambil 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml pereaksi Nash dan
2 ml akuades. Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.
5.1.6 Penentuan Kadar Formalin
Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang
gelombang 352 nm - 451 nm, ditentukan panjang gelombang
maksimumnya dan dilakukan pengukuran absorbansi masing-masing seri
larutan standar pada panjang gelombang maksimum kemudian dibuat
kurva kalibrasi dan persamaan regresi liniernya. Ditetapkan kadar sampel
formalin dengan mengukur absorbansinya secara spektrofotometri visibel.
Diukur absorbansi sampel formalin pada panjang gelombang
maksimumnya. Ditetapkan kadar formalin dengan memanfaatkan
persamaan regresi linear dari 5 variasi larutan standar dan dihitung
persentase perolehan kembali.

5.2 Skema Kerja


5.2.1 Pembuatan Latutan Formalin 2% b/v dari larutan 37% b/v

Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet volume

Ditambahkan akuades hingga 10 mL ke dalam labu ukur, digojog


5.2.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin
sampai 100 g/mL
homogen

Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan


pipet volume

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan akuades


hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen.
10
5.2.3 Pembuatan Pereaksi Nash

Ditimbang 7,5 gram ammonium Asetat (NH4CH3COO),

dimasukkan ke dalam beaker glass

Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) DAN 0,1 mL

Asetil Aseton

Diencerkan dengan akuades hingga 50 mL dan digojog


5.2.4 Pembuatan Larutan Standar sampai homogen

Dibuat 5 variasi kadar larutan standar

Diambil larutan stok baku sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3
mL; 0,4 mL; 0,5 mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan dengan


akuades hingga tanda batas

Diambil 1 ml larutan standar masing-masing ditambahkan 2 ml


pereaksi Nash dan 2 ml akuades. Didiamkan kurang lebih selama
30 menit.

5.2.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

Dipipet sebanyak 0,35 mL larutan stok baku formalin 100 g/mL

Ditempatkan pada labu ukur 5 mL, ditambahkan akuades hingga


tanda batas dan digojog. Larutan ditampung pada vial
11
Dipipet 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml pereaksi Nash
dan 2 ml akuades

Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.

5.2.6 Penentuan Kadar Formalin

Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang


gelombang 352 nm - 451 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Ditentukan panjang gelombang maksimumnya dan dilakukan


pengukuran absorbansi masing-masing seri larutan standar pada
panjang gelombang maksimum

Dibuat kurva kalibrasi larutan standar dan persamaan regresi


liniernya

Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel pada panjang


gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis

Dihitung kadar sampel berdasarkan nilai absorbansi sampel dan


persamaan regresi linier larutan standar

12
Dihitung nilai persentase perolehan kembali
DAFTAR PUSTAKA

13
Amin, A. 2011. Identifikasi Formalin Dalam Produk Mie Basah Dan Tahu Dengan
Metode Kualitatif Larutan KMnO 4. Jurnal Tasimak. Vol. II(1). Hal. 15-
24.

Budiarti, A dkk . 2009. Pengaruh Perendaman Dalam Air Hangat Terhadap


Kandungan Formalin pada Mie Basah dari Tiga Produsen yang Dijual di
Pasar Johar Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan Ilmu Klinik. Vol VI(1).
Hal 1-6.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dolaria, dkk. 2007. Uji Validasi pada Analisis Formalin Menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis. (Cited: 19 April 2014). Available from:
http//:www.61076167.pdf.

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan


Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hayat, M.A. 2000. Principles and Techniques of Electron Microscopy : Biological
Applications, Fourth Edition. Amerika: Cambridge University Press.
Li, Q., P. Sritharathikhun and S. Motomizu. 2007. Development of Novel Reagent
for Hantzsch Reaction for the Determination of Formaldehyde by
Spectrophotometry and Fluorometry. Analytical Sciences. Vol. 23. Hal.
413-417.
Mulja, Muhammad dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya:
Airlangga University Press

Tahir, Iqmal. 2008. Arti Penting Kalibrasi Pada Proses Pengukuran Analitik :
Aplikasi Pada Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-Vis.
Medan : Universitas Sumatera Utara

14
Windholz, Martha. 1976. The Merck Index : Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
and Biologicals. 9th edition. White house Station, NJ, USA : Merck &
Co.,Inc.

15

Anda mungkin juga menyukai