sehingga sulit untuk menyelenggarakan pengelolaan sampah seperti TPS 3R yang berukuran
besar maupun pembangunan TPA. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sampah
di pulau kecil umumnya diproses dengan cara dibakar baik dengan incinerator maupun dengan
cara pembakaran manual.
Pulau yang belum memiliki incinerator membawa sebagian sampahnya ke pulau terdekat yang
sudah tersedia incinerator, padahal sampah dari suatu pulau tidak efektif jika harus dibawa ke
pulau terdekat yang memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih baik. Sampah yang
dihasilkan di pulau maupun yang datang ke pulau harus diproses dan diselesaikan disetiap pulau
itu sendiri. Masalah sampah di pulau kecil lainnya adalah pada saat musim tertentu seperti
musim angin barat atau musim liburan maka produksi sampah akan menumpuk berkali lipat dari
hari biasanya,sehingga penumpukan sampah sering kali terjadi
teknis dalam mengelola sampah di pulau kecil berdasarkan lima aspek, yaitu aspek peraturan,
aspek kelembagaan, aspek sosial budaya, aspek pendanaan, dan aspek teknologi.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
Kecil, yang dimaksud dengan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya
Dalam PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Rumah Tangga, telah diamanatkan bahwa penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah,
idelanya diperlukan sinergisitas dari 5 aspek penting. Aspek tersebut adalah aspek pengaturan,
aspek pendanaan, aspek kelembagaan, aspek peran serta masyarakat, dan aspek teknis
teknologis. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki porsinya tersendiri, yang membutuhkan
dukungan satu sama lain untuk menyukseskan sistem pengelolaan sampah yang baik.