OLEH :
KELOMPOK 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan agar mahasiswa/I tahap Profesi Ners mampu memahami
konsep dasar trauma muskuloskeletal dan mengaplikasikannya dalam Pemberian
Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan Trauma
Muskuloskeletal.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat keadaan yang mengancam
nyawa.
b. Melakukan tindakan penyalamatan jiwa (life saving) pada pasien trauma
berdasarkan prioritas.
c. konsep penilaian dan pengelolaan awal pada pasien trauma.
d. Mengenali dan menangani kegawat daruratan pada jalan napas (Airway) dan
pernapasan (Breathing).
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara
fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan
posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu; otot rangka, otot jantung dan otot polos.
(Joyce M Black, 2014). Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu
lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma
muskuloskeletal. Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu:
a. Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di
ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula,
metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan tulang panjang.
b. Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta
berbentuk kubus.
c. Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana
tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan
yang luas untuk melekatnya otot.
d. Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang
wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan
komposisi. (Joyce M Black, 2014)
Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari
trauma. Trauma muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain,
dislokasi dan amputasi
5
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan terganggu. (Joyce M Black,
2014)
a. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak sehingga terjadi kontaminasi bakteri
b. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.
Jadi pada fraktur tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera. (Brunner, 2001)
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain
adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres
yang berlebihan. (Brunner, 2001).
3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit
atau memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih menmungkinkan
mobilitas. Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Sprain
merupakan peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari jaringan ikat yang
menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya. (Joyce M Black, 2014)
2.2 Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,
olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014)
6
a. Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna.
b. Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana
pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal
patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung misalnya
(jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari posisinya
kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung. (Joyce M Black, 2014).
Manifestasi klinis
2.4 Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur,
jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin
hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan
mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat
menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara
fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar
lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan
terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan
leukosit. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak
langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi
8
otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang
disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
robek dan kemudian akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut
akan membuat pembuluh darah pecah dan akan menyebabkan hemotama serta
nyeri.
2.6 Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan
waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
1) Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau
fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK
3.1 Pengkajian
A. Pengkjian Primer
12
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa, 2005):
1) Nyeri akut b/d agen cedera fisik (mis. amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2) Kerusakan integritas kulit b/d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan
fraktur terbuka
3) Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, penurunan
kekuatan otot, gangguan muskuloskeletal dan nyeri
4) Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan
aliran arteri dan vena
C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen cedera fisik (mis. amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
NOC : Kontrol nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam, diharapkan masalah
nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ktidaknyamanan.
c. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
13
2) Kerusakan integritas kulit b/d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan
fraktur terbuka
NOC: Tissue integrity; skin and mucous
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Meunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
NIC: Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidu
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
e. Monitor kulit akan adanya minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
14
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.