Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN

Desember 06, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

TRAUMA MUSKULOSKELETAL

OLEH

KELOMPOK VII

IWAN SETIAWAN : 142201500

NUR QOMARIAH : 14220150062

ALNI NURFIANA SARI : 142201500

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, karena berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas gawat darurat dengan materi “Trauma Muskuloskeletal”.

Shawalat serta salam selalu kami panjatkan kepada nabi akhirul zaman Muhammad saw. Yang mana
berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya dinul islam.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang karena kami memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

1.1.Konsep Medis 4

A. Definisi 4

B. Etiologi 6

C. Manifestasi klinis 7

D. Patofisiologi 8

E. Pemeriksaan penunjang 9

F. Penalatksanaan 10

1.2.Konsep Keperawatan 13

A. Pengkajian 13

B. Diagnosa 13

C. Intervensi 15

BAB III PENUTUP 19

A. Kesimpulan 19

B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi
dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan
penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Seorang perawat dituntut untuk mengetahui bagaimana
perawatan klien dengan trauma muskuluskoletal yang mungkin dijumpai di jalanan maupun selama
melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Pengangan untuk klien dengan trauma muskuloskeletal
memerlukan peralatan serta ketrampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat.
Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan difungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian
yang dilindungi atau disanggahnya.

B. Tujuan

· Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang trauma muskuloskeletal

· Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan trauma
muskuloskeletal

· Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa

BAB II

PEMBAHASAN

1.1.KONSEP MEDIS

A. Definisi

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara fisiologis, sistem
muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas tiga bagian
yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma muskuloskeletal adalah
suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab.
Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma
muskuloskeletal. Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :

· Tulang panjang

Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas dan bawah.
Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan tulang
panjang.

· Tulang pendek

Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta berbentuk kubus.

· Tulang pipih

Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana tulang ini melindungi
bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas untuk melekatnya otot.

· Tulang iregular

Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang wajah dan pelvis. Tulang
ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan komposisi. (Joyce M Black, 2014)

Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari trauma. Trauma
muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain, dislokasi dan amputasi

1. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang
normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan terganggu.
(Joyce M Black, 2014)

· Fraktur terbuka

Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak sehingga terjadi
kontaminasi bakteri

· Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang. Jadi pada fraktur
tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera. (Brunner, 2001)

2. Strain

Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain adalah tarikan otot
akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan. (Brunner, 2001)

3. Sprain

Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit atau memutar. Fungsi
ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih menmungkinkan mobilitas. Ligamen yang robek akan
kehilangan kemampuan stabilitasnya. Sprain merupakan peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari
jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya. (Joyce M Black, 2014)

B. Etiologi

Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas, olahraga, jatuh dan
kecelakaan industri.

1. Fraktur

Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat tekanan
yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black,
2014)

· Trauma langsung

Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan misalnya benturan pada lengan
bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.

· Trauma tidak langsung

Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada keadaan ini biasanya
jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula
atau radius distal patah.

2. Strain

Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung misalnya (jatuh dan tumbukan
pada badan) yang mendorong sendi keluar dari posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)

3. Sprain

Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak langsung. (Joyce M Black,
2014)
C. Manifestasi klinis

1. Fraktur

· Deformitas

Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur. Deformitas
adalah perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot
ekstermitas. (Joyce M Black, 2014)

· Nyeri

Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi. (Brunner, 2001)

· Pembengkakkan atau edema

Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi cairan serosa pada
lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan sekitar.

· Hematom atau memar

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.

· Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)

2. Strain

· Nyeri

· Kelemahan otot

· Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau komplet bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)

3. Sprain

· Adanya robekan pada ligamen


· Nyeri

· Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)

D. Patofisiologi

1. Fraktur

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika ambang fraktur suatu
tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya
sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur,
otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan
bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak
atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara
fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi,
esudasi plasma dan leukosit. (Joyce M Black, 2014)

2. Strain

Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak langsung, cedera ini terjadi
akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

3. Sprain

Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang disebut sprain yang
terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan kemudian akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan akan menyebabkan
hemotama serta nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang,
· X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur

· Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

· Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler pada perdarahan;
penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan

· Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal

· Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah atau cedera.
(Amin Huda Nurarif, 2015)

F. Penatalaksanaan

1. Fraktur

a. Imobilisasi

Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan
dan gerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).

Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :

· Bidai

Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau fiksasi tulang yang patah. Tujuan
pemasangan bidai untuk mencegah pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai dimana
dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang yang patah dan pemasangan bidai
tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena akan merusak jaringan tubuh. (Yanti Ruly Hutabarat, 2016)

· Gips

Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu
terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.

b. Reduksi

Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah reduksi. Reduksi fraktur berarti
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang
untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan mengembalikan fragmen tulang sedekat
mungkin serta tidak semua fraktur harus direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas dua
bagian, yaitu :

· Reduksi tertutup

Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi tertutup
harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek deformitas dari cedera tersebut. (Brunner,
2001)

· Reduksi terbuka

Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur disejajarkan. Reduksi terbuka
sering kali dikombinasikan dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi internal
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang. (Brunner, 2001)
c. Traksi

Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera, sementara kontratraksi akan
menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. (Brunner, 2001)k

2. Strain

· Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam pertama

· Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan tendon-tulang

· Pemasangan balut tekan

· Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus diminimalkan. (Joyce M Black, 2014)

3. Sprain

· Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan

· Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan

· Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48 jam pertama setelah
cedera. Kompres air dingin menyebabkan vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan
berlebihan nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner, 2001)

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL DENGAN FRAKTUR

1.2.Konsep Keperawatan

A. Pengakjian

Ø Anamnesa

· Keluhan nyeri

· Riwayat trauma adequat

· Adanya fungsio laesa atau fungsi jaringan terganggu

Ø Pemeriksaan fisik

Insepksi
· Edema

· Hematoma

· Deformitas

Palpasi

· Nyeri tekan

· Kripitasi

B. Diagnosa

1. Nyeri akut

Ø Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulang.

Ø Penyebab

Agen pencedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)

Ø Gejala dan tanda mayor

· Tampak meringis

· Bersikap protektif

· Gelisah

· Frekuensi nadi menigkat. (PPNI, 2016)

2. Gangguan mobilitas fisik

Ø Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri

Ø Penyebab

· Kerusakan integritas struktur tulang

· Penurunan kekuatan otot

· Gangguan muskuloskeletal
· Nyeri

Ø Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengeluh sulit menggerakan ekstermitas

Objektif : kekakuan otot menurun dan rentang gerak

Ø Gejala dan tanda minor

Subjektif :

· Nyeri saat bergerak

· Enggan melakukan pergerakan

· Merasa cemas saat bergerak

Objektif :

· Sendi kaku

· Gerakan tidak terkoordinasi dan gerakan terbatas. (PPNI, 2016)

3. Kerusakan integritas kulit

Ø Definisi : Kerusakan pada epidermis atau dermis

Ø Batas karakteristik

· Benda asing yang menusuk permukaan kulit

· Kerusakan integritas kulit

Ø Faktor yang berhubungan

Eksternal : faktor mekanik mis. daya gesek, tekanan dan imobilitas fisik

Internal : Tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka. (T Heather Herderman, 2015)

C. Intervensi

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Ø Tujuan : pain level, pain control and comfort level

Ø Kriteria hasil :
· Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dan mencari bantuan)

· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

· Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Ø Intervensi

Pain management

· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitas

· Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

· Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

· Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

· Kurangi faktor presipitasi nyeri

· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal)

· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

· Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi

· Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri

· Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri

· Tingkatkan istirahat

· Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

· Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesik manajemen

· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

· Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi


· Cek riwayat alergi

· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

· Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

· Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal

· Pilih rute secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur

· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

· Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

· Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala. (Amin Huda Nurarif, 2015)

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot,
gangguan muskuloskeletal dan nyeri

Ø Tujuan : Joint movement (active), mobility level, self care (Adls)

Ø Kriteria hasil :

· Klien meningkatkan dalam aktivitas fisik

· Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas

· Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

· Memperagakan penggunaan alat

Ø Intervensi :

· Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasie saat latihan

· Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

· Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
· Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tehnik ambulasi

· Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

· latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Adls secara mandiri sesuai kemampuan

· Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan pasien

· Berikan alat bantu jika klien memerlukan

· Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan. (Amin Huda
Nurarif, 2015)

3. Kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka

Ø Tujuan : Tissue integrity (skin and mucous), membranes and hemodyalis akses

Ø Kriteria hasil :

· Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi dan
pigmentasi) tidak ada luka atau lesi pada kulit dan perfusi jaringan baik

· Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

· Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami

Ø Intervensi :

Pressure management

· Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

· Hindari kerutan pada tempat tidur

· Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

· Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

· Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

· Monitor status nutrisi pasien

· Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat


Insision site care

· Membersihkan, memantau dan menigkatkan proses penyembuhan pada kulit luka yang ditutup
dengan jahitan, klip atau straples

· Monitor proses kesembuhan area insisi

· Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi

· Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril dan gunakan preparat
antiseptic sesuai program

· Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai
program.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketika terjadi trauma muskuloskeletal harus segera di tangani karena jika tidak ditangani secara dini
maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Imobilisasi, reduksi dan traksi untuk fraktur
merupakan penatalaksanaan untuk pasien fraktur. Imobilisasi dini harus dilakukan untuk mencegah
deformitas dan sebagai penyangga tulang yang patah. Ketika dicurigai adanya fraktur cervical, maka
pasang neck collar untuk membatasi gerakkan leher sehingga tidak memperburuk keadaan leher. Jika
fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi bakteri.

B. Saran

Ø Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan proseur dan mempersiapkan diri dengan
baik sebelum melakukan tindakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal

Ø Untuk dosen, agar lebih memperhatikan mahasiswa dan mampu memberi pemahaman yang lebih
jelas kepada mahasiswa tentang materi prasat yang dibawakan.

Ø Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanan kesehatan pada pasien selalu
mengutamakan keamanan penolong kemudian aman yang ditolong dengan selalu menggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA

Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC

Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The Knowledge Of
Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media Edukasi

Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.

Jogjakarta; Medication Jogja

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Indikatator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan. Bogor; IN
MEDIA

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3. No 2 Desember 2015


Berbagi

KOMENTAR

POSTINGAN POPULER

Gambar

Maret 10, 2017

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

Berbagi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Shana Novak

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai