1.
Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupasuara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan
ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan
persepsi (Yosep, 2009)
2.
Etiologi
a.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1)
Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan
mengalami
hambatan
dan
hubungan
Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
3)
Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan
Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5)
Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b.
Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran,
tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993
halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1)
Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2)
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3)
Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4)
Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5)
Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Menutup mata.
g.
Mulut komat-kamit
h.
i.
Tersenyum
j.
Gelisah
k.
Menyendiri, melamun
Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas
sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik
yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan
penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b.
Tahap kedua
Pada
tahap
ini
halusinasi
berada
pada
tahap
menyalahkan
dengan
tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa
malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c.
Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas
berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi
tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir.
d.
Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas
panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman
sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana
halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada
intervensi terapeutik.
5.
Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain
yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi
cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat
(konversi),
memberikan
alasan
yang
logis
(rasionalisme),
mundur
ke
tahap
6.
Medis (Psikofarmako)
1)
Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari
seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b)
Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system
ekstra pyramidal.
c)
Efek samping
o Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
o Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
o Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang,
perubahan
kesadaran),
kelainan
jantung,
febris
(panas),
Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam
fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
o Sedasi dan inhibisi psikomotor
o Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3)
Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson,
termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus
atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom
Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b)
Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.
c)
Efek samping
motorik
yang
menunjukkan
kegelisahan),
konstipasi,
Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.
e)
Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.
b.
Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok
(TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
B.
1.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif
dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis
Data objektif
Data subjektif
halusinasi
Halusinasi
dengar
sendiri
-
Marah-marah
kearah
Menutup telinga
Menunjuk-nunjuk
suara
Ketakutan
yang
berbahaya
-
kearah tertentu
-
Mendengar
sesuatu
Penglihatan
suara
menyuruh melakukan
tertentu
Halusinasi
Mendengar
yang bercakap-cakap
Menyedengkan
telinga
suara
atau kegaduhan
tanpa sebab
-
Mendengar
pada
sesuatu
Melihat
bayangan,
sinar,
bentuk
geometris,
bentuk
kartoon,
melihat
penghidu
Menghidu
sedang
seperti
membaui
bau-bauan tertentu
Halusinasi
pengecapan
Halusinasi
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
Membaui bau-bauan
feces, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
Merasakan
rasa
permukaan kulit
Mengatakan
ada
serangga dipermukaan
kulit
Perabaan
Merasa
tersengat listrik
b.
Isi halusinasi
seperti
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau
malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus
menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau
setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
o Resiko perilaku mencedari diri akibat gangguan sensori/persepsi
Gangguan sensori/persepsi: Halusinasi penglihatan
Masalah utama: Isolasi social, Penyebab: Harga diri rendah
3.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
4.
a.
b.
Isolasi sosial
c.
d.
b.
c.
1)
2)
3)
Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
o Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang
ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
i.
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
ii.
Memperagakan cara menghardik
iii.
Meminta pasien memperagakan ulang
iv.
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
o Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
o Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri
dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak
akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan
keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6.
Strategi Pelaksanaan
Halusinasi
Pasien
Keluarga
Sp1 p
SP 1 k
Mengidentifikasi
jenis
halusinasi pasien
Mengidentifikasi isi halusinasi
pasien
Mengidentifikasi
waktu
halusinasi pasien
Mengidentifikasi
frekuensi
halusinasi pasien
Mengidentifikasi situasi yang
Mendiskusikan
masalah
yang
pasien
Menjelaskan
pengertian,
tanda
pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respon pasien SP II k
terhadap halusinasi
Mengajarkan
pasien Melatih keluarga mempraktekkan
menghardik halusinasi
Menganjurkan
cara
pasien
dalam
merawat
pasien
dengan
halusinasi
Melatih keluaraga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
jadwal
halusinasi
kegiatan harian
SP II p
jadwal
kegiatan SP III k
Mengevaluasi
harian pasien
Melatih pasien mengendalikan
pasien
memasukan
dalam
jadwal
jadwal
kegiatan
kegiatan harian
SP III p
Mengevaluasi
harian pasien
Melatih pasien mengendalikan
halusinasi
dengan
melakukan
keluarga
membuat
Membantu
pasien
dilakukan pasien)
Menganjurkan
memasukan
pasien
dalam
kegiatan
jadwal
kegiatan
harian
SP IV p
Mengevaluasi
harian pasien
Memberikan
pendidikan
dalam
pasien
kegiatan
harian
7.
Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah
yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
A. PENGKAJIAN
RUANG RAWAT
: Ruang Kabela
1.
IDENTITAS PASIEN
Inisial
: Nn.R.M
Umur
: 34 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
Pendidikan
2.
: SD Tidak Tamat
Status pernikahan
: Belum Menikah
Tanggal Pengkajian
: 14918
3.
masuk
pada
bulan
September
tahun
2008 dan
masuk
keluar
RSJ
sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013.
Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat
tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena
pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang
menderita sakit jiwa.
4.
PSIKOSOSIAL
a.
Genogram
Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
111
: Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b.
Konsep diri
1)
Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2)
Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama,
alamat, status perkawinan
3)
Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit
pasien berperan sebagai pasien.
4)
Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5)
Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya
dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c.
Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d.
Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ
Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk
rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5.
STATUS MENTAL
a.
Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b.
Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c.
Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d.
Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e.
Afek pasien
Tidak ada gangguan
f.
g.
Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu
muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah
melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya,
pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak
mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h.
Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i.
Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j.
Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k.
l.
Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil
keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
6.
e.
f.
Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ), Vit C (2 x 1), Diasepam
(0-0-1), Haloperidol (2 x 1)
7.
MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain
8.
ASPEK MEDIS
a.
Diagnosa medis
: Skisofrenia
b.
Terapis Medis
B.
NO
DATA
ANALISA DATA
MASALAH
1.
DS :
Gangguan
persepsi
halusinasi penglihatan
Pasien
beraktifitas
DO :
Penampilan kurang Rapi
Rambut jarang disisir
Gigi tampak kotor dan bau
Kuku kaki kotor
DS :
Pasien
3.
mengatakan
sendiri
pada
malam hari
Isolasi sosial
C. POHON MASALAH
sensorik
Masalah utama
Isolasi Sosial
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
Isolasi sosial
3.
NO
1
DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
Gangguan persepsi
TUM
sensorik : halusinasi
penglihatan.
Pasien
mengatakanmelihat
laki-laki
DS :
bayangan hantu
KRITERIA EVALUASI
1.
TUK
Pasien dapat membina
hubungan saling percaya
DO :
Pasien pernah
1.
an
dirawat sebelumnya
namun kurang
berhasil karena
putus obat
(S
pe
pa
ta
2.1.A
si
2.2.O
te
2.3.D
ya
ke
2.4.D
- Pasien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol halusinasi
ya
ha
3.1. Id
3.
Pasien dapatmengontrol
jik
halusinasinya
3.2.D
ha
3.3.B
su
3.4.B
- Pasien dapat mendemonstrasikan
4.
ca
3.5.Ji
mencegah halusinasi
4.1.D
Pasien dapat
da
4.2.P
baik
ob
4.3.B
4.4.D
ob
2.
Defisit pearawatan
TUM
diri
pasien dapat
mandiridalam perawatan
diri
TUK :
1.
menunjukkan tnada-tanda
1.
an
(S
Mau berkenalan
pe
pa
2.
Pasien mengetahui
pentingnya perawatan diri
Pasien dapatmenyebutkan :
ta
2.
pe
di
di
ya
cara melakukann
perawatan diri
berhias/berdandan,Frekuensi
3.1.D
pe
go
gunting kuku
be
3.2.D
Pasien mempraktekkan
perawatan diri dengan bantuan
oleh perawat :
Gosok
di
3.3.B
3.1.B
gigi,Berhias/berdandan,Gunting
4.
Pasien dapat
melaksanakan perawatan
diri dengan bantuan
perawat
pa
kuku
pasien melaksanakan praktek
3.2.B
5.1.Pa
sesudah makan,Berhias/berdandan
sehabis mandi, Gunting kuku
5.
Pasien dapat
melaksanakan perawatan
diri secara mandiri
pa
5.2.B
se
E.
DX
Implementasi Keperawatan
JAM, HARI/
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TANGGAL
1.
Selasa, 18
Juni 2013
08.00
SP 1
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan
Porong,
bisa
nama
di
saya Christiany
panggil
Titie
Oh,
bagaimana
kalau
kita
08.20
mengerti
cara
menghardik
PS : tidak ses
halusinasi
lihat
Halusinasi
tapi
ada
tidak
nyata.
macam, O : Pasien sudah
saat
penglihatan.
memberikan
ini
adalah
Tapi
Nn.
halusinasi
ses
diajarkan
akan
A : halusinasi mulai
cara
untuk teratasi
mengatasinya agar sembuh. Nn. R
maukan ?
PS : mau ses
latihan
menghardik
cara
menghardik
jika
kalau
begitu
mempraktekkannya
Nn.
dalam
bisa
jadwal
perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis
yah, nanti kita lanjutkan sebentar dan
10.30
S
Pasien
Mengatakan
Mengerti
Cara
Bercakap-Cakap
Dengan Orang Lain
Pasien
Sudah
SP 2
Intervensi
Nn.
masih
melihat
Nn.
bisa
bercakap-cakap
Lanjutkan
2013
katakan tadi?
08.00
PS
(mengulangi
sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R
setelahm saat latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakapcakap kita masukkan dalam daftar
kegiatan
harian
maunya
jam
berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga
bisa
mempragakan
saat
melihat
08.30
S
Melakukan
Terjadwal
Kegiatan
Pasien
Dapat
Aktifitas
Sesuai
O : Pasien Sepakat
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat
dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
Dengan
Rencana
Kegiatan,
Pasien
Kooperatif,
Pasien
Tenang
Nn.
masih
melihat A
Sp3
bayangan ?
Mampu
PS : iya ses
Pasien
Sudah
Dilakukan
Secara
Mandiri
PS : iya ses
Lanjutkan
Intervensi
kalau 30 menit ?
Juni 2013
PS : iya ses
08.00
Fase Kerja
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R
lakukan ?
PS
mandi,
menyanyi,
ibadah,
08.20
Pasien
lakukan
agar
Mengatakan
Mengerti
Tentang
Penggunaan Obat
mencegah
Pasien
Dapat
PS : iya ses
Teratur,
Fase terminasi
Pasien
Tampak Tenang
dilakukan
sudah
kita
belajar
menyebutkan
kegiatan
secara mandiri
P : Anjurkan untuk
pasien
untuk
yang
sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan
dalam kegiatan jadwal harian Nn. R
yahh. Bagaimana kalau besok kita
belajar cara keempat cara mencegah
halusinasi yaitu dengan menggunakan
obat yang baik. Bagaimana kalau jam
8?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah,
sampai jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari
ini ? apakah bayangannya masih
muncul lagi ? apakah Nn. R memakai
ketiga cara yang kita diskusikan pada
hari sebelumnya ?
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R sudah
minum obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita
mendiskusikan obat-obat yang Nn. R
minum ? kita akan mendiskusikan 20
menit saja yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah
penting supaya bayangan yangNn. R
lihat dan
mengganggu
selama
ini
yang diminum?
2013
PS : ada 4 ses
14.00
jamnya 7
pagi
dan
gunanya
untuk
pikiran
14.20
S : Pasien masih
sakit.
mengatakan merasa
PS : iya ses
P
lemah
hilang
O : Pakaian masih
belum rapih,Gigi
kotor, Kuku masih
panjang
PS : iya ses
A : Masalah belum
harus
minum
obat
jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah
kita bercakap-cakap tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih
untuk mencegahbayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih
ingat. Mari
kita
masukan
jadwal
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah
karena waktu kita sudah habis. Nanti
kita bertemu lagi lain waktu. Selamat
siang Nn. R
SP1
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
Selamat Pagi. Kenalkan nama
saya Christiany Porongmahasiswa
Poltekkes Jurusan Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3 hari mulai
dari hari ini sampai tanggal 20 Juni
2013. Nama Nona siapa ? Senang
dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama
panggilan Rina.
: Bagaimana perasaan R saat ini ? R
sudah mandi dan gosok gigi ?
Juni 2013
08.30
08.50
S : Pasien
megatakan bajunya
PS : gigi ompong.
masih belum
rapih, Pasien
dengan
air
bersih.
Lalu
O : Baju masih
belum rapih, Gigi
kotor, Kuku pendek
intervensi
keperawatan
bagaimana
perasaan
berbincang-bincang
tadi,
R
coba
saat
R
pertemuan
kita
sampai
disini. Besok kita akan berbincangbincang lagi tentang jadwal yang telah
kita
buat
dan
mempraktekkan
P : Lanjutkan
berdandan/berhias
gunting kuku.
dengan
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 20 menit
saja?
di mana R mau berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok
kita melakukannya di ruangan tengah
ini lagi ?selamat pagi sampai jumpa
besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya dengan
pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan
saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari
ini
masih
ingat
dengan
yang
berdandan/berhias
sesuai
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
:
Sebelum
kita lanjut
, coba R
dijelaskan
dan
dipraktekkan ?
: pasien dapat mempraktekkan dengan
benar
: Hebat, R dapat melakukannya dengan
baik...
sekarang,
mari
kita
berdandan/berhias.
dan
menggunting
kuku
kaki,
baik..bagaimana
kegiatan
di
masukkan
kalau
kedalam
: Bagaimana
perasaan
setelah
kita
berbincang-bincang tadi?
Apa-apa
perawatan
yang
telah
dilakukan ?
PS
iya
suster,
menggosok
gigi,
bagus,
nah
mempraktekkan
yang
telah
sudah
3 perawatan
diajarkan,
dapat
diri
Baiklah...