Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
ransangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pengibdraan.
Halusinasi merupakan salah satu gejalah gangguan jiwa yang mengalami perubahan
sensori persepsi yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan ataupun penciuman,
pasien mengalami stimulus yan sebenarnya tidak ada (Amin dkk, 2019).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupan suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien seakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada, (Dermawan, 2020).
Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat
kesadaran individu penuh atau baik. Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang
tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Lilik M dkk, 2019).
2. Etiologi
menurut Mc. Forlano & Thomas (dalam Dermawan & Rusdi, 2020)
mengemukakan beberapa teori sebagai etiologi dari halusinasi, yaitu:
a. Teori psikofisiologi
Terjadi akibat ada fungsi kognitik yang menurun karena terganggunya fungsi
luhur otak, oleh karena kelelahan, karacunan dan penyakit.
b. Teori psikodinamik
Terjadi karena ada isi alam sadar dan akan tidak sadar yang masuk
dalam alam tak sadar merupakan sesuatu atau respon terhadap konflik
psikologi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga halusinasi adalah
gambaran atau proyeksi dari rangsangan keinginan dan kebutuhan yang dialami
oleh klien.
c. Teori interpersonal
Teori ini menyatakan seseorang yang mengalami kecemasan berat
dalam situasi yang penuh dengan stress akan berusaha untuk menurunkan
kecemasan dengan menggunakan koping yang biasa digunakan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Varcarolis 2006 dalam (Yusuf dkk ,2018) , tanda dan gejala halusinasi
penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah halusinasi
antara lain:
a. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
b. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara .
c. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut.
d. Membaui bau- bauan padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa
e. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
f. Merasakan sensasi rabaaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit
4. Patofisiologi
a. Teori Psikodinamika
Proses terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh fungsi biologi , antara
lain dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan , fungsi psikologis seperti
keturunan.Respon metabolic terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat
halusinogen pada system limbik otak, atau terganggunya keseimbangan
neurotransmitter di otak.
Proses terjadinya halusinasi secara teori psikodinamika berfaktor atau
mengarah pada factor prediposisi yaitu dimana proses gangguan sensori
persepsi disebabkan oleh masa perkembangan yang terganggu misalnya rendah
control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi hilangnya percaya diri, dan lebih rentan terhadap
stress. Seseorang yang tidak diterima lingkungannya sejak sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya yang
dimana hal ini ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytranferase. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktifitasnya neurotransmitter otak. Sehingga tipe kepribadian yang lemah
bisa menyebabkan terjadinya gangguan sensori persepsi.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbulnya halusinas
( Maramis, 2021)
5. Jenis jenis halusinasi
a. Haluinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering dijumpai berupa bunyi mendenging atau bising yang tidak
mempunyai arti, teta[pi lebih sering mendengar kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukkan oleh penderita sehingga
penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut bisa terdengar menyenangkan, menyuruh berbuat baik,
tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki, atau bahkan
menakutkan dan kadang mendesak atau memerintah untuk berbuat sesuatu
seperti merusak atau membunuh.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik), biasanya
muncul bersamaan pada penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan tidak
enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita. Bau ditambahkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gustorik lebih
jarang terjadi ketimbang halusinasi gustatorik.
e. Halusinai raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada yang bergerak diubawah
kulit, terutama dalam keadaan delirium toksis dan sklizofrenia.
(Stuart g.w. (2019).
6. Penatalaksanaan
Halusinsi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia maka jenis
penatalaksanaan medis yang biasa di lakukan adalah:
a. Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan obat,tujuannya untuk
mengurangi/menghilangkan gejala gangguan jiwa.Berdasarkan khasiat obat
yang tergolong dalam pengobatan psikofarmako antara lain:
1) Clorpomazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami
otak. Obat ini dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan
mental, seperti skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku
agresif yang membahayakan pasien atau orang lain, kecemasan dan
kegelisahan yang parah, serta autisme pada anak-anak.
a) Aturan pakai
Aturan pakai : 3 x 100 mg/ hari
b) Indikasi :
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti skizofrenia dan
gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang membahayakan
pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang parah, serta
autisme pada anak-anak.
c) Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi, pusing,
pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi, sindroma pada
mulut, kemerahan pada mukosa, vesikel lidah kotor, gigi tanggal,
pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, ejakulasi tertahan. CPZ
juga menyebabkan efek samping ekstra pyramidal yang meliputai
parkinsonisme, dystonia, diskinesia.Gangguan hormonal dapat terjadi
yaitu menstruasi tidak teratur, gynecomastia, penurunan libido,
peningkatan nafsu makan, berat badan meningkat, edema, glikosuria,
hiperglikemia atau hipoglikemia. Reaksi hipersensitif pada beberapa
orang menimbulkan efek/ gejala-gejala jaundice, gatal-gatal pada
kulit, ptechiae dermatitis, fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.
2) Haloperidol adalah obat golongan anti psikotik yang berfungsi untuk
meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau emosional, serta
masalah kejiwaan lainnya. Haloperidol untuk mengatasi skizofrenia
biasanya akan diberikan untuk jangka waktu panjang, kecuali ada efek
yang merugikan atau berlawanan. Sedangkan jika untuk meredakan
gangguan kecemasan atau agitation, haloperidol hanya dikonsumsi hingga
gejala mereda.
a) Aturan Pakai :
Aturan Pakai : 3 x 5 mg/ hari
b) Indikasi :
Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau emosional,
serta masalah kejiwaan lainnya.
c) Efek samping
Haloperidol serupa dengan efek samping CPZ.Perbedaannya terletak
pada efek samping hipothensiorthostatik lebih ringan, sedang efek
samping reaksi ekstra lebih berat.Efek samping pada SSP meliputi
parkinsonisme, gelisah, akatisia, hiperefleksi, tortikolis, dan tardive
diskinesia. Efek otonomi dapat terjadi ; mulut kering (atau
hipersalivasi). Konstipasi (atau diare ), reaksi urine deaporesi (dosis
berlebihan ). Pada darah ; leukopenia, leukositosis, enemia. Pada
saluran napas ; laringospasme, bronkhospasme, peningkatan
kedalaman napas, brokopneumonia, depresi pernafasan. Pada
endokrin ; menstruasi tidak teratur, payudara nyeri, gynecomastia,
impotensi. Pada kulit ; kemerahan, fotosintesis, rambut rontok, lain-
lain ; anoreksia, mual, muntah, jaundice, penurunan, kadar kolesterol
darah.
3) Trihexyphenidil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai penyerta
pemberian obat anti psikotik jenis fenotiazin dan butirofenon karena
khasiatnya merelaksasi otot polos dan anti spasmodik
a) Aturan Pakai :
Aturan pakai : 3 x 2 mg/ hari
b) Indikasi :
Merelaksasi otot polos dan anti spasmodik
c) Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi ; mulut kering, pusing, pandangan
kabur, midrasis, fotofobia, mual, nervous, konstipasi, mengantuk,
retensi urine. Pada SSP dapat terjadi ; bingung, gitasi, delirium,
manifestasi psikotik, euphoria. Reaksi hipersensitif ; Glaucoma
parotitis (Lilik M dkk, 2019).

C. POHON MASALAH
Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi

Cause Isolasi Sosial

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : Menarik diri
3. Resiko Perilaku Kekerasan
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktuDiskusikan masalah yang dirasakan dalam
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon merawat pasien
2 Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
obat, bercakap- cakap, melakukan kegiatan proses terjadinya halusinasi (gunakan
booklet)
3 Latih cara mengontrol halusinasi dengan Jelaskan cara merawat halusinasi
menghardik
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih cara merawat halusinasi: hardik
manghardik
5 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SPIIp SPIIk
1 Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
melatih pasien menghardik. Beri pujian
2 Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
(jelaskan 6 benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat)
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara memberikan/ membimbing minum
untuklatihanmenghardik dan minum obat obat
4
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
Beri pujian melatih pasien menghardik dan memberikan
obat. Beri pujian
2 Latih cara mengontrol halusinasi dengan Jelaskan cara bercakap- cakap dan
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih dan sediakan waktu bercakap- cakap
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
bercakap-cakap. Beri pujian melati pasien menghardik, memberikan obat
& bercakap- cakap. Beri pujian
2 Latih cara mengontrol halusinasi dengan Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda
melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan memberikan pujian
kegiatan harian
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan harian menghardik & obat & Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
bercakap-cakap & kegiatan harian. Beri pujian melati pasien menghardik, memberikan obat
& bercakap- cakap & melakukan kegiatan
harian dan follow up. Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga melakukan
control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah halusinasi terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma.(2019).Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic Noc Edisi 2.Jogjakarta : Media Action.
Dermawan, D., & Rusdi. (2020). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Lilik M, Azizah, dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -Teori dan Aplikasi
Praktik Klinik. Yokyakarta : Indomedia Pustaka
Maramis w.f. (2021). Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya : Erlangga
Stuart g.w. (2019). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :EGC
Yusuf,Ah, Fitryani, R dan Nihayati, H.E (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakaerta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai