Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial ( Menarik Diri)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah merupakan suatu keadaan ketika seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain yang bersifat
sementara atau menetap[CITATION Wur20 \l 1057 ].
Menarik diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan orang
lain. Menarik diri juga merupakan sebuah reaksi yang dapat ditampilkan, dalam
bentuk reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik individu antara lain, pergi atau
menghindari sumber stressor, misalnya, menjauhi polusi, gas beracun, infeksi dan
lain-lain. Adapun reaksi psikologis individu antara lain, menunjukkan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat melakukan sesuatu, rasa takut dan atau
bermusuhan[ CITATION Rus21 \l 1057 ].
2. Etiologi
Penyebab dari isolasi sosial adalah peranan negative tentang diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditantai dengan
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga cepat mencederai
diri (Badar, 2019).
3. Gejala- gejala Perilaku Menarik Diri
Menurut Yosep & Sutini (2014), gejala menarik diri terbagi menjadi dua:
a. Gejala subjektif
Gejala subjektif merupakan gejala yang dirasakan dan dapat
diungkapkan secara langsung oleh subjek. Orang lain dapat mengetahui gejala
tersebut dengan menanyakan langsung pada subjek. Gejala subjektif antara lain
nampak dalam gambaran perilaku sebagai berikut :
1) Perasaan kesepian
2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Merasa bosan pada aktivitas sehari-hari.
5) Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Merasa tidak berguna
7) Merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup
8) Merasa ditolak oleh orang lain
b. Gejala objektif
Gejala objektif merupakan gejala yang dapat langsung terlihat dan
dapat diamati oleh orang lain mengenai kondisi atau keadaan yang dialami
subjek antara lain :
1) Komunikasi verbal menurun
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
5) Apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar)
6) berperilaku kurang spontan dalam menghadapi masalah
7) Aktivitas menurun, keengganan seseorang melakukan kegiatan sehari-
hari.
8) Ekspresi wajah kurang berseri(Muhith, 2019).
4. Patofisiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal
ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif
seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi
(Prabowo, 2019).

5. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semkain tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang asutik dan timgkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi :gangguan sensori
perepsi, halusinasi, mencederai diri, orang lain serta lingkungan. Selain itu juga
nterjadi penurunan aktivitas, sehingga dapat meyebabkan defisit perawatan diri
(Dermawan,2018).
6. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa metode untuk penurunan perilaku menarik diri, yaitu :
a. Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku.
Teknik ini merupakan pendekatan dalam konseling yang menekankan
hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli. Konseli didorong untuk
menerima tanggung jawab terhadap kesulitannya sendiri, sekaligus
merencanakan dan melaksanakan perlakuan. Konselor mengajarkan cara-cara
berpikir rasional, membantu mengidentifikasi, memperdebatkan dan
memodifikasi keyakinan irasional, dan memasilitasi upaya-upaya yang lebih
rasional bagi klien. Konseling kelompok rasional emotif perilaku mengajak
anggota kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan secara bersama-sama
yang diakibatkan oleh keyakinan atau pemikiran negatif dan mengubah proses
berfikir negatif ke pemikiran lebih positif.
Konseling kelompok Adlerian.
Teknik ini merupakan suatu model konseling yang berorientasi pada
keutuhan dan keunikan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri. Tujuan
konseling ini membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi
dan sosial.
b. Pelatihan Strategi Berteman.
Teknik ini merupakan pelatihan yang dilakukan pada remaja yang
menarik diri di sekolah. Pelatihan ini memberikan strategi berteman pada
peserta pelatihan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas yang dilakukan
kepada sekelompok orang yang memiliki masalah kelompok yang sama
(Yoseph, 2019).
C. POHON MASALAH
Risiko gangguan presepsi sensori halusinasi
(effect)

Isolasi sosial
(core problem)

( Gangguan konsep diri ) Harga diri rendah kronik (Causa)

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronik

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Identifikasi penyebab isolasi social: siapa yang Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, merawat pasien
dan apa sebabnya
2 Keutungan punya teman dan bercakap- cakap Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
proses tejadinya isolasi social (gunakan
booklet)
3 Kerugian tidak mempunyai teman dan tidak Jelaskan cara merawat isolasi sosial
bercakap-cakap
4 Latih cara berkenalan dengan pasien dan Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara
perawat atau tamu saat melakukan kegiatn harian
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan membantu pasien seuai jadwal dan
berkenalan memberi pujian saat besuk
SPIIp SPIIk
1 evaluasi kegiatan bekenalan (beberapa orang). Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
Beri pujian melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
harian (latih 2 kegiatan) melibatkan pasien berbicara saat (makan,
sholat bersama) di rumah
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih cara membimbing pasien berbicara dan
berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan memberi pujian
tamu, berbicara saat melakukan 4 kegiatan
harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
saat besuk
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa Evaluasi kegiatan keluarga dlam merawat/
orang) & berbicara saat melakukan dua melatih pasien berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat meakukan kegiatan Jelaskan cara melatih pasien melakukan
harian (2 kegiatan baru) kegiatan social seperti berbelanja, meminta
sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih keluarga mengajak pasien belanja saat
berkenalan 4-5 orang, orang baru, bebicara besuk
saat melakukan 4 kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian saat besuk
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
saat melakukan 4 kegiatan. Beri pujian me;atih pasien berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja.
Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta sesuatu, Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tand
menjawab pertanyaan kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara kegiatan dan memberikan pujian
saat melakukan kegiatn harian dan sosialisasi
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berbicara saa melakukan kegiatan harian dan melatih pasien berkenalan, berbcara saat
bersosialisasi. Beri pujian melakukan kegatan harian/ RT, berbelanja &
kegiatan lain follow up. Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah mandri Nilai kemampuan keluarga melakukan
control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jawa
Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan: UPT Pecetakan
dan Penerbitan Universitas Jember.

Badar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : In Media
Dermawan, D., & Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Muhith, A. (2019). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi.
Prabowo, E. (2020). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yosep, I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai