Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan
pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan
suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras
seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak- gerak. Kadang-kadang pasien
menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori : Halusinasi. Jenis
halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan halusinasi ini
umumnya mengarah pada perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan. Terkait
dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tuan H di
ruangan Pusuk Buhit RSJ Medan, karena kasus pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi
pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam proses perawatan
yang cukup mendukung perawat. Selain masalah halusinasi klien juga mengalami permasalahan
kejiwaan, seperti : menarik diri, harga diri rendah kronis dan resiko tinggi perilaku kekerasan. Klien
sudah mengalami gangguan jiwa selama lebih kurang 3 bulan yang lalu.
2. Rumusan Masalah
-

Mengetahui Definisi dan Klasifikasi Halusinasi


Mengetahui Etiologi, Psikopatologi, dan Fase Halusinasi
Mengetahui Tanda serta gejala Halusinasi
Mengetahui Penatalaksanaan Halusinasi

3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui tinjauan media dari Halusinasi agar dapat dimengerti oleh pembaca agar lebih
mengerti.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu untuk mengetahui tinjauan Media dari Halusinasi
- Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui tinjauan Halusinasi
- Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Halusinasi

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
1.1.
Persepsi
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah ketidakmampuan
manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran,
perasaan,sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.Dengan maksudbahwa manusia masih
mempunyai kemampuan dalam membandingkan danmengenal mana yang merupakan respon dari luar
dirinya.Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antarafantasi dan kenyataaan.
Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis, membedakan dengan pengalaman dan dapat
memvalidasikan sertamengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yangberat maka
kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris
terhadap stimulus eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian
akanperasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian
emosional akan objek yang dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari
pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapatbersifat ringan,
berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)
1.2.

Halusinasi
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata
terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal
dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan
pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali).
Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa
melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata,
namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang
yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika.
2. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
3. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan jiwa
seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan
penggunaanalkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi
sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obatobatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
Faktor faktor penyebab halusinasi
a. Faktor predisposisi
2

1. BIOLOGIS
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat dapat menimbulkan
gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara,
daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
2. PSIKOLOGIS
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien,
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan
atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. SOSIOBUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik
sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
4. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang
menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa
dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam
tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam
sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal
atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan
dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan
yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya
menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun
dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakanmengenai keadaan
pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan
suara halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicarasendiri atau
bibirnya bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teoriyang
diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,fisiologik dan lain-lain.Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjagayang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang
datang daridalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsiyang lebih dari
munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atautidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai
pada keadaan normal ataupatologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau
preconsciousbisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi
dimulai dengan adanyakeinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah
retaknyakepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam
bentuk stimulus eksterna.
5. Fase Halusinasi
TAHAP
Tahap I
- Memberi rasa nyaman
tingkat ansietas sedang
secara umum, halusinasi
merupakan suatu
kesenangan.

KARAKTERISTIK

PERILAKU KLIEN

- Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan.
- Mencoba berfokus pada
pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas
- Fikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam
kontol kesadaran,
nonpsikotik.

- Tersenyum, tertawa
sendiri
- Menggerakkan bibir
tanpa suara
- Pergerakkan mata yang
cepat
- Respon verbal yang
lambat
- Diam dan berkonsentrasi

Tahap II
- Menyalahkan
- Tingkat kecemasan berat
secara umum halusinasi
menyebabkan perasaan
antipati

- Pengalaman sensori
menakutkan
- Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut
- Mulai merasa kehilangan
kontrol
- Menarik diri dari orang
lain non psikotik

- Terjadi peningkatan
denyut jantung, pernafasan
dan tekanan darah
- Perhatian dengan
lingkungan berkurang
- Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja
- Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas

Tahap III
- Mengontrol
- Tingkat kecemasan berat
- Pengalaman halusinasi
tidak dapat ditolak lagi

- Klien menyerah dan


menerima pengalaman
sensori (halusinasi)
- Isi halusinasi menjadi
atraktif
- Kesepian bila pengalaman
sensori berakhir psikotik

- Perintah halusinasi ditaati


- Sulit berhubungan
dengan orang lain
- Perhatian terhadap
lingkungan berkurang
hanya beberapa detik
- Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat

Tahap IV
- Klien sudah dikuasai oleh
halusinasi
- Klien panik

Pengalaman sensori
mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti
perintah halusinasi, bisa
berlangsung dalam beberapa
jam atau hari apabila tidak
ada intervensi terapeutik.

- Perilaku panik
- Resiko tinggi mencederai
- Agitasi atau kataton
- Tidak mampu berespon
terhadap lingkungan

Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah
halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi
menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan
terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara suara biasanya berasal dari
Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah
diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
6. Rentang Respon Neurobiologis
Respon perilaku dapat diidentifikasi sepanjang rentang respons yang berhubungan dengan fungsi
neurologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi. Gejala psikosis
dikelompokkan menjadi 5 kategori utama fungsi otak : kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi
yang saling berhubungan, perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada
semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi piker (waham dan
pola piker primitive). Persepsi mengacu pada identifikasi dan intresprestasi awal dari situasi stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Perilaku berhubungan dengan magalah
masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart, 2002).
Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara berlebihan (hiperekspresi) atau
kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai
masalah yang berhubungan dengan hipoekspresi diantaranya : tidak enak dipandang, membingungkan,
sulit diatasi dan sulit dipahami oleh orang lain.
Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata abnormal, menyeringai,
langkah yang tidak normal, apraksia, dan ekoprasia. Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku
strereotip, implusif dan afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik diri,
harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktifitas rekreasi dan perubahan kualitas hidup (Stuart, 2002)

7. Manifestasi Klinis
4

Menurut Townsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukkan klien dalam kondisi
halusinasi ialah :
- Data Subjektif.
Klien mendengar suara atau suara tanpa stimulus nyata, melihat gambit tanpa stimulus yang nyata,
mencium bau tanpa stimulus yang nyata, merasa makan sesuatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya,
takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul atau melempar barang.
- Data Objektif
Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak
dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,
disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi menurun, perasaan curiga, takut,
gelisah, bingung, ekspresi muka tegang, muka merah dan pucat, tidak dapat melakukan aktifitas
mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.
8. Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan
dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999) dikutip oleh
Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.;
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan
pengalaman sensorinya;
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut;
8. Sulit berhubungan dengan orang lain;
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
9. Penatalaksanaan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau
mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya
pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
b. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong
pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
c. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat yang di berikan
sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
d. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
e. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan
gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
f. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan petugas lain
sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
5

sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu
tidak terdengar jelas.
g. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat obatan dan tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala
psikosis pada klien skizoprenia adalah obat obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum
digunakan adalah :
KELAS KIMIA
NAMA GENERIK
DOSIS HARIAN
(DAGANG)
Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal)
60-120 mg
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine,
1-40 mg
Permitil)
30-400 mg
Mesoridazin (Serentil)
12-64 mg
Perfenazin (Trilafon)
15-150 mg
Proklorperazin
40-1200 mg
(Compazine)
150-800mg
Promazin (Sparine)
2-40 mg
Tioridazin (Mellaril)
60-150 mg
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
Tioksanten
Klorprotiksen (Taractan)
75-600 mg
Tiotiksen (Navane)
8-30 mg
Butirofenon
Haloperidol (Haldol)
1-100 mg
Dibenzodiazepin
Klozapin (Clorazil)
300-900 mg
Dibenzokasazepin
Loksapin (Loxitane)
20-150 mg
Dihidroindolon
Molindone (Moban)
15-225 mg
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
10. Akibat Terjadinya Masalah
Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yaitu klien
dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap
prikologi klien untuk melakukan perilaku maladaptive.
11. Mekasnisme Koping
Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.
1. Retensi berhubungan dengan masalah informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas. Hanya
mampu sedikit energy yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari hari sehingga klien menjadi
malas beraktivitas.
2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab pada orang
lain atau suatu benda.
3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan
pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan
suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras
seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien
menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
2. Saran
Mahasiswa diharapkan mengetahui tinjaun medis Halusinasi. Mengerti tentang pasien Halusinasi
yang mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi
perkembangan non realita kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap prikologi klien untuk
melakukan perilaku maladaptive.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-attinining-5120-2-bab2.pdf
http://coja.mhs.unimus.ac.id/files/2011/11/Askep-halusinasi.pdf
http://wikipedia.org/wiki/halusinasi
Buku ajar Keperawatan jiwa/Sheila L. Videbeck ; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina Hany ; Editor
edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni, - Jakarta : EGC, 2008
Bunga Rampai asuhan keperawatan jiwa / Achir Yani S. Hamid ; editor, Monica Ester, Onny Anastasia
Tampubolon, - Jakarta : EGC, 2008
Konsep dasar keperawatan / Asmadi ; editor, Eka Annisa Mardella, - Jakarta : EGC, 2008

Anda mungkin juga menyukai