Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai
keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa
bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti
bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab
pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien
menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi
ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-
lain.
Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan olehstimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang
berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi mengacu
pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif
dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat
terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan
kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi
lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan
ditemukan85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan
pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
4.      Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada klien ?
1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui devinisi persepsi
2.      Untuk mengetahui devinisi halusinasi
3.      Untuk mengetahui devinisi psikopatologi
4.      Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada klie
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


2. 1. PENGERTIAN
2.1.1 Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari
sumber internal seperti pikiran, perasaan,sensasi somatik dengan impuls dan
stimulus eksternal.Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap
stimulus eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan
pengertian akanperasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran.
Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang
dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari
pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini
dapatbersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)
2.1.2 Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalamanpanca indera
tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook dan
Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsisensorik tentang suatu objek, gambaran
dan pikiran yang sering terjaditanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua systempenginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan ataupengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi
adalahgangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dariluar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saatkesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebutterjadi
pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidaknyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
ETIOLOGI
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya
halusinasisama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada
saat
2.1.3. PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak
sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri
atau yang dialamatkan pada pasien itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau
bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap
mendengar atau bicara-bicarasendiri atau bibirnya bergerak-gerak.Psikopatologi
dari halusinasi yang pasti belum diketahui.

MANIFESTASI KLINIK
Tahap I
·         Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
·         Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
·         Gerakan mata yang cepat
·         Respon verbal yang lambat
·         Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
·         Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnyapeningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
·         Penyempitan kemampuan konsenstrasi
·         Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III
·         Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya
·         Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
·         Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
·         Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,ketidakmampuan
untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
·         Prilaku menyerang teror seperti panik
·         Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
·         Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,menarik
diri atau katatonik
·         Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
·         Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI :
HALUSINASI
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukaruntuk
berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyaikesadaran
yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasiperasaan sendiri
sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalammemberikan asuhan
keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harusbersikap jujur, empati,
terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidakboleh tenggelam juga
menyangkal halusinasi yang klien alami. Asuhankeperawatan tersebut dimulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yangdapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya, mengenai factorperkembangan sosial kultural, biokimia,
psikologis dan genetik yaitu factorresiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapatdibangkitkan oleh individu untuk mengatasistress.
b. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubunganinterpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stress dankecemasan
c. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasadisingkirkan
oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
d. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhakan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP)
Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapatmembedakan keadaan nyata dan tidak
nyata. Menurut Rawlins danHeacock, 1993 mencoba memecahkan masalah
halusinasi berlandaskanatas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangunatas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapatdilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang
diberikan oleh lingkungannya.Halusinasi dapatditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasialkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidakdapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi darihalusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.Klien tidaksanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisitersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individudengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untukmelawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yangmenimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatianklien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkanadanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik denganhalusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhikebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidakdidapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem controloleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupaancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Olehkarena
itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatanklien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkanpengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klientidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi denganlingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehinggainteraksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yangmendasar. Pada individu tersebut
cenderung menyendiri hingga prosesdiatas tidak terjadi, individu tidak sadar
dengan keberadaannya danhalusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu
tersebut. Saathalusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol
kehidupandirinya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apayang klien
perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yangpenting dari
respon klien terhadap halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien denganhalusinasi
adalah sebagai berikut :
a.       Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan
halusinasi
b.      Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
c.       Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d.      Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan denganketidakmampuan
dalam merawat diri
e.       Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendahkronis
f.       Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan
kopingkeluarga takefektif
g.      Kerusakan komunikasi verbal
h.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
i.         Koping individu tidak efektif

PERENCANAAN TINDAKAN
 Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan
halusinasi
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan oranglain.
Tujuan khusus :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.      Klien dapat mengenal halusinasinya
3.      Klien dapat mengontrol halusinasinya
4.      Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5.      Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
1.      Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
2.      Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, caramemutuskan
halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klienuntuk digunakan
3.      Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara
seringberinteraksi dengan keluarga
4.      Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1.1. Bina Hubungan saling percaya
·                     Salam terapeutik
·                     Perkenalkan diri
·                     Jelaskan tujuan interaksi
·                     Ciptakan lingkungan yang tenang
·                     Buat kontrak yang jelas
1.1.       Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.2.       Dengarkan ungkapan klien dengan empati
1.3.       Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktudisesuaikan
dengan kondisi klien)
1.4.       Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungandengan
halusinasi
1.5.       Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkantingkah laku
halusinasi
1.6.       Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidakmenimbulkan
halusinasi, isi, waktu, frekuensi
1.7.       Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami halusinasi.
1.8.        Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedangmengalami
halusinasi.
1.9.        Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
1.10.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan caramemutuskan halusinasi
yang sesuaidengan klien
1.11.    Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri
Tujuan Umum :
Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
1.      Klien mampu membina hubungan saling percaya
2.      Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya
menyebutkanperilaku menarik diri
3.      Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain :perawat atau
klien lain secara bertahap
4.      Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkankemampuan
berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat maumenyebutkan nama,
mau memanggil nama perawat dan mau dudukbersama
2.      Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3.      Klien mau berhubungan dengan orang lain
4.      Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secarabertahap
dengan keluarga
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya
·                     Buat kontrak dengan klien
·                     Lakukan perkenalan
·                     Panggil nama kesukaan
·                     Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan penyebab klien tidak
mau bergaul/menarik diri
2.2. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda sertayang
mungkin jadipenyebab
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secarabertahap
Tujuan Khusus :
Klien dapat :
1.      Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2.      Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
3.      Klien mampu mengevaluasi diri
4.      Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
5.      Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
2.      Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
3.      Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
4.      Klien mampu memulai mengevaluasi diri
5.      Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengankemampuan
yang ada pada dirinya
6.      Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuaidengan
rencanan
Intervensi :
1.1. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya dari segi
fisik
1.2. Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
1.3. Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama dirumah dan di
rumah sakit
1.4. Berikan pujian
d. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan
denganketidak mampuan dalam merawat diri
Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baiksehingga penampilan diri
adekuat
Tujuan Khusus :
Klien mampu :
1.      Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
2.      Mengidentifikasi kebersihan dirinya
3.      Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya
4.      Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
5.      Melakukan perawatan diri secara mandiri
6.      Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri

Kriteria Evaluasi :
Klien mampu :
1.      Menyebutkan arti kebersihan diri
2.      Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatantubuh dan
badan terasa segar/nyaman)
3.      Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dantidak berbau,
rambut tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dantersisir rapi, kuku pendek dan
bersih, mulut/gigi tidak bau, genitaliatidak gatal dan mata tidak ada kotoran
4.      Menilai keadaan kebersihan dirinya
5.      Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki
6.      Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar denganbantuan
perawat
7.      Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusunjadwal
kegiatan untuk kebersihan diri
8.      Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri kliendan
keluarga dapat membantu/terlibat aktif dalam memeliharakebersihan diri
Intervensi :
1.1. Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tandakebersihan diri
1.2. Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
1.3. Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati
1.4. Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar
e. Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan dengan harga
dirirendah kronis
Tujuan Umum :
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpamerasa rendah diri
Tujuan Khusus :
1.      Klien dapat memperluas kesadaran diri
2.      Klien dapat menyelidiki dirinya
3.      Klien dapat mengevaluasi dirinya
4.      Klien dapat membuat rencana yang realistis
5.      Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1kali
pertemuan
2.      Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadihalangan
untuk mencapai keberhasilan
3.      Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai
dengankemampuannya setelah 1 kali pertemuan
4.      Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1kali
pertemuan
5.      Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4
kalipertemuan
6.      Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kalipertemuan
7.      Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kalipertemuan
8.      Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :
·            Mengatakan diri tidak berharga
·            Tidak berguna dan tidak mampu
·            Pesimis
·            Menarik diri dari realita
9.      Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga dirirendah
secara tepat setelah 2 kali pertemuan
Intervensi :
1.      Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya
2.      Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
3.      Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna,semua memiliki
kelebihan dan kekurangan
4.      Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengankelebihan yang dimiliki
5.      Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yangdimiliki
6.      Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik kekuranganyang dimiliki
7.      Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapanselama di RS, rencana klien
setelah pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai
f. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien
Tujuan Umum :Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Tujuan Khusus:
1.      Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan dalam merawatklien di
rumah dengan cara mengungkapkan perasaannya
2.      Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakankesehatan
dalam merawat klien dengan mengidentifikasikan sumber-sumber koping yang
dimiliki
3.      Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih dalam merawatanggota
keluarga yang sakit
4.      Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat dalammerawat
klien di rumah
5.      Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadi
masyarakat
Kriteria Evaluasi :
1.      Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal
2.      Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang ada
3.      Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa yang akan dipilih
4.      Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat dalam merawat klien
5.      Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang adadimasyarakat.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan anggota
keluarga yang lain :
·               Terima anggota keluarg apa adanya
·               Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
·               Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat keluargamengekspresikan
perasaannya
1.2. Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home visite) yaitu :
·               Jelaskan tujuan kunjungan
·               Jelaskan identitas perawat
1.3. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya dalammerawat klien
1.4. Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang adaptif dalammerawat
klien seperti :
·  Bersikap asertif
·  Komunikasi terbuka
·  Tidak bermusuhan/mengkritik
Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat ditoleransi seperti :
·  pakaian, alat-alat kebersihan diri
·  Libatkan klien dalam kegiatan keluarga
1.5. Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya dengan cara :
·  Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan merendahkan
·  Membantu klien dalam diskusi keluarga
·  Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang adaptif
g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukankomunikasi verbal
dengan perawat dan sesama pasiendalam suatu lingkungan sosial dengan cara
yang tepat
Tujuan Khusus :
1.      Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik
2.      Pasien dapat menggunakan ketepatan kata
3.      Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama 5 menitdengan perawat
dalam waktu 1 minggu

Kriteria Evaluasi :
1.      Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat dimengerti oranglain
2.      Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
3.      Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainankomunikasi
verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietasmelakukan kontak kepada
pasien untuk memutuskan proses.
Intervensi :
1.      Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasipasien
2.      Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
3.      Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat mengancambagaimana prilaku
dan pembicaraannya diterimia dan mungkin jugadihindari oleh orang lain
4.      Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi
yangmemuaskan kembali
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik
Tujuan Umum :
Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 6-8 jam tanpa alat bantu
tidur saat pulang
Tujuan Khusus :
1.      Klien mampu membina hubungan saling percaya
2.      Klien mampu mengenal prilaku panik
3.      Klien dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 5 jam tanpaterbangun
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat
2.      Klien dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut
3.      Pasien dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur
Intervensi :
1.      Buat catatan secara rinci tentang pola tidur pasien
2.      Berikan obat-obatan anti psikotik sebelum tidur
3.      Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah waktu tidur,kehangatan
dan minuman yang tidak merangsang
4.      Lakukan latihan relaksasi menggunakan musik yang lembut sebelumtidur
mungkin membantu
5.      Batasi masukan minuman yang mengandung kafein

j.          Koping individu tak efektif berhubungan dengan rendah diri


Tujuan Umum :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaanketerampilan koping
adaptif yang dibuktikan oleh adanyakesesuaian antara interaksi dan keinginan
untukberpartisipasi dalam masyarakat
Tujuan Khusus :
 Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang perawatdalam 1
minggu
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak melakukan tindakanproyeksi
perasaannya dalam lingkungan tersebut
2.      Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salahinterpretasi
terhadap prilaku dan perkataan orang lain
3.      Klien dapat berinteraksi secara kooperatif
Intervensi :
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Hindari kontak fisik
3.      Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya danperawat
menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah pasien
4.      Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan


asuhankeperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagaiberikut :
1.      Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasiditemukan
adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatansecara terus
menerus, membina hubungan saling percaya yang dapatmenciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yangdiberikan.
2.      Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya
denganhalusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai
systempendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping
ituperawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga
dalammemberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam
memberiperawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan
bahwaperan serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhanklien.
Saran-saran
1.      Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkah-
langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematisdan tertulis
agar tindakan berhasil dengan optimal
2.      Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan
secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya antara
perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan
3.      Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah
sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan
dapatmembantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan
bagiklien.

Strategi Pelaksanaan 1 Halusinasi

SP 1 Halusinasi : Melatih pasien mengontrol halusinasinya dengan cara


menghardik
Strategi pelaksanaan 1 Halusinasi meliputi 5 tahap yaitu:
1.      Tahap 1 Pra Interaksi
Hal yang dilakuakn pada tahap ini adalah dengan menyiapkan alat yang
akan digunakan untuk melakukan tahap kerja. Alat yang dapat disiapkan antara
lain, kertas atau buku cacatan dan pena.
2.      Tahap 2 Orientasi
Pada tahap orientasi, hal yang perlu dilakukan perawat yaitu
memperkenalkan diri, menyapa pasien serta mengucapkan salam, menanyakan
kabar serta keluhan yang dirasakan pasien, serta melakukan kontrak waktu untuk
melakukan tahap kerja strategi pelaksanaan.
3.      Tahap 3 Kerja
Pada tahap kerja, perawat terlebih dahulu untuk mengidentifikasi keluhan
pasien dan membantu pasien mengidentifikasi yang dirasakannya. Setelah itu,
ajarkan pasien cara untuk mengontrol hal tersebut dengan cara menghardik.
4.      Tahap 4 Terminasi
Pada tahap ini, perawat mengevaluasi hasil kerjanya terhadap pasien.
Setelah itu melakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
5.      Tahap 5 Dokumentasi
setelah kegiatan telah selesai, maka perawat harus  mencatat seluruh hasil
tindakan dalam catatan keperawatan. Catatan tersebut meliputi: nama dan tanda
tangan perawat, tanggal dan jam pemeriksaan/kegiatan, serta hasil dari
pemeriksaan/kegiatan.

Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 Halusinasi

Tahap Pra-Interaksi
Perawat           : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)
Tahap Orientasi
Perawat             : “Selamat pagi mbak. Perkenalkan nama saya Pelangi Indah,
biasa dipanggil Pelangi. Saya perawat yang akan merawat Mbak. Nama Mbak
siapa ? Mbak senangnya dipanggil apa?”
Pasien                : “Nama saya Mawar Merah. Panggil saja mbak M”
Perawat             : “Baiklah Mbak M, bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah
ada keluhan yang Mbak rasakan hari ini?”
Pasien                : “Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus, saya akan
dMbaknuh. Saya takut Sus, saya juga sering mendengar suara yang memanggil-
manggil nama saya” (wajah tegang dan tampak ketakutan)
Perawat             : “Baiklah Mbak M, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu Mbak M dan perihal perasaan jika ada yang
mengejar dan ingin membunuh Mbak. Nanti kita juga akan mempelajari cara
mengontrol hal tersebut. Apakah  Mbak bersedia?”
Pasien                : “Ya Sus”
Perawat             : “Berapa lama Mbak ingin berbincang ? dan dimana Mbak ingin
berbincang?”
Pasien                : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
Perawat             : “Bagaimana jika 20 menit Mbak?”
Pasien                : “Ya, boleh Sus”
Tahap Kerja
Perawat             : “Apakah Mbak merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin
membunuh Mbak dan mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
Pasien                : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya
semakin mendekat sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh
saya”
Perawat             : “Apa yang dikatakan suara tersebut Mbak?”
Pasien                : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya
akan dMbaknuh. Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)
Perawat             : “Saya percaya Mbak mendengar suara tersebut, tetapi belum
tentu orang lain termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang Mbak
dengarkan. Apakah Mbak menedengar suara itu terus menerus atau hanya
sewaktu-waktu saja?”
Pasien                : “Sewaktu-waktu Sus”
Perawat             : “Kapan waktu yang paling sering Mbak mendengar suara itu dan
berapa kali dalam sehari Mbak mendengarnya?”
Pasien                : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba.
Kadang sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
Perawat             : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
Mbak sedang sendiri?”
Pasien                : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan
ekonomi saya yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di
PHK. Saya suka stress kalau mikirin itu mbak, terus tiba-tiba suara itu muncul”
Perawat             : “Apa yang Mbak rasakan atau bagaimana perasaan Mbak ketika
mendengar suara itu?”
Pasien                : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam”
(wajah tegang dan keringat dingin)
Perawat             : “Kemudian apa yang Mbak lakukan?”
Pasien                : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan
lari mbak. Saya takut akan dibunuh” (ketakutan)
Perawat             : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien                : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu
mengikuti saya mbak. Saya benar-benar takut”
Perawat             : “Apa yang Mbak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana
kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa Mbak
bersedia?”
Pasien                : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
Perawat             :“Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik,
apakah Mbak bersedia?”
Pasien                : “Iya Sus”
Perawat             : “Baik, kita mulai sekarang ya Mbak. Saya akan mempraktekan
terlebih dahulu, kemudian baru Mbak mempraktekkan kembali apa yang telah
saya lakukan. Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga Mbak.
Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu, coba sekarang 
Mbak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien                : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu”(sambil menutup telinga)
Perawat             : “Bagus sekali Mbak, coba lakukan sekali lagi”
Pasien                : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu” (sambil menutup telinga)
Perawat             : “Wah... bagus sekali Mbak. Mbak sudah bisa melakukannya”
Pasien                : (tersenyum)
Perawat             : “Bagaimana perasaan Mbak setelah kita kita bercakap-cakap?”
Pasien                : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
Perawat             : “Syukurlah Mbak. Apakah Mbak masih ingat pembicaraan kita
mengenai permasalahan Mbak dan cara mengatasinya?”
Pasien                : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya
lagi sendirian. Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan
menghardik seperti yang mbak ajarkan”
Perawat             : “Mbak masih ingat caranya?”
Pasien                : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan
mengatakan “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai
suaranya hilang”
Perawat             : “Bagus sekali karena Mbak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu
muncul lagi, tolong Mbak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan
masukkan dalam jadwal harian Mbak. Mbak bisa melakukannya 2 hingga 3 kali
sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”
Pasien                : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
Perawat             : “Baiklah Mbak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah Mbak bersedia?”
Pasien                : “Ya. Saya bersedia Sus”
Perawat             : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja
dan waktunya pukul 09.00?”
Pasien                : “Iya nggap apa-apa Sus”
Perawat             : “Kalau begitu saya pamit dulu Mbak, sampai bertemu besok.
Selamat pagi” (berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien                : “Pagi” (Tersenyum)
Tahap Dokumentasi
Perawat             : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan
pasien)
DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I.
Keperawatan Jiwa. Teoridan Tindakan Keperawatan Jiwa,Jakarta, 2000
Keliat Budi, Anna,Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa,EGC,Jakarta, 1995
Keliat Budi Anna, dkk,Proses Keperawatan Jiwa,EGC, Jakarta, 1987
Maramis, W.F,Ilmu Kedokteran Jiwa,Erlangga Universitas Press, Surabaya, 1990
Rasmun,Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga,CV.
Sagung Seto, Jakarta, 2001.Residen Bagian Psikiatri UCLA,Buku Saku
Psikiatri,EGC, 1997
Stuart & Sunden,Pocket Guide to Psychiatric Nursing,EGC, Jakarta, 199

Anda mungkin juga menyukai