Disusun Oleh :
20101440117064
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum mememperoleh pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran, diharapkan akan
mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan
halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah utama halusinasi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan
masalah utama halusinasi.
c. Mahasiswa mampu merencistrian tindakan keperawatan klien dengan
masalah utama halusinasi.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan klien dengan masalah utama halusinasi.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan
masalah utama halusinasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiibua lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana
klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada
halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
Rentang respon :
JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara
70 % orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. FASE HALUSINASI.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan
rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam ibuaktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri
yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami
schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia
antara lain istri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme gateing
abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku
seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini ;
Kesehatan Nutrisi Kurang
Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
Sikap/Perilaku Merasa tidak mampu ( harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri )
Merasa gagal ( kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.
3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya,
seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan
persepsi tersebut nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara-
suara dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan
kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera
diatasi. Untuk memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan
perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan
respon negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang
lain.Karenanya banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –
pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk
dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang
halusinasi yang dialami oleh klien sangat penting untuk memastikan dan
memvalidasi pengalaman halusinasi tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan
dan perhatian untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan
perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul.Pasien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya
Refiazka Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari Poltekkes Kemenkes Padang.
Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan
merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa?
Pasien : nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi
b. Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
Pasien : baik buk
c. Kontrak :
Perawat :Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara
tersebut, Apakah ibuk Rahmi bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini
2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien : Iya buk..
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri
tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang
ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau
sewaktu- waktu?
Pasien : suara itu mengejek saya buk, saya mendengarnya kadang-
kadang buk
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?
Pasien : ya buk,saat saya sedang duduk dikamar setelah saya selesai
makan
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut?
Pasien : saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup telinga
saya dengan bantal dan kadang saya berteriak agar suara itu diam
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien : tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat
cara untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan
aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama
dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?
Pasien : bersedia buk (sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan
dahulu, baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul katakan dengan keras “
pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu
ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi saya
tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua
telinganya)
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap?
Pasien : saya merasa baikan bu
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti
yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa
mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu”
b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau
disaat ibu mendengar suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan
harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah
kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka
ibu menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B,
Jika ibuk tidak melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah
ibu mengerti?
Pasien : Iya,,saya mengerti buk.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.
C. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : baik buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar
berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana
ibu melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi saya
tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua
telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya
buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan
oleh keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara
yang muncul yaitu cara minum obat yang benar, apakah ibuk
bersedia?
Pasien : saya bersedia buk ( sambil mengannguk)
Pearaibuat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja buk
Perawat Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah buk
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi
tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari
gunanya supaya tenang dan berkurang rasa marah dan mondar
mandirnya, yang warnanya putih namanya THP minum 3 kali
sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu
ini namanya HLP gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang
ibuk dengar. Semuanya ini harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut ibuk
terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibuk bisa menghisap
es batu yang bisa diminta pada Perawat. Bila ibuk merasa mata
berkunang-kunang, ibuk sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum
obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar
nama ibuk yang tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan
jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus
diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara teratur dan
tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk.
Cara mengisi jadwalnya adalah jika ibuk minum obatnya sendiri
tanpa diingatkan oleh Perawat atau teman maka di isi dengan M
artinya mandiri, jika ibu meminum obatnya diingatkan oleh
Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika ibu
tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya.
Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di kolom
M artinya mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh keluarga/ Perawat/
teman saya buat di kolom B, jika saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang
obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Coba ibu sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan
19:00 pada jadwal kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan
kedalam jadwal minum obat yang telah kita buat tadi ya ibuk.
jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik buk
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara
mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik buk
Perawat :Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan
harian ya Ibu
b. RTL :
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara
yang ketiga agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak
mengganggu ibuk lagi.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-
hari klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya boleh duduk
buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada
mendengar suara-suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat :Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada
perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan
teratur, latihan bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga
dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya
apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang ibu dengarkan
berkurang?
Pasien : iya buk, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah
tidak akan menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan
lagi bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita
pelajari dan jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang
benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi.. pergi
saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup
kedua telinganya). Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu
label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya
yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu
atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya
harus diminum, dan cara meminum obatnya. Dan yang terakhir
saya harus bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara
itu terdengar.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan
cara yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu
membersih kamar tujuannya kalau ibuk sibuk maka kesempatan
muncul suara-suara akan berkurang. Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien :baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk
dapat mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur
ibuk ya. Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan
dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya
lagi, kita mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik dan
masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil
bantal dan letakkan dibagian atas kepala. Selanjutnya kita lipat
dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan
rapi.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur
apakah selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang buk dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada
ya buk. Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan
suara-suara dengan sering bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan
kembali langkah-langkah merapikan tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang
sepraynya,mulai dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan
masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Kemudian letakkan
bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat dan rapikan
selimutnya dan letakan dibawah kaki.
b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan
harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)
a. Orientasi
Adik pasien : Saya kurang baik, Sus. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk
alami dan bantuan apa yang bisa ibuk berikan.Kita mau diskusi di
mana, Buk? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
Perawat :Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?
b. Kerja
Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?
Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.
Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?
Adik :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi
kakak saya tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan
halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-marah
tanpa sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara,
sebenarnya suara itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat
membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu kakak ibuk agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan kakak ibuk, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja ibuk
percaya bahwa kakak ibuk tersebut memang mendengar suara,
tetapi ibuk sendiri tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan
kakak ibuk melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-
cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama,
sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih kakak
ibuk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk
pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan.
Sampai disini apakah ibuk sudah mengerti? Apakah ada yang
ingin ibuk tanyakan?
Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum
obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.
Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk
minum obat secara teratur. Jadi adik dapat mengingatkan kembali.
Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya
untuk menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP
gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi.
Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk
mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi
mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan cara menepuk
punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak ibuk menghardik
suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya ajarkan cara menghardik
halusinasi. Bagaimana buk? Apakah sudah paham?
Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus
katakan :Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu,
Buk. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak
mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk.
Perawat :Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan
c. Terminasi:
Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantu
kakak saya
Perawat :Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak
ibuk?
Perawat :Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan kakak ibuk. Jam berapa kita bertemu?
Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.
Perawat :Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya
buk. Saya permisi dulu .Assalamu’alaikum wr wb
1) Orientasi:
Perawat :Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?
Perawat :Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita
akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
kakak ibuk. Mari kita datangi kakak ibuk
2) Kerja
Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu
3) Terminasi
Perawat : Baiklah ,Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini
ya Buk.Ibuk dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.
Assalammualaikum wr wb
1) Orientasi
Adik :Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus
menjalankan kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari
kita duduk di ruang perawat!
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit.
Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah
dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? Buk, jadwal yang telah dibuat selama kakak ibuk
di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas
maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh kakak ibuk selama di rumah. Misalnya kalau
kakak ibuk terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum
obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat dari
rumah ibuk. Selanjutnya perawat tersebut yang akan membantu
memantau perkembangan kakak ibuk selama di rumah
Adik :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk
memantau kondisi kakak saya dan mengingatkan untuk terus
melaksanakan kegiatan yang ia dapat selama di rumah sakit.
2) Terminasi
Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi