DI SUSUN OLEH :
Halaman | 1
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA KRIKILAN BANYUWANGI
APRIL 2014
Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan jiwa ini telah diresponsi dan disetujui
pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.R DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG CUCAK ROWO RSJ
Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Mengetahui,
Indri Astutik,SST
NIP.197207071992032001
Menyetujui
Halaman | 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmad
dan hidayahNya pada penulis sehingga Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.R dengan
Diagnosa keprawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri Di Ruang Cucak Rowo RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang, ini selesai pada waktunya. Tugas ini dibuat memenuhi tugas praktek
klinik keperawatan jiwa.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan pada :
1. Bapak Kasiyanto, kepala di Ruang Cucak Rowo yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk memberikan ilmu diruangan ini.
2. Ibu Indri Astutik, SST selaku pembimbing klinik di Ruang Cempaka yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami.
3. Dan semua perawat dan klien yang berada di Ruang Cucak Rowo atas partisipasi dan
bersedia memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan tugas Asuhan
Keperawatan Jiwa.
4. Teman – teman dari AKES RUSTIDA KRIKILAN BANYUWANGI yang senantiasa
bekerjasama memberikan bantuan, semangat, dan dukungannya.
Demikian Asuhan Keperawatan Jiwa ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kami.
Apabila dalam penulisan Asuhan Keperawatan Jiwa ini ada kesalahan kami mohon maaf.
Penulis
Halaman | 4
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 LATAR BELAKANG 6
1.2 RUMUSAN MASALAH 6
1.3 TUJUAN 6
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 12
2.1 Identitas 12
2.2 Alasan masuk 12
2.3 Faktor prepitasi 12
2.4 Faktor predisposisi 13
2.5 Pemeriksaan fisik 14
2.6 Pengkajian pesikososial 15
2.7 Status mental 18
2.8 Kebutuhan persiapan pulang 21
2.9 Mekanisme koping 22
2.10 Masalah pesikososial dan lingkungan 22
2.11 Pengetahuan kurang tntang 23
2.12 Aspek medis 23
2.13 Daftar diagnose keperawatan 23
2.14 Prioritas maslah keperawatan 24
2.15 Analisa data 25
2.16 Rencana keperawatan 28
2.17 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan 34
2.18 Catatan keperawatan 41
3.1 KESIMPULAN 45
3.2 SARAN 45
Halaman | 5
BAB 1
PENDAHULUAN
Isolasi social merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang
lain menyatakan sikap negative dan mengancam ( townsend, 1998 dikutip dari Fitriani,
2009 )
Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakn interaksi social merupakan satu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
social ( Fitria, 2009 ). Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan
kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukukan
usaha untuk mencpai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia menjadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan ( isolasi social ), termasuk juga kehidupan emosianalnya, semakin
sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam pengembangan
hubungan social dan emosional dengan orang lain ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
Dalam membina hubunagn social , individu berada dalam rentang respon yang adaptif
sampai dengan maladaptive. Respon yang dilakukan individu dalam menyesuaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma norma social dan budaya.
Respon social dan emosional yang maladaptive sering kali terjadi dalam kehidupan sehari
hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan
proses keperawatan yang maksimal pada pasien dengan masalah keperarawatan utama
isolasi social : menarik diri. Menurut pengajar departemen psikiatri, fakultas kedokteran
Universitan Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian organisasi kesehatan dunia ( WHO )
diberbagai Negara menunjukkan sebesar 20-30% pasien yang dating ke pelayanan
kesehatan dasar menujukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah
kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan social cultural, interaksi social merupakan hal yang utama dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai dampak isolasi social : menarik diri akan menjadi suatu
masalah besar dalam fenomena kehidupan , yang terganggunya komunikasi yang
merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan sekitarnya ( Carpenito, 1999 ) .
Halaman | 6
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan isolasi social : menarik diri diruang
Cucak Rowo RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang tahun 2014 ?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Jiwa sesuai dengan kewenangan perawat
dan standart asuhan keperawatan yang berlaku.
1.3.2 tujuan khusus
Setelah melakukan Asuhan Keprawatan jiwa pada pasien isolasi social : menarik
diri , penulis dapat :
1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui
anamnese ataupun pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan
untuk menilaik keadaan pasien dengan isolasi social : menarik diri.
2. Menganalisa data dnegan tepat pada pasien dengan isolasi social : menarik
diri.
3. Menyusun diagnose keperawatna pada pasien dengan isolasi social :
menarik diri.
4. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien isolasi social : menarik
diri.
5. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien isolasi social : menarik diri.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien
dengan isolasi social : menarik diri.
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan sesuai
proses asuhan keperawatan.
Halaman | 7
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
A. Masalah utama
Isolasi social : menarik diri
B. Pengertian
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian , dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
C. Proses terjadinya masalah
Tanda dan gejala :
Kurang spontan
Apatis
Ekspresi wajah kurnag berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
Penyebab
Factor predisposisi
a. Perkembangan : sentuhan , perhatian, kehangatan dari keluarga yang
mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain
tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b. Komunikasi dalam keluarga : klien serng mengalami kecemasan dalam
berhubungan dengan anggota keluarga sehingga sering menjadi kambing hitam,
siakap keluarga tidak konsisten ( kadang boleh , kadang tidak ) situasi ini
membuat klien enggan berkomunikasi dengan ornag lain.
c. Social budaya : dikota besar, masing- masing individu, punya kesibukan masing-
masing untuk memperjuangkan hidup sehingga tidak ada waktu untuk
bersosialisasi
d. Factor biologis
Halaman | 8
Pada mulanya , klien merasa dirinya tidak berharga lagi , sehingga merasa tidak
aman didalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, keteganggan , kecemasan, diman atidak
mungkin mengembangkan kehangantan emosionla dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alat alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk
melindungi diri , klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin terganggu atau
kaku ( rigid ) klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia
berusaha mendapatkan rasa aman, tetapi hidup sendiri tiu menyakitkan dan
menyulitkan, sehingga rasa aman itu tidak tercapai.
Factor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social juga dapat ditimbulkan oleh factor internal dan
eksternal seseorang. Factor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Factor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya yaitu strees yang ditimbulkan oleh factor
social budaya seperti keluarga.
2. Factor internal
Contohnya adalah stessor psikologis yaitu strees akibat terjadi ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya, ansietas ini dapat terjadi akaibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.
RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon Maladaptif
INTERDEPENDEN CURIGA
Halaman | 9
Rentang respon yang terjadi pada isolasi social.
1. Respon adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma norma social dan
kebudayaannya secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respon yang adaptif.
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengungkapkan apa
yang telah terjadi I lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyapaika ide pikiran
dan perasaan dalam hubungan social
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhakan satu sama
lain.
d. Interdependensi, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
2. Respon maladaptive
Adalah respon yang menyimpang dari norma social kehidupan di suatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku termasuk respon maladaptive :
a. Menarik diri , seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubunangan secara terbuka dengan orang lain
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain
c. Manipulasi , seseorang yang menganggu orang lain sebagai obyek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan social secara mendalam
d. Curiga , seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
Halaman | 10
D. Pohon masalah
Halaman | 11
DAFTAR RUJUKAN
Keliat, Budi Anna.1999 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta : EGC .
Stuart dan sundeen. 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa , Edisi 3 . Jakarta : EGC .
Bakordik Keperawatan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang .2013 . Pedoman Asuhan
Keperawatan Jiwa . Bakordik Keperawatan : Lawang.
Halaman | 12
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Tn. A
Umur : 20 Tahun
Alamat : Pasuruan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 099XXX
Informan : Klien dan Perawat
Diagnosa Medis : Schizofrenia Hebefrenik Episode Berulang ( F.20.13 )
II. ALASAN KLIEN MASUK
a. Menurut Klien
Klien mengatakan dibawa ke RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat oleh ibunya,
klien tidak tahu kenapa dibawa ke RSJ Lawang.
b. Menurut Status
Dari status klien didapatkan data alasan klien masuk karena klien marah-
marah, sulit tidur, mendengarkan bisikan tanpa wujud, bicara sendiri, sering
mondar mandir, menyendiri, sering diam, melamun, tertawa tanpa sebab.
Halaman | 13
mandir, menyendiri, sering diam, melamun, tertawa tanpa sebab, penyebabnya klien
tidak rutin minum obat. Akhirnya oleh ibunya dibawa ke RSJ Lawang.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ya, klien pernah MRS 8 kali di RSJ lawang sejak tahun 2014, dengan gejala
marah-marah, mondar-mandir, sulit tidur, bicara sendiri, tertawa sendiri, merusak
alat rumah tangga, pernah memukul tetangganya. Penyebabnya klien tidak rutin
minum obat.
2. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang sebelumnya berhasil tetapi karena klien tidak rutin minum obat
klien menjadi kambuh.
Masalah Keperawatan : Regimen Terapeutik Inefektif
3. Pernah mengalami penyakit fisik ( termasuk gangguan tumbuh kembang )
Klien mengatakan pernah melakukan operasi amandel.
4. Pernah ada Riwayat NAPZA
Klien mengatakan pernah mengkonsumsi narkoba dan juga pernah minum alkohol
saat dirumah sebelum masuk RSJ Lawang.
5. Riwayat Trauma
a. Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik sebagai pelaku, yaitu pernah
memukul tetangganya pada usia 17 tahun. Klien pernah mengalami aniaya
fisik dengan klien lain, klien menjadi korban pada usia 20 tahun, sehingga
klien menjadi sering diam, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan klien
lain.
b. Sebagai korban penolakan karena diputuskan pacarnya.
c. Sebagai pelaku kekerasan dalam keluarga karena pada setiap kambuh pasien
marah marah dan membanting alat rumah tangga.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu pernah dipukul oleh klien lain, dan setelah itu klien sering
menyendiri, diam saja, dan tidak mau bergaul dengan klien lain.
Diagnosa Keperawatan: Respon Pasca Trauma.
Halaman | 14
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, badan bau,
menyendiri.
Tingkat kesadaran secara kualitatif: Compomentis, GCS 4 5 6
2. Tanda- tanda vital :
1. TD: 110/70 mmHg
2. N : 82x/menit
3. S : 36,30C
4. RR : 22x/menit
3. Ukur :
5. BB : 58 kg
6. TB : 165 cm
4. Keluhan Fisik :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk normalchepali, rambut pendek, warna rambut hitam, terlihat ada
ketombe, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, dan tidak ada lesi.
b. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva non anemis , sclera non ikterik, dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan
c. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip, dan tidak ada secret
d. Telinga
Telinga kurang bersih, bentuk simetris, lubang telinga sedikit kotor, terdapat
penumpukan serumen, dan pendengaran baik.
e. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada
Halaman | 15
Palpasi : tidak ada nyeri dada
Auskultasi : terdengan suara vesikuler, tidak ditemukan suara tambahan seperti
ronchi dan wheezing.
Perkusi : sonor
g. Cardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara jantung regular, terdengar suara tunggal S1 dan S2
Perkusi : pekak
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan
i. Genetalia : tidak dikaji
j. Integument : turgor kulit < 2 detik
k. Ekstremitas
5 5
5 5
20
Halaman | 16
Keterangan Genogram
Ket :
1. : Laki-laki
2. : perempuan
3. : menunjukan klien
4. : garis pernikahan
5. : garis keturunan
6. --------- : tinggal serumah
7. 20 : umur
8. :Orang yang terdekat dengan pasien.
9. : Cerai
Penjelasan genogram :
1. Pola Komunikasi
Klien mengatakan komunikasi antar anggota keluarga kurang baik.
2. Pola Asuh
Klien mengatakan, anak ke 1 dari 2 bersaudara klien sejak kecil diasuh oleh
kedua orang tuanya. Perhatian terhadap klien kurang,karena orang tua sibuk
bekerja.
3. Pola Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam keluarga klien yang paling dominan adalah
bapak klien.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
2. KONSEP DIRI
a. Citra Diri
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya dan mengatakan tidak
kekurangan pada seluruh tubuhnya dan bersyukur atas apa yang telah diberikan
Allah SWT.
b. Identitas Diri
Klien mengatakan namanya A,umurnya 20 tahun, pendidikan terakhir SD.
Halaman | 17
c. Peran
Saat di rumah
Klien sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Klien mengatakan
membantu mencari nafkah dengan bekerja sebagai tukang las.
Saat di rumah sakit
Di RSJ klien terlihat kurang aktif dalam mengikuti kegiatan rutin, jarang
ikut bersih-bersih ruangan.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumah,serta bekerja
kembali agar bisa membantu menambah penghasilan orang tua.
e. Harga Diri
Klien mengatakan malu dengan keadaanya sekarang, karna tidak bekerja
dan tidak bisa membantu orang tua
Kontak mata kurang, pandangan satu arah, Nada bicara pelan Saat
berinteraksi klien lebih bnayak menunduk
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang terdekat dengan Klien
Di rumah : Klien mengatakan orang yang terdekat dengan pasien adalah ibunya
Di RS : Klien mengatakan tidak punya temen dekat di RSJ.
b. Peran serta klien dalam kelompok / masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan berkelompok apapun dalam
masyarakat,saat di RSJ.Lawang jarang mengikuti kegiatan yang ada diruangan.
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jarang bergaul dengan orang lain, jarang bercakap-cakap
dengan temannya dan lebih suka menyendiri karena malu. Klien jarang
bercakap-cakap dengan orang lain, tidak bisa memulai pembicaraan, klien
sering diam dan lebih sering menyendiri.
Halaman | 18
4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa agamanya islam, klien percaya, dan yakin kepada
Allah SWT.
b. Kegiatan Ibadah
Di rumah : Klien mengatakan saat dirumah tidak melaksanakan Sholat
Di RS : Klien mengatakan jarang sholat, kadang sehari 1x atau tidak
sama sekali
Diagnosa Keperawatan : Hambatan pemenuhan kebutuhan spiritual
2. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan Klien tidak rapi, rambut acak-acakan, menggunakan baju dari rumah
sakit, cara penggunaan sesuai, tidak memakai sandal, kuku pendek, badan bau,
rambut banyak ketombe.
Diagnosa Keperawatan: deficit perawatan diri
2. Pembicaraan
Nada bicara pelan, kalimat bisa dipahami, klien menggunakan bahasa Indonesia,
jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat namun pasien tidak dapat
mengawali pembicaraan,bicara bila ditanya saja dengan menjawab seperlunya,
klien sering diam.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Komunikasi
3. Aktivitas Motorik
Klien lesu, kurang bersemangat,sering menyendiri, sering diam, sering melamun.
Di RSJ klien terlihat kurang aktif dalam mengikuti Kegiatan rutin seperti bersih-
bersih ruangan.
Halaman | 19
Diagnosa Keperawatan: isolasi social
b. Emosi
Klien mengatakan perasaannya biasa saja
Diagnosa Keperawatan : tidak ada
6. Persepsi sensori
Klien mengatakan di rumah pernah mendengar bisikan yang tidak ada
wujudnya, yang mengatakan “ itu bohong… itu bohong… “
Klien mengatakan bisikan-bisikan itu sering muncul, saat klien sendiri dan
melamun yang menyebabkan klien bicara sendiri.
Saat bisikan-bisikan itu muncul biasaya pasien marah marah
Pada saat ini di RSJ lawang bisikan itu tidak ada , awal bisikan itu datang 3
hari sebelum MRS ( 29 September 2016) sampai 6 hari setelah MRS. setelah
itu pasien tidak mendengar suara bsikan – bisikan lagi.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Resiko
Halusinasi
7. Proses pikir
a) Arus pikir
Koheren ,jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat, dan kalimat dapat
dipahami. Pada saat di Tanya tentang di mana sekarang diaberada , dia dapat
menjawab saya tinggal di RSJ lawang.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada
b) Isi pikir
Pikiran rendah diri: Klien mengatakan “ mas saya malu dengan keadaan
saya sekarang” “ memangnya malu kenapa pak ?” “ saya malu karena
tidak bekerja dan tidak bisa membantu orang tua”
Halaman | 20
Pikiran isolasi sosial: Klien mengatakan jarang bergaul dengan orang lain,
Klien lebih suka menyendiri.
c) Bentuk pikir
Otistik : klien sering diam dan melamun, klien mengatakan lebih suka
menyendiri.(Klien hidup dalam pikirannya sendiri tanpa peduli sekitarnya)
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Tingkat kesadaran
Secara Kuantitatif:
Composmentis, GCS : 4-5-6
Secara Kualitatif :
Berubah, klien tidak mampu mengadakan hubungan (relasi) dengan
lingkungan, dibuktikan dengan klien lebih banyak menyendiri jarang
bercakap-cakap dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
9. Orientasi
Waktu
Klien mampu menyebutkan waktu dengan benar
Klien mengatakan sekarang jam 16.00
Tempat
Klien mampu menyebutkan tempat dengan benar
Klien mampu mengatakan sekarang berada di RSJ.Lawang ruang cucakrowo.
Klien mengatakan letak kamar mandi disebelah utaranya tempat tidur.
Orang
Klien mampu orientasi terhadap orang lain. Klien mengatakan orang yang
memakai baju putih adalah perawat.
Dx keperawatan : Tidak Ada
10. Memori
1. Daya ingat jangka panjang
Klien mampu mengingat jangka panjang.
Klien mengatakan lahir 06 februari 1996
Halaman | 21
2. Daya ingat jangka pendek
Klien mampu mengingat jangka pendek
Klien mengatakan kemarin saya terakhir keramas
3. Daya ingat saat ini
Klien mampu mengingat kejadian saat ini
Klien mengatakan hari ini ia makan siang dengan lauk tempe dan ayam
goreng.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada
4. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping maladaptive :
Klien mengatakan jika ada masalah sering menyediri, dan tidak menceritakan
kepada orang lain. Klien mempunyai respon atau reaksi yang lambat dan lebih
suka menghindar serta merokok.
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif
Halaman | 23
5. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Di rumah : tidak ada masalah, di buktikan dengan klien mengatakan bahwa
hubungan keluarga baik-baik saja
Di RS : Ada masalah, dibuktikan dengan klien mengatakan jarang bercakap-cakap
dengan Klien lain. Klien lebih sering menyendiri.
2. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan
Klien biasa keluar rumah dan bergaul dengan teman-temannya..
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Klien sekolah tamatan SD.
4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Klien bekerja sebagai tukang las.
5. Masalah berhubungan dengan perumahan
Klien tinggal bersama dengan kedua orangtuannya.
6. Masalah berhubungan dengan ekonomi
Penghasilan klien belum tetap, tergantung ada yang ngelas atau tidak
7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Sebelumnya klien pernah berobat ke RSJ dan berhasil akan tetapi kambuh lagi.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri
7. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : Skizofrenia hebefrenik episode berulang
Halaman | 24
XIII DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi
2. Regimen terapiutik inefektif
3. Kerusakan interaksi sosial “Isolasi Sosial”
4. Defisit perawatan diri
5. Defisit aktifitas
6. Gangguan proses pikir
7. Koping individu inefektif
8. Respon Pasca Trauma
9. Gangguan persepsi sensori “Halusinasi”
10. Resiko Perilaku Kekerasan
11. Kurang Pengetahuan Tentang Pengobatan
12. Hambatan pemenuhan kebutuhan spiritual
13. Harga diri rendah
POHON MASALAH
(causa)
- Harga Diri Rendah
Nama : Tn.A
No.RM :099xxx
Dx.Medis : F.20.13
Halaman | 26
tidak bisa membantu orang tua
DO:
- Bau badan
- Rambut acak-acakan
- Rambut banyak ketombe
Halaman | 27
6. DS: Kerusakan komunikasi
DO:
- Klien lesu
- Klien kurang bersemangat
- Klien sering menyendiri
- Klien sering diam
- Klien sering melamun
- Klien kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan rutin seperti bersih-bersih ruangan.
8. DS: Gangguan proses pikir
Halaman | 28
10. DS: Kurang pengetahuan tentang
pengobatan
- Klien mengatakan bahwa ia tidak
mengetahui akibat jika berhenti minum obat
DO:
-
12. DS : Penatalaksanaan Regiment
terapeutik inefektif
- menurut status , di rumah klien tidak rutin
minum obat sehingga klien menjadi
kambuh.
DO: -
RENCANA KEPERAWATAN
Halaman | 29
dengan
orang lain
secara
bertahap
Buatlah
kontrak
yang jelas
Tunjukkan
sikap jujur
dan
menepati
janji setiap
kali
interaksi
Tunjukkan
sikap
empati dan
menerima
apa adanya
Beri
Halaman | 30
perhatian
kepada
klien dan
perhatikan
kebutuhan
dasarnya
Halaman | 31
berhubunga Bisa dengan oranglain. orang lain.
ngan orang diskusi
lain Saling 3.3 Diskusikan
menolon dengan pasien
g manfaat
Dan kerugian berhubungan
menarik diri, dengan orang lain.
misalnya:
Sendiri 3.4 Beri
Kesepia reinforcement
n positif terhadap
Tidak kemampuan
bisa pasien.
diskusi
3.5 Kaji pengetahuan
pasien tentang
kerugian bila tidak
bergaul dengan
orang lain.
3.7 Diskusikan
bersama pasien
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain.
3.8 Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
Halaman | 32
keberhasilan yang n sosial,
telah dicapai. serta
meningkatk
4.4 Temani pasien an konsep
untuk berinteraksi diri.
dengan orang lain.
4.5 Tingkatkan
interaksi pasien
secara bertahap.
Halaman | 33
akan sistem perasaannya 6.2 Diskusikan utama bagi
pendukung setelah dengan keluarga klien untuk
berhubungan tentang: perilaku, meningkatk
sosial dengan penyebab, dan an percaya
orang lain dan akibat dari menarik dirinya agar
kelompok diri. mampu
berinteraksi
6.3 Dorong keluarga sosial.
memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi
dengan orang lain
6.4 Anjurkan keluarga
mengunjungi
pasien minimal
satu kali seminggu.
6.5 Beri
reinforcement atas
hal-hal yang telah
dicapai keluarga
Halaman | 34
Halaman | 35
STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan :1
Ruang : Cucakrowo
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS:
Klien mengatakan lebih suka menyendiri dari pada bercakap cakap dengan
temannya
Klien mengatakan alasannya yaitu klien merasa malas untuk ngobrol dengan
temannya .
DO:
Kontak mata kurang.
Klien belum bisa memulai pembicaraan.
Klien lebih memilih menyendiri apabila berada di ruangan.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
3. Tujuan Khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
apabila tidak berhubungan dengan orang lain.
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
4. Tindakan keperawatan untuk pasien
SP 1:
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
2) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3) Berdiskusi dengan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan seseorang.
5) Menganjurkan pasien memasukkan latihan berbincang-bincang dengan orang
lain ke dalam jadwal kegiatan harian.
Halaman | 36
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan dengan seseorang.
Orientasi
“Selamat sore, saya perawat B. Saya senang di panggil B. Saya mahasiswa
keperawatan Rustida banyuwangi yang prektek di ruang Cucakrowo ini.”
“Siapa nama anda? Senang di panggil apa?”
“Apa keluhan R hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman R? Mau dimana kita bercakap-cakap? Di tempat bapak dan
teman-teman makan ya? Nggak lama, hanya 20 menit saja.”
Kerja
“Apa yang R rasakan selama ada di sini? R merasa sendirian? Siapa yang R
kenal di ruangan ini?”
“Apa yang membuat R tidak mau berkenalan dengan teman yang lain?”
“Menurut R apa keuntungan jika R memiliki banyak teman?”
“Menurut R apa kerugian jika Rtidak memiliki banyak teman?”
“Baiklah, kalau gitu. Bagaimana jika kita belajar berkenalan?”
“Begini R, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutnama kita, asal kita,
dan hobi kita. Contohnya, seperti ini.”
“Perkenalkan, nama saya B. Asal saya dari banyuwangi. Hobi saya Bersepeda.
Sekarang coba R menirukan seperti apa yang telah saya contohkan.”
“Bagus, R bisa mempraktekan cara berkenalan dengan baik dan benar.”
“Setelah R mempraktekkan cara berkenalan dengan saya, R juga bisa
melanjutkan tentang hal-hal yang menyenangkan misalnya sebuah acara di televisi
ataupun yang lainnya.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita latihan berkenalan tadi?”
“R tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik, selanjutnya R
dapat mengingat-ingat apa yang baru saja dipelajari tadi selama R tidak bertemu
dengan saya dan agar R siap berkenalan dengan orang lain.”
“Kalau begitu nanti kita bertemu lagi di sini ya untuk mendiskusikan tentang
keuntungan mempunyai banyak teman dan kerugian tidak mempunyai banyak teman,
dan belajar berkenalan lagi seperti hari ini dengan perawat N. Bagaimana? R mau
kan?”
“Baiklah kalau begitu, sampai bertemu lagi nanti.”
STRATEGI PELAKSANAAN
Halaman | 37
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2
Pertemuan :2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds :
Klien tidak tahu apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Klien tidak tahu apa kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Do :
SP 1 :
SP 2 :
Halaman | 38
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktikkan cara berkenalan
dengan satu orang
c. membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai kegiatan harian
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 pasien: membantu pasien mengenal manfaat berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
SP 2 pasien : mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
perawat/orang pertama)
Orientasi
“selamat pagi, bapak masih ingat dengan nama saya siapa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“masih ingat tentang cara berkenalan dengan orang lain yang saya ajarkan tadi pak?
Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan saya”
“bagus sekali, pak R masih ingat, nah seperti janji saya tadi, saya akan
memperkenalakan pak R dengan teman saya perawat N. tidak lama kok, sekitar 10
menit. Saya panggilkan perawat N dulu ya pak?”
Kerja
“Menurut R apa keuntungan jika R memiliki banyak teman?”
“Menurut R apa kerugian jika Rtidak memiliki banyak teman?”
“pak R, ini teman saya perawat N. sekarang silahkan pak R dengan perawat N
berkenalan seperti yang kita praktikkan tadi” “(klien mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat N : menyebutkan nama, alamat, hobi, dan menanyakan
nama perawat)
“ada lagi yang pak R ingin tanyakan dengan perawat N? Coba Tanya tentang
keluarga”
“ jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan , R dapat menyudahi perkenalan ini. Lalu
R, bisa membuat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N , misalnya jam 1 siang
nanti. “
“ baiklah perawat N , karena R sudah selesai berkenalan, saya dan R akan kembali ke
ruangan R. selamat pagi ! “ ( bersama pasien, perawat B meninggalkan perawat R
untuk melakukan terminasi dengan R di tempat lain. )
Halaman | 39
TERMINASI
“sekarang bagaimana perasaan pak R setelah berkenalan dengan perawat N?”
“pak R namapak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“pertahankan terus apa yang sudah pak R lakukan tadi, jangan lupa untuk
menanyakan hal lain agar perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hal-hal
yang menyenangkan. Besok kita lakukan lagi ya berkenalan dengan perawat Rb,
Bagaimana ? mau kan ? Jam 13.00 WIB? Sampai besok
STRATEGI PELAKSANAAN
Halaman | 40
Hari : Kamis, 27 Maret 2014 pukul 10.00
Pertemuan :3
Ruang : Cucakrowo
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS:
Klien mengatakan senang berkenalan dengan perawat N.
Klien mengatakan “Bisa punya teman” saat ditanya keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
Klien mengatakan “Tidak punya teman” saat ditanya kerugian berinteraksi
dengan orang lain.
DO:
Klien mau mendemonstrasikan berkenalan dengan perawat
Klien mau mendemonstrasikan berkenalan dengan H ( teman klien R )
Kontak mata cukup
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
3. Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan hubungan social secara bertahap dengan orang kedua.
4. Tindakan keperawatan untuk pasien
SP 3:
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih.
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Halaman | 41
“Selamat pagi, bapak masih ingat nama saya siapa?”
“Bagaimana perasaan pak R sekarang?”
“Apakah pak R bercakap-cakap dengan perawat N kemarin?” (jika jawaban
klien “ya” perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan klien lain.)
“Bagaimana perasaan pak R setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin?”
“Bagus sekali, pak R menjadi senang karena punya teman lagi.”
“Kalau begitu, apakah pak R ingin punya banyak teman lagi?”
“Bagaimana kalau kita sekarang berkenalan lagi dengan teman seruangan pak
R yang lain, yaitu H?”
Kerja
“Pak R, ini teman sekamar pak R. Sekarang, silahkan pak R berkenalan
dengan H, seperti yang pak R praktekkan kemarin dengan perawat N” (Klien mau
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan H (teman sekamarnya).
“bagus sekali, pak R sudah mampu berkenalan dengan teman sekamar bapak
yaitu pak H. Ada lagi yang pak R ingin tanyakan dengan pak H?”
“baiklah kalau tidak ada. Terimakasih pak R atas waktunya”
Terminasi
“sekarang bagaimana perasaan pak R setelah berkenalan dengan teman bapak,
pak H?”
“pak R namapak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“pertahankan terus apa yang sudah pak R lakukan tadi, jangan lupa untuk
menanyakan hal lain agar perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan hal-hal
yang menyenangkan”
“lain kali bapak lakukan lagi ya? Dengan teman bapak yang lain”
“baik, terimakasih atas waktunya pak R”
CATATAN KEPERAWATAN
Halaman | 42
Nama klien : Tn.R No. Register : 0961xx
Hari,
Implementasi Respon/Evaluasi
Tanggal, Jam
Selasa, 25 P1 SP 1: S:
Maret 2014 1. Mengidentifikasi penyebab “Nama saya R”
pukul 15.00 isolasi sosial. “Senang dipanggil R.”
“Saya lebih senang sendiri,
2. Mendiskusikan dengan klien saya sulit untuk mengawali
tentang keuntungan pembicaraan.”
berinteraksi dengan orang lain. “Saya tidak tahu
keuntungannya dan
3. Mengidentifikasi dengan Klien kerugiannya mbak.”
tentang kerugian tidak “Ya,saya mau diajari cara
berinteraksi dengan orang lain. berkenalan dengan mbak.”
“Iya.”
4. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan seseorang. O:
Klien memperagakan cara
5. Menganjurkan klien berkenalan dengan perawat
memasukkan kegiatan latihan (pengkaji).
berbincang-bincang dalam
Klien sering menyendiri.
kegiatan harian.
Kontak mata kurang.
Nada bicara pelan.
A:
Klien mampu
mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial.
Klien tidak mampu
mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain
Klien tidak mampu
mndiskusikan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain.
Klien mampu memperagakan
cara berkenalan dengan
seseorang.
Klien mampu memasukkan
kegiatan latihan berbincang-
bincang dalam jadwal kegiatan
harian.
P:
Halaman | 43
Untuk pasien:
Anjurkan untuk latihan
berkenalan dengan orang
lain (satu orang) dan
memasukkan dalam kegiatan
harian.
Untuk perawat:
Ulangi SP 1:
Berdiskusi dengan klien
tentang keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain.
Berdiskusi dengan klien
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain.
Lanjutkan SP 2
Rabu, 26 P2 SP 1: S:“ keuntungan memiliki banyak
Maret 2014 1. Mendiskusikan dengan klien teman yaitu bisa saling curhat “
pkl 08.30 tentang keuntungan “ kerugian tidak memiliki teman
berinteraksi dengan orang lain. yaitu tidak bisa curhat “
Halaman | 44
orang lain.
P:
Untuk pasien:
Anjurkan untuk latihan
berkenalan dengan orang
lain (satu orang) dan
memasukkan dalam kegiatan
harian.
Untuk perawat:
Lanjutkan SP 3
Kamis , 27 P3 SP 3: S:
Maret 2014, 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan “Siang”
pkl 11.00 harian klien “baik”
2. Memberikan kesempatan “iya”
kepada klien berkenalan “senang”
dengan dua orang atau lebih “ya ‘
3. Menganjurkan klien Iya
memasukkan dalam jadwal
Nama saya R, alamat
kegiatan harian tulungaagung , hobi
memancing “”
“tidak”
“senang”
“Iya”
O:
Klien berkenalan dengan
temannya yang bernama H
A:
Klien mampu mempraktekan
berkenalan dengan orang
lain .
P:
Untuk pasien:
Anjurkan untuk latihan
berkenalan dengan orang
lain dan memasukkan dalam
kegiatan harian.
Untuk perawat:
Anjurkan pasien mengikuti
TAK sosialisasi.
Halaman | 45
JADWAL KEGIATAN HARIAN KLIEN
Ruang : Cucakrowo
Tanggal
Jam Jadwal Kegiatan
25 26 27
05.00 Mandi Pagi M M M
05.30 Makan dan minum obat M M M
05.50 Mencuci piring dan peralatan makan M M M
07.30 Merapikan tempat tidur B B B
08.00 Senam pagi M M M
08.30 Kerja bakti M M M
09.00 Berbincang-bincang dengan orang lain T T Y
10.00 Makan snack M M M
11.30 Makan siang dan minum obat M M M
11.45 Mencuci piring dan peralatan makan M M M
12.00 Tidur siang M M M
16.00 Berbincang-bincang dengan orang lain Y Y Y
16.30 Makan sore dan minum obat M M M
19.30 Berbincang-bincang dengan orang lain T T T
20.30 Tidur malam M M M
Keterangan:
M : Mandiri
B : Bantu
T : Tidak
Halaman | 46
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas diatas,kelompok mengambil kesimpulan bahwa
merawat dan menangani pasien dengan isolasi sosial : menarik diri,bina hubungan
saling percaya merupakan tahap yang sangat vital agar pasien mau
mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Untuk membina hubungan
saling percaya antara perawat dengan pasien. Sebagai perawat profesional kita
harus bisa menunjukkan sikap empati,carring,mampu menggali dan
mengembangkan aspek-aspek positif yang dimiliki pasien guna meningkatkan
kepercayaan diri pasien serta memberikan reinforcement positif kepada klien.
Sebagai perawat profesional,kita harus bisa menyusun rencana keperawatan yang
tepat,efektif,dan efisien dan tentunya kolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain
menjadi penting demi kesembuhan pasien.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kelompok memberikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk perawat,perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat
klien dengan isolasi sosial. Mengembangkan pola-pola yang asertif dalam merawat klien
dengan gangguan jiwa pada umumnya dan isolasi sosial : menarik diri pada khusunya
serta harus mampu malakukan pendekatan-pendekatan yang terapeutik demi kesembuhan
klien.
2. Untuk keluarga,meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kunjungan agar lebih
mempercepat proses penyembuhan klien.
Halaman | 47