Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR ULNA

DISUSUN OLEH:
NAMA : LUQMANUL HAKIM, S.Kep
NIM : 09.IK.018

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR ULNA

1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002,
hal. 2372).

2. Definisi Tulang Ulna


Ulna ulna merupakan tulang medial lengan bawah.ujung atasnya bersendi dengan
humerus pada articulation cubiti dan dengan caput radii pada articulation ulnaris proximal.
Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulation ulnaris distalis, tetapi dipisahkan
dari articulation radiocarpalis dengan adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar,
dikenal sebagai processus olecranii. Bagian ini membentuk tonjolan pada siku.processus ini
mempunyai incissura di permukaan anterioirnya,incissura trochlearis,yang bersendi dengan
trochlea humeri.di bawah trochlea humeri terdapat processus coronoideus yang berbentuk
segitiga dan pada permukaan lateralnya terdapat incissura radialis untuk bersendi dnegan
caput radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah.di lateral mempunyai margo
interosseus yang tajam untuk tempat melekatnya membrane interossea.pinggir posterior
membulat ,terletak subcutan,dan mudah diraba seluruh panjangnya.di bawah incissura
radialis terdapat lekukan, fossa supinator,yang mempermudah gerakan tuberositas
bicipitalis radii.pinggir posterior fossa ini tajam dan dikenal sebagai crista supinator yang
menjadi tempat origo musculus supinator.Pada ujung distal ulna terdapat caput yang bulat,
yang mempunyai tonjolan pada permukaan medialnya, disebut processus styloideus. Dua
tulang lengan bawah mempunyai hubungan rumit. Di proximal, radius dan ulna bersendi
satu sama lain dengan humerus distal. Di distal, artikuatio radioulnaris pada pergelangan
tangan dipertahankan oleh kompleks fibrokartilago triangularis. Korpus radii dan ulna
dihubungkan oleh membrane interossea fibrosa. Perubahan bentuk anatomi apapun dalam
lengan bawah akan mengubah fungsi biokimiawinya dan membatasi kemampuan lengan
bawah menjalani pronatio dan supinasi.

3. Klasifikasi Fraktur
a) Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak menonjol keluar
melewati kulit.

b) Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh
sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi
infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.
· Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.
· Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.
· Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.
c) Fraktur komplit, Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.
d) Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu
kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.
e) Fraktur comminuted, Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
f) Fraktur patologik, Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok,
seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45 o) pada batang
atau sendi pada tulang.
g) Fraktur longitudinal, Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
h) Fraktur transversal, Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
i) Fraktur spiral, Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

4. Proses Penyembuhan Tulang


Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondial ketika tulang
mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut, namun
tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :

a) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila ada
cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan
terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian
akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung
beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
b) Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi
fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel, sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
c) Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang
dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang.
d) Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalui proses penulangan endokondrial.
e) Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi
tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang
dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus – stres fungsional pada tulang.

5. Etiologi Fraktur Radius


Penyebab paling umum fraktur adalah :
- Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu lintas/jatuh.
- Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti osteoporosis,
kanker tulang yang bermetastase.

6. Pathway
Rudapaksa atau trauma berat Penyakit (Osteoporosis)

Fraktur

Adanya hubungan Luka terbuka
dengan dunia luar ↓
↓ Terputusnya kontinuitas jaringan
Organisme merugikan ↓
mudah masuk Nyeri saat digerakan
↓ dan keengganan bergerak
Resikoinfeksi ↓
Kerusakan mobilitas fisik

Cedera vaskuler, Penekanan yang Tirah baring yang


pembentukan trombus terlalu lama cukup lama
↓ ↓ ↓
Oedema Sirkulasi darah Bising usus menurun
↓ terganggu ↓
↓ Retensi faeces dalam
Disfungsi Pemenuhan nutrisi colon
Neurovaskuler dan O2 ke jaringan ↓
menurun Cairan faeces
↓ direabsorpsi oleh
↓ Ischemia colon
perubahan aliran darah ↓ ↓
↓ Nekrosis jaringan faeces kering
Perubahan membran ↓ ↓
Alveolar (kapiler) ↓ Konstipasi
↓ Dekubitus
edema paru

kerusakanpertukaran Ancaman integritas
gas ↓
Stressor

cemas

6. Tanda dan Gejala Fraktur


a) Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
b) Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
c) Spasme otot.
d) Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
e) Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
f) Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen
tulang.
g) Krepitasi jika digerakkan.
h) Perdarahan.
i) Hematoma.
j) Syok
k) Keterbatasan mobilisasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur


1. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
2. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :
Darah lengkap, Golongan darah, Masa pembekuan dan perdarahan, EKG, Kimia darah.

8. Pemeriksaan Fokus Fraktur


- Bengkak, deformitas
- Direct pressure : menggunakan belakang dari ibu jari menekan dengan lembut pada sisi
fraktur
- Springing test : dengan menekan 2 tulang satu sama lain pada daerah yang jauh dari
fraktur
- Adanya tulang iregular, dpt dirasakan permukaan kulit yang tidak rata

9. Terapi / Penatalaksanaan Medik


Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani fraktur :
a) Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah,
kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan,
tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan bidai.
b) Reduksi, Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
· Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
· Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang
dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di
dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
c) Debridemen, Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d) Rehabilitasi, Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e) Perlu dilakukan mobilisasi Kemandirian bertahap.

10. Komplikasi Fraktur


1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.
Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.

2. Sindroma kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan.
- Tromboemboli
- Infeksi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Pre operasi
1) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan sekitar.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
4) Gangguan pola tidur b.d nyeri.
Post Operasi
1) Nyeri b.d luka operasi.
2) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
3) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
4) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
5) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh
dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
6) Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan bentuk fisik atau tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume
3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of
Care. 5th edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.

Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi
keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22,
Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.
Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku 2.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai