Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmatnya, sehingga Penulis telah
selesai menyusun makalah ini guna memenuhi persyaratan mengakhiri
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Jiwa, dengan judul Fobia
Spesifik.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing, dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Rumah Sakit
Umum Datu Beru dalam penyusunan makalah ini.
Bahwasannya hasil usaha penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang
ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan, guna memperbaiki penyusunan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu
Penyakit Jiwa dalam klinik.

Takengon, 13 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantari
Daftar Isi..ii
BAB I PENDAHULUAN..... 1
BAB II ISI.. 2
2.1

Definisi 2

2.2

Epidemiologi... 3

2.3

Etiologi 3

2.4

Gambaran Klinis. 4

2.5

Kriteria Diagnosis Menurut DSM-IV-TR.. 4

2.6

Diagnosis Banding...... 5

2.7

Tatalaksana.. 5

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan
terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Fobos yang berarti ketakutan.
Adanya atau diperkirakan akan adanya situasi fobik menimbulkan
ketegangan parah pada orang yang terkena, yang mengetahui bahwa reaksi adalah
berlebihan. Namun demikian, reaksi fobik menyebabkan suatu gangguan pada
kemampuan seseorang untuk berfungsi di dalam kehidupannya.
Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan ansietas, dan dibedakan kedalam tiga jenis berdasarkan jenis objek
atau situasi ketakutan yaitu : Agorafobia, Fobia Spesifik dan Fobia Sosial.
Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu
objek atau situasi. Orang dengan fobia spesifik dapat mengantisipasi bahaya,
seperti digigit anjing, atau dapat menjadi panic saat berpikir akan hilang kendali;
contohnya jika mereka takut berada di dalam lift, mereka juga dapat khawatir
akan pingsan setelah pintu ditutup.

BAB II
ISI
2.1 Definisi
Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu
objek atau situasi. fobia berasal dari kata phobos (yunani) yang berarti
ketakutan. fobia adalah rasa takut yang kuat dan menetap serta tidak sesuai
dengan stimulus, tidak rasional bahkan bagi si penderita sendiri, yang
menyebabkan penghindaran objek maupun situasi yang ditakuti tersebut. apabila
cukup menimbulkan penderitaan dan ketidakmampuan maka disebut sebagai
gangguan fobia. Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap
akan suatu objek atau situasi.
penyakit Ketakutan (Fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus
menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. 4
Beberapa subtipe fobia spesifik:5
a. Animal Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap
binatang atau serangga. Subtipe ini umumnya mempunyai onset masa
kecil.
b. Natural Environment Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya
ketakutan terhadap objek objek dalam lingkungan alami, seperti : badai,
ketinggian, atau air. Subtipe ini mempunyai onset masa kecil.
c. Blood-Injection-Injury Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya
ketakutan melihat darah, cedera, menerima injeksi ataupun segala prosedur
medis. Subtipe ini sering dijumpai dan karakteristiknya adalah adanya
respon vasovagal.
d. Situational Type. subtype ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap
situasi tertentu seperti: transportasi umum, lorong, jembatan, elevator,
pesawat terbang, berkendara, atau tempat tertutup. Subtipe ini mempunyai
dua onset, onset pertama pada waktu kecil dan yang kedua pada
pertengahan umur 20-an.
e. Other Type. Subtipe ini ditandai dengan ketakutan terhadap stimulasi
yang lain. Stimulus dapat berupa ketakutan ketika tersedak, muntah,

menderita penyakit, space fobia ( seseorang yang takut jatuh ketika


berada jauh dari dinding atau sesuatu yang mempertahankan dirinya), anak
anak takut terhadap suara yang keras atau karakter berkostum.
2.2 Epidemiologi
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa fobia adalah salah satu gangguan
jiwa yang paling lazim di Amerika Serikat. Sekitar 5 hingga 10 persen populasi
diperkirakan terkena gangguan yang menyulitkan dan kadang - kadang membuat
ketidakmampuan ini. Perkiraan yang lebih modern memperkirakan kisaran tinggi
25 persen pada populasi. Prevalensi seumur hidup fobia spesifik dilaporkan
sekitar 3 hingga 13 persen.
Fobia spesifik lebih lazim ditemukan daripada fobia sosial. Fobia spesifik
adalah gangguan jiwa yang lazim pada perempuan dan paling lazim kedua pada
laki - laki. Usia puncak awitan untuk jenis lingkungan alami dan jenis cederadarah-suntikan adalah kisaran 5 sampai 9 tahun, walaupun awitan juga terjadi
pada usia yang lebih tua. Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia spesifik
adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
2.3

Etiologi
Fobia Spesifik dapat timbul akibat pemasangan objek atau situasi spesifik

dengan rasa takut dan panik. Umumnya, kecenderungan nonspesifik untuk


mengalami rasa takut atau ansietas membentuk latar belakang; ketika suatu
peristiwa khusus ( contohnya menyetir) digabungkan dengan pengalaman
emosional (contohnya kecelakaan), orang tersebut rentan mengasosiasikan secara
emosional permanen antara mengendarai mobil dan rasa takut atau ansietas.
Pengalaman emosional itu sendiri dapat bersifat responsive terhadap kejadian
eksternal, seperti kecelakaan lalu lintas atau kejadian internal, yang paling lazim
adalah serangan panic.

Mekanisme hubungan lain antara objek fobik dan emosi fobik adalah
meniru model, di sini seseorang mengamati reaksi pada orang lain (contohnya
orang tua) dan transfer informasi, di sini seseorang diajari atau diperingatkan akan
bahaya objek spesifik ( contohnya ular berbisa).
Factor Genetik.
Fobia spesifik cenderung diturunkan di dalam keluarga. Jenis cederadarah-suntikan terutama memiliki kecenderungan familial yang tinggi. Studi
melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat proband yang terkena
sedikitnya memiliki kerabat derajat pertama yang memiliki fobia spesifik dengan
tipe sama, tetapi studi kembar dan adopsi yang penting belum dilakukan untuk
menyingkirkan peranan transmisi nongenetik yang bermakna pada fobia spesifik.
2.4 Gambaran Klinis
Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya rasa takut
yang tidak rasional dan ego-distonik akan suatu situasi, aktivitas, atau objek
spesifik; pasien mampu menggambarkan cara mereka menghindari kontak dengan
fobia. Depresi lazim ditemukan pada pemeriksaan status mental dan dapat
ditemukan pada hingga sepertiga pasien fobik.
2.5 Kriteria diagnosis Gangguan Waham menurut DSM-IV-TR:5
A. Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan, dicetuskan
oleh adanya atau antisipasi terhadap suatu objek atau situasi spesifik ( cth :
terbang, ketinggian, hewan , disuntik, melihat darah).
B. Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons
ansietas segera, dapat berupa serangan panic terikat secara situasional atau
serangan panic dengan predisposisi situasional.
C. Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan atau tidak
beralasan

D. Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan


yang intens
E. Penghindaran, antisipasi ansietas atau distress pada situasi yang ditakuti
mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas
maupun hubungan social secara bermakna, atau terdapat distress yang
nyata karena memiliki fobia ini.
F. Pada seseorang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan.
G. Ansietas, serangan panic, atau penghindaran fobik yang berkaitan dengan
objek atau situasi spesifik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti
gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, atau gangguan
ansietas perpisahan, fobia social, gangguan panic dengan agoraphobia,
atau agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic.
2.6 Diagnosis Banding
Hipokondriasis
Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan kepribadian paranoid

2.7 Tatalaksana.

A. Farmakoterapi
1. Golongan Trisiklik
Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat re-uptake aminergic
neurotransmitter

(noradrenalin,

serotonin,

dan

dopamine)

dan

menghambat penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase sehingga


terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada cela sinaps
neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.4,9
- Klomipramin: Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai
-

dengan maksimum dosis 250 mg sehari.


Imipramin: Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan

sampai maksimum 250-300 mg sehari.


2. Monoamin Oxidase Inhibitors
Monoamin Oxidase Inhibitors digunakan untuk depresi dan gangguan
anxietas seperti fobia sosial, gangguan panik disertai agorafobia dan
obsesif kompulsif disorder. MAOIs menghambat secara irreversibel
enzim monoamine oxidase yang berlokasi di sistem saraf pusat, saluran
cerna, dan platelet. MAOIs menghalangi monoamine oxidase pada
dinding saluran cerna yang mana meningkatkan penyerapan dari
tyramine. Tyramine ini dapat meningkatkan tekanan darah.4,9
- Phenelzine (Nardil): 30-60 mg sehari.
- Tranylcypromine (Parnate): 20-40 mg sehari.
3. Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs
SSRIS menghalangi re-uptake serotonin ke dalam presynaptic saraf
terminal. Digunakan terutama pada pasien gangguan panik yang disertai
dengan depresi. SSRIs lebih disukai karena efek sampingnya lebih
sedikit dan tidak terlalu menyebabkan ketergantungan fisik. SSRIs
menjadi first-line pengobatan untuk fobia sosial. Obat Selective
Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs seperti fluoksetin, sertralin,
citalopram, fluvoxamine, paroxetine. 4
-

Fluoxetine: 100-300 mg/hari

4. Benzodiazepine
Obat anti anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya
(benzodiazepine receptor) akan meng-reinforce GABA-ergic neuron
sehingga

hiperaktivitas

dari

system

limbic

SSP.

Golongan

Benzodiazepine meerupakan drug of choice dari semua obat yang


mempunyai efek anti anxietas.

Bekerja lebih cepat daripada anti

depresi, tetapi bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan menimbulkan


beberapa efek samping seperti, rasa mengantuk, gangguan koordinasi
dan perlambatan waktu reaksi. 4,9
-

Alprazolam: 0,25-1 mg/hari


B. Cognitive Behaviour Theraphy (CBT)
Cognitive Behaviour Theraphy (CBT) adalah terapi perilaku kognitif
yang dapat dilakukan sendiri atau dalam bentuk kelompok yang dapat
berlangsung sekitar 12 minggu. Penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku
kognitif (cognitive behaviour therapy) secara profesional akan sangat efektif.
Terapi beberapa macam.4,11
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi
baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku
adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika
tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan),
dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada
hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan
pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat
respons-respons yang layak, namun belum dipelajari.11
a. Desensitisasi

Terapi perilaku dengan cara Desensitisasi (memperkenalkan atau


mendekatkan kepada objek/situasi yang ditakuti secara bertahap mulai dari
ringan sampai pada situasi yang paling ditakuti) atau melalui latihan
berulang-ulang, latihan di rumah (homework) dan latihan relaksasi.11
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan
relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik.
Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan
kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang
individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang
kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.4,11
Afif Kurniawan, dari psikoligi Universitas Airlangga melakukan
penelitian tentang proses desensitisasi terhadap subjek yang mengalami
gangguan fobia spesifik, dalam hal ini adalah animal type, yaitu kucing.
Setelah melakukan serangkaian proses pemeriksaan psikologis dan
fisiologis, subjek akan mulai berhadapan dengan objek fobi melalui hirarki
kecemasan yang disusunnya bersama terapis. Sekitar 10-20 hirarki akan
tersusun mulai dari tingkat terendah hingga tingkat sangat menakutkan
untuk subjek. Melalui proses in vivo desensitization, subjek akan belajar
menggantikan respon kecemasannya dengan relaksasi sehingga secara
perlahan ketakutannya terhadap objek fobi akan berkurang dan
kemampuan dalam menghadapi objek fobi akan meningkat. Hasil tersebut
akan dilihat berdasarkan pemeriksaan fisik dan psikologis yang dilakukan
di akhir sesi.10
Proses pelaksanaan yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
desensitisasi sistematis secara signifikan mampu mengurangi kecemasan

pada kedua subjek saat berhadapan dengan objek fobi. Namun demikian,
terdapat perbedaan-perbedaan kemajuan yang bersifat subjektif antara
kedua subjek, yang mempengaruhi kecepatan subjek untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menghadapi objek fobi.10
b. Exposure
Terapi perilaku kognitif dengan cara Exposure (membawa pasien
langsung pada situasi yang ditakutinya), atau melalui feedback videotape
atau dengan fantasi, cukup menolong beberapa individu yang takut bicara
di depan umum dan bentuk fobia lainnya. Terapi perilaku eksposur
berbasis telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati fobia
spesifik. Orang yang secara bertahap menemukan objek atau situasi yang
ditakuti, mungkin pada awalnya hanya melalui gambar atau kaset,
kemudian tatap muka. Seringkali terapis akan menemani seseorang ke
situasi takut untuk memberikan dukungan dan bimbingan.4,11
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan
muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi
mengurangi tingkat kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan
menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan
kecemasan perasaan dan pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk
mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah
timbulnya kecemasan.14,11
c. Modifikasi Perilaku & Terapi Psikososial
Menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk
memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi
terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif. Salah satu cara
untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam

memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima


pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif
dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan
menghasilkan kombinasi stabil.11
Keluarga pasien dengan gangguan panik mungkin menjadi terganggu
selama perjalanan serangan panik, sehingga keluarga perlu untuk
diarahkan agar bisa menerima keadaan pasien.4,11
d. Flooding (Banjir)
Flooding adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati
fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang
menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia),
pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya
sadar bahwa tidak ada yang terjadi.11
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun
1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara
lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian
klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah
perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.11
Tehnik Terapi flooding, yaitu:11
1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan
perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya
tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang
dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang
paling ingin dihindarinya, dan
5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul
dalam diri klien.
e.

Latihan relaksasi

Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan


kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan
aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode
relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti
yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.11
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada
metode yang dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan
kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan
kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa
klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau
menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan
relaksasi sendiri.11
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi
dimana pasien diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam
tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan.
Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau
pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon
relaksasi.11
Pada terapi perilaku kognitif, kemungkinan relaps kecil jika
dihentikan karena active coping dan adanya dorongan yang menumbuhkan
kepercayaan diri pasien. Kombinasi terapi farmakologik dan terapi
perilaku kognitif bisa memberikan perbaikan lebih bermakna khususnya
pada pasien dengan gangguan berat dengan hendaya cukup tinggi.11

2.8 Prognosis
Tidak banyak yang diketahui tentang perjalanan penyakit dan
prognosis fobia spesifik karena mereka relatif baru dikenali sebagai
gangguan mental yang penting. Diperkenalkannya psikoterapi spesifik dan
farmakoterapi untuk mengobati fobia akan juga mempengaruhi interpretasi

data tentang perjalanan penyakit dan prognosis kecuali kontrol pemeriksaan


untuk strategi pengobatan.4,11
Gangguan fobik mungkin disertai dengan lebih banyak morbiditas
dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada derajat mana
perilaku fobik mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi, pasien
yang terkena mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain
semasa dewasa dan memiliki berbagai derajat gangguan dalam kehidupan
sosialnya, keberhasilan pekerjaan, dan, pada orang muda, prestasi
sekolahnya. Perkembangan gangguan berhubungan zat yang menyertainya
juga merugikan perjalanan penyakit dan prognosis gangguan.4,11

BAB III
KESIMPULAN

Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan ansietas, dan dibedakan kedalam tiga jenis berdasarkan jenis objek
atau situasi ketakutan yaitu : Agorafobia, Fobia Spesifik dan Fobia Sosial.
Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu
objek atau situasi. Fobia spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling
sering terjadi. Sekitar 7% wanita dan 4,3% pria mengalami fobia spesifik setiap
periode 6 bulan.
Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi perilaku yaitu
terapi pemaparan (exposure therapy). Penggunaan anti ansietas yaitu untuk terapi
jangka pendek.
\

DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, SD.; Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:2010. 242-249.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II.Binarupa
Aksara. Tangerang : 2010. 47-56.
3. Sadock BJ; Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2 nd ed.EGC, Jakarta:
2004. 241 - 247
4. http://medicastore.com/penyakit/253/Penyakit_Ketakutan_Fobia.html
5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR). Fourth Edition, Text Revision (DSM-IVTR). Washington, DC: American Psychiatric; 2000 : 443-450

Anda mungkin juga menyukai