Anda di halaman 1dari 106

Gangguan Neurotik,

Gangguan Somatoform,
dan Gangguan Terkait
Stress
Oleh : muthiah ramadhani agus

Gangguan Ansietas

Anxietas : kecemasan
Gejala anxietas
Dipengaruhi 2 pengalaman :
1. kesadaaan akan sensasi fisiologis
2. kesadaraan bahwa ia gugup dan takut.
!! Mempengaruhi viseral,motorik,pikiran, persepsi,
dan pembelajaraan.
Cenderung menimbulkan kebingunan dan distorsi
persepsi
!! Cenderung memperhatikan hal tertentu dalam
lingkungannya dan mengabaikan hal lain,upaya
membenarkan kalau mereka menanggap situasi
itu menakutkan.

EPIDEMIOLOGI
National comorbidity study:
Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5
%)
Laki-laki (prevalensi seumur hidup 19,2 %)
Menurun prevalensinya = meningkat sosial
ekonomi.

DSM-IV-TR

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Gangguan anxietas mencakup:


Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia
Agrofobia tanpa riwayat gangguan panik
Fobia spesifik dan sosial
Gangguan absesif kompulsif
Gangguan strss pasca trauma
Gangguan strss akut
Gangguan anxietas menyeluruh
Gangguan anxietas medis umum
Gangguan anxietas di induksi zat
Gangguan anxietas tidak tergolongkan

1. Gangguan panik dan


agrofobia
Gangguan

panik : serangan
panik yang tidak diduga, spontan
terdiri atas priode rasa takut intens
yang hati-hati dan bervariasi dari
jumlah serangan sepanjang harisedikit sepanjang tahun.

Gangguan

panik biasanya di sertai


Agrofobia

Epidimiologi
Prevalensi seumur hidup:
1. Gangguan panik: 1,5-5 %
2.
Serangan panik: 3-5,6 %
Wanita > 2-3 kali = laki-laki
Paling lazim terjadi usia dewasa muda (25
tahun) !! Bisa seumur hidup.

ETIOLOGI
1. Faktor biologis
2. Faktor genetik
3. Faktor psikososial.

Kriteria DSM-IV-TR untuk


serangan panik

Suatu priode takut atau ketidak nyamanan yang


intens, tiba-tiba, timbul 4 atau lebih dengan
puncak 10 menit.

1. palpitasi
2.berkeringat
pingsan
3. gemetar

10. rasa tersedak


11. rasa pusing,ringan,
12. derealisasi/depersonalisasil

4. rasa nafas pendek/tercekik


5. nyeri/tdk nyaman di dada
6. mual/ gangguan abdomen
7.rasa takut kehilangan/gila
8.takut mati
9.parestesi dan mengigi

Diagnosis DSM-IV-TR gangguan


panik tanpa agorafobia
A. Mengalami 1 dan 2
1. Serangan panik berulang dan tidak terduga
2. Paling sedikit 1 serangan telah dikuti
selama 1 bulan :
a. Kekhawatiran menetap akan mengalami
serangan tambahan.
b. Khawatir akan akibat atau konsekuensi
serangan
c. Perubahan prilaku bermakna terkait
serangan.

B. Tidak ada agrofobia


C. Serangan panik tidak disebabkan efek
fisiologis langsung zat, keadaan medis
umum.
D. Serangan panik tidak dimasukan
kedalam gangguan jiwa lainnya ( fobia
sosial dll)

Diagnosis DSM-IV-TR gangguan


panik dengan agorafobia
A. Mengalami 1 dan 2
1. Serangan panik berulang dan tidak terduga
2. Paling sedikit 1 serangan telah dikuti
selama 1 bulan :
a. Kekhawatiran menetap akan mengalami
serangan tambahan.
b. Khawatir akan akibat atau konsekuensi
serangan
c. Perubahan prilaku bermakna terkait
serangan.

B. Ada agrofobia
C. Serangan panik tidak disebabkan efek
fisiologis langsung zat, keadaan medis
umum.
D. Serangan panik tidak dimasukan
kedalam gangguan jiwa lainnya ( fobia
sosial dll)

Diagnosis DSM-IV-TR agorafobia


A.

B.

C.

Ansietas saat berada di tempat atau situasi


yang jalan keluar sulit,tidak ada pertolongan
saat mengalami panik, gejala mirip panik.
Rasa takut agorofobia khas melibatkan
kelompok khas situasi yang mencakup
berada jauh dari rumah sendirian,berada di
keramaian mengantri.
Situasi tersebut dihindari /dijalani dengan
penderitaan yang jelas dengan ansietas.
Ansietas tidak disebabkan gangguan jiwa
lainnya ( fobia sosial)

Diagnosisi banding :
Gangguan panik
Gangguan medis
Gangguan jiwa
Fobia sosial dan spesifik

Prognosis gangguan panik dan


agorafobia
Gangguan panik awitan saat kanak,remaja
awal, usia pertengan , umumnya kronis
30-40% : Bebas gejala bebas
50% : gejala yang cukup ringan
10-20% : gejala yang bermakna

Terapi
Farmakoterapi
Selective serotonin reuptake inhibitor
paroksetin,fluoksamin, sertalin
Benzodiazepin lorazepam, klonazepam juga
efektif
Obat trisiklik dan tetrasiklik clomipramine
dan imipramine.
Monoamine oxidase inhibitors fenelzin,
tranilsipromin.
A.


1.

2.

a.
b.
c.

B. Terapi Prilaku dan Kognitif


Instruksi mengenai keyakinan salah pasien
mengenai serangan panik.
instruksi mengenai keyakinan yg salah
berpusat pada kecendrungan pasien untk
salah mengartikan sensasi tubuh ringan,
Aplikasi relaksasi
Pelatihan pernafasan
Pajanan in vivo

C. Terapi psikososial lain


1. Terapi keluarga
2. Psikoterpi berorientasi tilikan
3. Psikoterapi kombinasi dan farmakoterapi.

Fobia spesifik dan fobia


sosial
Fobia : mengacu pada rasa takut yang
berlebihan terhadap objek, situasi, atau
keadaan tertentu.
Fobia spesifik : rasa takut yang kuat dan
menetap akan suatu objek atau situasi.
Fobia sosial : rasa takut yang kuat dan
menetap akan situasi yang dapat
menimbulkan rasa malu.

Epidimiologi
Fobia spesifik perempuan > laki-laki ( 2:1)
Prevalensi 6 bulan sekitar 5-10 orang/ 100 orang.
Usia puncak awitan: jenis lingkungan alami &
jenis cedera-darah-suntik : 5-9 tahun
Jenis situasional : tua
Agorafobia : usia pertengan 20.
Fobia sosial prevalensi 6 bulan 2-3 orang/100
orang, wanita>laki-laki, usia puncak awitannya
lazimnya 5-35 tahun.

Etiologi
1. faktor prilaku pola menghindari situasi dan
objek untuk periode waktu yang lama.
2. psikoanalitik sigmund freud ( fungsi utama
ansietas : memeberikan sinyal kepada ego
dorongan terlarang yang tidak sadar
diekpresikan peringatkan ego memperkuat
dan menyusun pertahanan melawak kekuatan
insting yang menancam.
( histeria ansietas)
3. sikap counterphobic pola perilaku
melibatkan mekanisme defens (bermain dokter2
an)

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR


Fobia Spesifik
1. rasa takut berlebihan, nyata,menetap,tidak
beralasan,dicetuskan oleh adanya suatu objek
atau situasi spesifik
2. pajanan terhadap stimulus ansietas segera
3. menyadari ketakutannya yang berlebihan
4. situasi fobia dihindari atau dihadapi dgn
ansietas atau penderitaan
5. menganggu fungsi rutin normal, pekerjaan,
aktivitas, hubungan sosial
Untuk usia < 18 tahun, durasi sedikitnya 6 bulan.
6. tidak diakibtkan gangguan jiwa lainnya.

Tipe
Tipe hewan
Tipe lingkungan alami
Tipe cedera-darah-suntik
Tipe situasional
Tipe lain ( takut suara keras, kostum, takut
muntah ).

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR


Fobia Sosial

A. Rasa takut, menetap 1 atau lebih situasi


sosial atau penampilan saat seseorang
terpajan dengan orang lain. Individu takut
bertindak, takut dipermalukan.
B. Hampir selalu mencetuskan ansietas
C. Menyadari rasa takutnya
E. Situasi sosial yang dihadapi dengan ansietas
atau penderitaan
F. Menganggu fungsi rutin,aktivitas,hubungan
sosial
G. Tidak disebabkan zat,keadaan medis umum
yang tdk dapat digolongkan gangguan jiwa.

Diagnosis banding
Fobia spesifik hipokondriasis, obesesifkompulsive, kepribadian paranoid.
(hipo vs fobis spesifik : suatu penyakit)
( OCD vs fobis spesifik: menghindari pisau)
Fobia sosial depresi berat, gangguan
kepribadian skizoid.

Terapi
1. terapi prilaku
2. psikoterapi berorientasi tilikan
3. fobia spesifik : terapi pajanan( relaksasi,
kendali pernafasan ,terapi kognitif
fobia sosial: obatnya 1) SSRI 2)
benzodiazepin 3) venlafaksin 4) Buspiron
( memperkuat terapi SSRI).

Gangguan obesesif
kompulsif

OCD : gejala obsesi berulang yang cukup berat


hingga menimbulkan penderitaan yang jelas
pada orang yang mengalaminya, menganggu
fungsi rutin normal, pekerjaan ,aktivitas
Obesesi : pikiran,perasaan, gagasan,atau sensai
berulang dan menganggu.
Kompulsif: prilaku yang disadari, standar,
berulang, spt menghitung, memeriksa,
menghindar.
!! Dapat tidak mempengaruhi ansietas bahkan
dapt meningkatkan.

Epidemiologi
Orang dewasa : laki=perempuan
Remaja : cenderung laki> perempuan.
Usia awitan: laki-laki : 19 tahun ,
perempuan 22 tahun
Sekitar 2/3 memiliki awitan sebelum usia 25
tahun. < 15% setelah usia 35 tahun
Paling dini usia 2 tahun.
Lebih sering pada lajang
Lebih sering pada ras kulit hitam

Etiologi
1. faktor biologis
Sistem serotonergik : disregulasi serotonin
Sistem noradrenergik: disfungsi sistem
noradrenergik
Neuroimunologi
2. Studi pencitraan otak PET (positron emission
tomography) meningkat aktivitas di lobus
frontalis, ganglia basalis dan cingulum .
3. Genetik
4. Faktor prilaku obesesi: stimulus yang dipelajari
Kompulsi: tindakan untk mengurangi ansietas
dengan pikiran obsesional.
5. Faktor psikososial.

Gambaran klinis
Tampilan obsesi dan kompulsi heterogen,dan
memiliki 4 gejala utama:
1. kontaminasi : mencuci tangan
2. keraguan patologis : memeriksa kondisi
rumah
3. pikiran yang menganggu : pikiran tindakan
seksual atau agresif sehingga melaporkan
dirinya ke polisi, pendeta, ustdz.
4. simetri : makan dan mencukur berjam-jam.
5. gejala lainnya : obsesi religius,
trikotilomania, mengigit-gigit kuku.

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR


OCD

1.

2.

3.

4.

A. Baik obsesi atau kompulsi


pikiran,impuls aau bayangan berulang,
menetap pd suatu waktu,meganggu dan
dapat menimbulkan ansietas atau distres.
pikiran,impuls atau bayangan mengenai
kekhawatiran masalah kehidupan nyata.
Berusaha mengabaikan dan menekan
impuls tersebut.
Menyadari bahwa pikiran,impuls atau
bayangan obsesinal berasal dari pikiran
mereka sendiri.

Kompilsi yang dijelaskan 1 dan 2


1. Prilaku berulang atau tindakan mental yang
harus dilakukan sebagai respon obsesi
2. Prilaku atau tindakan mental ditujukan untuk
mencegah penderitaan. Dan tidak berkaitan
secara realistik
B. Pada suatu titik mereka menyadari ini
merupakan hal yang berlebihan atau tidak
beralsan.
C. Menyebabkan distres nyata, memakan waktu,
meganggu rutinitas,hub sosial secara signifikan.

D. Jika terdapat gangguang aksis 1 maka isi


obsesi dan kompulsi tidak terbatas pada hal
tersebut .
E. Tidak disebabkan gangguan zat ,efek
fisiologis, kondisi medis umum.
!! Tentukan tilikan buruk
!! Pemeriksaan status mental.

Diagnosisi banding
Kondisi medis gangguan epilepsi lobus
temporalis dll.
Gangguan tourette 90% orang taurette
memiliki gejala OCD.
Keadaan psikiatri lainnya hipokondriasis,
gangguan pengendalian impuls.

Terapi
A.Farmakoterapi SSRI ( flouxetine,
sitalopram dll) dosis yang lebih tinggi lebih
memberikan efek menguntungkan (karna
efek sampingnya sementara dari pada obat
trisiklik)
Clomiperamine
Obat lain penambahan valpoat,litium
B.Terapi prilaku
C. Psikoterapi berorientasi tilikan.

Gangguan stres pasca trauma


dan gangguan stres akut
Gangguan strss pasca trauma: suatu
sindrom yang timbul setelah seseorang
melihat, terlibat,mendengar stresor
taumatik yang ekstrem.
!! Gejala bertahan 1 bulan dan
mempengaruhi kehidupan secara
signifikan.

Epidiomoilogi
PTSD Muncul diusia berapun paling
sering pada usia muda.
Pada wanita : 10-12 %
Pada laki-laki : 5-6 %
Etiologi Stresor

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR


Gangguan stres pasca trauma
A.

Terpajan peristiwa traumati dan ke 2 hal


ini ada
1. mengalami, menyaksikan, atau
dihadapkan dengan peristiwa yg melibatkan
kematian atau cedera serius yang
mengancam integritas fisiknya ataupun orang
lain.
2. respon melibatkan rasa takut yang intens,
tidak berdaya, atau horor

1.
2.
3.

4.
5.

B. Peristiwa traumatik secara terus-menerus


dialami kembali pada 1 atau lebih:
Mengingat kembali distress
Mimpi berulang penderitaan
Merasakan atau bertindak seolah-olah
terjadi kembali
Penderitaan psikologis yang intens
Reaktivasi fisiologis pada pajanan internal
atau eksternal yang menyimbolkan aspek
peristiwa traumatik.

C. Penghindaran persisten stimulus yang


berkaitan dengan trauma, ditunjukan 3 atau
lebih :
1. Upaya menghindari
pikiran,perasaan,pembicaraan tentang trauma
2. Upaya menghindari aktivitas,tempat,orang
yang membangkitkan ingatan tentang trauma
3. Ketidakmampuan mengingat kembali aspek
penting trauma
4. Minat atau partisipasi berkurang nyata pd
aktivitas yg signifikan
5. Perasan menjadi asing dari orang lain
6. Afek terbatas
7. Rasa masa depan yang memendek.

D. Menetapnya beberapa keadaan , sepeti


ditunjukan 2 atau lebih :
1. Sulit tidur
2. Ledakan kemarahan
3. Sulit berkonsentrasi
4. Hypervigilance
5. Resspon kaget yang berlebihan.
E. Durasi gangguan B,C,D lebih dari 1 bulan
Gangguan menimbulkan penderitaan dan
gangguan area fungsi sosial, pekerjaan
!! Akut : < 3 bulan
!!kronik : > 3 bulan

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR


Gangguan stres akut
A.

Terpajan peristiwa traumati dan ke 2 hal


in 1. mengalami, menyaksikan, atau
dihadapkan dengan peristiwa yg melibatkan
kematia atau cedera serius yang mengancam
integritas fisiknya ataupun orang lain.
2. respon melibatkan rasa takut yang intens,
tidak berdaya, atau horor

1.
2.
3.
4.
5.

B. Saat mengalami atau setelah peristiwa


menimbulkan penderitaan, memiliki 3
gejala disosiatif:
Rasa lepas, gak ada respon emosional
Menurun kesadaraan
Derealisasi
Depersonalisasi
Amnesia disosiatif

1.
2.
3.
.
.
.

C. Peristiwa traumatik secara terus-menerus


dialami kembali pada 1 atau lebih:
Mengingat kembali distress
Mimpi berulang penderitaan
Merasakan atau bertindak seolah-olah terjadi
kembali
D. Penghindaran stimulus
E. Gejala ansietas meningkat
F. Gangguan menimbulkan distres yang
secara klinis bermakna /hendaya dalam area
fungsi sosial.
G. Gangguan min 2 hari max 4 minggu
terjadi setelah traumatik
H. Tidak disebabkan gangguan zat ,efek
fisiologis, kondisi medis umum.

TERAPI
Faemakoterapi
SSRI ( Sertalin dan paroksetin ) lini pertama
Psikoterapi
Terapi prilaku, terapi kognitif, dan hipnosis
Disamping terapi individu terapi kelompok
dan keluarga jga efektif pada kasus PTSD.

Gangguan ansietas
menyeluruh

ansietas dan kekhawatiran yang


berlebihan mengenai peristiwa atau
aktivitas hampir sepanjang hari selama 6
bulan.

!! Berkaitan dengan gejala somatik,


menimbulkan penderitaan dan hendaya
pada area penting dalam hidupnya

Epidemiologi
Dalam 1 tahun berkisar 3-8 %
Perempuan>laki-laki (2:1)
Tapi prevalensi rawat inap (1:1)
Prevalensi seumurhidupnya 45 %

Etiologi
1. Faktor biologis Efektivitas benzodiazepim
2. faktor psikososial
Kelompok Prilaku- kognitif : memberikan
respon pada hal2 yg tidak akurat dan benar
sebagai bahaya, ketidakakuratan timbul
melalui perhatian selesktif pada hal-hal kecil
negatif di lingkungan, dengan distorsi proses
informasi dan pandangan negatif terhadap
kemampuan beradaptasi.
Kelompok psikoanalitik : ansietas gejala konflik
yg tdk disadari dan tidak terselesaikan.

Diagnosis
A. Ansietas berlebihan,setiap hari selama 6 bulan
mengenai sejumlah kejadiaan atau aktivitas.
B. Merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
C. Ansietas dikaitkan dengan 3 atau lebih :
1. gelisah/merasaterpojok
2. mudah merasa lelah
3. sulit kosentrasi/pikiran kosong
4. otot tegang
5. gangguan tidur.

D. Fokus ansietas tidk terbatas hanya pada


gambaran gangguan aksis 1
E. Menyebabkan distres yang secara klinis
bermakna atau hendaya hendaya sosial,
pekerjaan,
F. Tidak disebabkan gangguan zat ,efek
fisiologis, kondisi medis umum.

Terapi
Psikoterapi prilaku-kognitif, suportif dan
psikoterapi beorientasi tikikan diri.
Farmakoterapi buspiron, benzodiazepin,
SSRI , obat lain dapat berguna trisiklik
( anihistamin, imipramin)
Dilihat terapi 6- 12 bulan bisa jangka
panjang, sumur hidup,
25 % kambuh dibulan pertama setelah
penghentian terapi.

Gangguan ansietas akibat


medis umum
bisa berupa gejala serangan panik,
ansietas menyeluruh, obsesi kompulsi,
tanda distres pada semua kasus disebabkan
efek fisiologis langsung keadaan medis.
Etiologi
hipertiroidisme,hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme, defisiensi vit B 12,
Gangguan jantung panik
Hipoglikemi seperti gangguan ansietas
dll.

Diagnosis
A. Ansieta, serangan panik, obsesi maupun
kompulsi menonjol dan mendominasi
gambaran klinis
B. terdapat bukti merupakan ganganguan
fisiologis.
C. Tidak di sebabkan gangguan jiwa lainnya
D. Menyebabkan distres yang secara klinis
bermakna atau hendaya hendaya sosial,
pekerjaan,

Tentukan jika!!
Dengan ansietas menyeluruh
Dengan serangan oanik
Dengan gelaja obsesif kompulsi
Pemberian kode pada aksis satu
mencakup nama medis umum seperti:
Gangguan anisetas akibat feokromositoma
Pada aksis 3 dibuat lagi diangnosis kondisi
medisnya.

Terapi

Terapi medis yang mendasari.

Gangguan ansietas yang


dicetuskan zat

gangguan jiwa yang dicetuskan zat


dalam kategori sindrom gangguan jiwa yang
relevan.

Diagnosis
A. Ansietas, serangan panik, atau obsesi
maupun komopulsi yang menonjol dan
mendominasi gambaran klinis
B. Terbukti dari anamnesis, penfis dan lab
baik 1 dan 2:
1. Gejala pada kriteria A timbul selama atau
dalam 1 bulan sejak intoksikasi atau putus
obat
2.
penggunaan obat secara etiologi terkait
denan gangguan ini

C. Gangguan ini tidak disebabkan selain


pengunaan zat
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi ketika
delirium saja
E. Gangguan menimbulkan penderitaan
secara klinis bermakna, hendaya dalam
area fungsi hidup sosial, pekerjaan .

Terapi

Menyingkirkan zat yang terlibat yang


menyebabkan gangguan ini

Gangguan anisietas yang tidak


tergolongkan
tidak memenuhi kriteria gejala ansietas
pada DSM-IV-TR tapi memiliki gejala
gangguan ansietas.
Pasien dengan keadaan gejala ansietas dan
depresi tapi tidak memenuhi kriteria
diagnostik gangguan ansietas dan mood.

Diagnosis
1. Gangguan campuran ansietas depresi :
secara klinis gejala bermakna namun tidak
memenuhi kriteria gangguan mood spesifik
atau ansietas spesifik.
2. Gejala fobia sec klinis bermakna yang
berkaitan dengan dampak sosial karena
memiliki keadaan medis umum atau angguan
jiwa ( parkinson)
3. situasi dengan gangguan cukup berat,
sehingga butuh diagnosis gangguan ansietas
tapi org tersebut gagal melaporkan cukup
gejala guna memenuhi kriteria lengkap
gangguan ansietas spesifik apa pun

4. situasi klinis telah menyimpulkan bahwa


terdapat gangguan anisetas tetapi tidak
mampu membedakan apakah tersebut
gangguan primer,akibat medis umum,atau
dicetuskan zat.

Gangguan disosiatif

Gangguan disosiatif dipertimbangkan


sebagai mekanisme pertahanan diri
terhadap menghadapi trauma psikologik.
Gangguan disosiasi dibedakan atas 4:
1. amnesia disosiatif
2. fugue disosiatif
3. gangguan identitas disosiatif
4. gangguan depersonalisasi

1. Amnesia disosoatif
Adalah ada gejala amnesia,
Kuncinya : ketidakmampuan dalam mengingat
kembali informasi yang penuh stres atau
traumatik di dalam hidupnya.
Bentuk umumnya : indentitas personal.,tapi
ingatan tentang informasi umum masih segar.
Etiologi pendekatan psikoanalitik: mekanisme
pertahanan diri, ksadaran individu berubah
sebagai cara untuk menyelesaikan konflik
emosional atau stresor dari luar.

Bentuk-bentuk
1. amnesia yang terlokalisir : plg sering,
kehilangan ingatan untuk suatu peristiwa
dalam waktu singkat ( jam / hari)
2. amnesia umum : ditandai dengan
hilangnya memori dari seluruh periode
amnesia
3. amnesia selektif : ditandai dengn
kegagalan untuk mengingat beberapa
bagian bukan keseluruhan dari peristiwa
yang terjadi dalam waktu singkat.

Diagnosis DSM-IV-TR
1. Gangguan yg predominan adalah satu
/lebih episode tdk mampu mengingat
informasi personal yang penting, biasanya
keadaan traumatik / penuh stres .
2. Gangguan bukan bagian khusu dari
gejala gangguan identitas, disosiasi fugue,
ptsd, gangguan stres akut atau efek
fisiologis dari zat .
3. Gejala tersebut menyebabkan distres
/hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dll.

Pronosis biasanya hilang


mendadak,penyembuhan komplit dan sedikit
kekambuhan.
Penatalaksanaan
Saat wawancaraan cari taruma psikologis
Pemberian barbiturat jangka pendek
(thiopental) membantu pasien memulihkan
ingatan.
Hipnoterapi untuk relaksasi
Jka pasien sudah mengingat memori,
masukan ingatan tersebut dalam kesadaran
mereka ( psikoterapi)

2. Fugue disosiatif
Lebih bertujuan
Pasien meninggalkan rumah atau situasi
tertentu dan gagal mengingat aspek
penting dari identitasnya ( nama, famili,
pekerjaan)
Etiologi
Predisposisi : gangguan mood dan
gangguan kepribadian tertentu.
Faktor motivasi ; ingin menarik diri dari
pengalaman emosional yang menyakitkan.

Diagnosis
A. Gangguan predominan terjadi perjalanan
mendadak yang tidak diharapkan,
pekerjaan, keluarga, dan ia tdk mampu
mengingat masa lalunya.
B. Kebingungan tentang identitas personal
C. Gangguan tidak terjadi secara khusus
selama perjalanan gangguan identitas dan
tidak disebabkan efek zat, kondisi medik
umum.
D. Menyebabkan distres yang bermakna.

Prognosis :
Terjadi dalam waktu pendek, beberapa jamhari,jarang sampai beberapa bulan ,
perbaikan fugue disosiatif spontam cepat
dan jarang terjadi kekambuhan.

Gangguan identitas
disosiasif
gangguan kepribadian ganda , gangguan
disosiasi kronik dan penyebab khas yaitu
kejadian traumatik masa lalu , biasa
kekerasan fisik ,seksual.
gangguan disosiasif yang paling serius
Epidemiologi ; 0,5 -2 %

Diagnosis
A. Adanya 2 atau lebih identitas atau
kepribadian yang berbeda
B. Paling sedikit 2kepribadian, berulang dan
mengambil ahli prilaku
C. Tidak mampu mengingat infromasi
personal yang penting yang bisa dijelaskan
oleh orang lupa biasanya.
D. Gangguan tdk disebabkan fisiologik,
pengunaan zat, kondisi medik umum dll.

Pronosis
Dapat timbul masa kanak-kanak disertai
peiode depresi, halusinasi suara, perubahan
tingkat kemampuan, prilaku bunuh diri dan
menyakiti diri sendiri.
Makin awal timbul gejala prognosis makin
buruk.

Gangguan depersonalisasi
Gangguan persisten, berulang,dalam
persepsi tentang realitas diri yang hilang
dalam waktu tertentu. Seperti dirinya robot
atau terpiah dari tubuhnya dan ia
menyadari gejala tidak sesuai dengan
realita.
Depersonalisasi merasa tubuh /dirinya
tidak nyata /asing
Sering terjadi

Etiologi
Faktor psikologis
Neurologik
Penyakit sistemik ( gangguan
thyroid,pangkreas)
Epilepsi ,tumor otak

Diagnosis
A. Pengalaman yang persisten, berulang
merasa terpisah dari dirinya.
B. RTA masih utuh
C. Menyebabkan distres atau kesulitan
dalam sosial,pekerjaan, fungsi penting
dalam hidupnya
D. Depersonalisasi tidak terjadi selama
gangguan mental lainnya.

GANGGUAN
SOMATOFORM

Gangguan mencakup interaksi tubuhfikiran


(body-mind).
b. Pemfis + lab tidak sesuai dengan
keluhan pasien.
c. Meliputi 5 hal : Gangguan Somatisasi,
Gangguan Konversi, Hipokondriasi, Body
dysmophic disorder, Gangguan Nyeri.
a.

Gangguan Somatisasi
Karakteristik :
a. Keluhan pasien meliputi Gastrointestinal,
Seksual, Saraf dan bersifat kronis.
b. Berkaitan dengan stessor psikologis
c. Hendaya di bidang okupasi dan sosial
d. Mencari pertolongan medis yang
berlebihan.
e. Wanita: Pria= 5:1 . < 30 tahun ( remaja)

Etiologi
a. Psikososial : penyebab tidak diketahui, gejala
merupakan bentuk komunikasi untuk
mengekspresikan emosi.
b. Biologis: Adanya transmisi genetik gangguan
somatisasi.
Gambaran Klinis
c. Banyak keluhan ( mual,muntah,sesak dll).
d. Adanya gangguan pseudoneurologik
( kelemahan, gangguan keseimbangan,
penglihatan kabur, pingsan).
e. Interpersonal menonjol dan tampak mandiri,
haus penghargaan. Sering mengancam
bunuh diri, muatan emosi berlebihan.

Diagnosis DSM-IIV-TR:
a. < 30 tahun
b. Memenuhi : (1) 4 gejala nyeri, (2) 2 gejala
GI, (3) 1 gejala seksual, (4) 1 gejala
pseudoneurologik , dan tak satupun dapat
dijelaskan dengan pemfis +lab.
c. Salah satu dari 1 atau 2
d. Tidak berpura pura.

Perjalanan penyakit:
]a. Dimulai saat remaja diagnosis biasanya
sebelum 25 tahun. Kronis
b. Keluhan dini keluhan menstruasi
c. Keluhan ringan 9-12 bulan, gejala berat 6-9
bulan.
d. Sebelum setahun sudah mencari
pertolongan medis.
Terapi : 1 dokter, interval pertemuan
1x/bulan, psikoterapi, terapi psikofarmaka
dianjurkan bila ada gangguan lain ketat
pengawsan, karna pengguanan cenderung
irasional.

GANGGUAN KONVERSI
a.

b.

c.

d.

Adalah gangguan fungsi tubuh yang tidak


sesuai dengan anatomi, fisiologi SSP dan
SST.
Histeria = gangguan koversi dengan
gangguan somatisasi.
Epidemiologi menurut DSM-IV-TR 11-500
kasus/100.000 populasi.
Wanita:pria =2:1 sampai 10:1, paling
sering pada usia dewasa muda.

Etiologi
Faktor psikodinamik
represi konflik-konflik intrapsikis yg tdk
disadari dan konversi dari kecemasan
kedalam gejala fisik.
Konflik terjadi dorongan instink
(seksual/agresi) melawan larangan untuk
diekspresikan melalui gejala-gejala yang
muncul namun tersamar,
Exp:

Gambaran klinis
Gejala sensorik sering timbul anestesi
dan parastesi
Gejala motorik gerak abnormal gangguan,
gaya jalan, paralisis.
Gejala bangkitan psudo-sizures
Gangguan primer
Gangguan sekunder mengambil
keuntungan nyata dengan menjadi sakit.
La belle indifference sikap angkuh yg tdk
sesuai dengan gejala serius yang
dialaminya

Diagnosis
1 atau lebih gejala yang melibatkan fungsi
motorik volunter atau sensorik yang
diperkiraan sebagai kondisi neorologis
Berkaitan dengan faktor psikologis dimulai
dengan konflik atau stresor
Gejala defisit tdk sengaja dibuat-buat
Gejala /defisit tidak dapat dijelaskan dengan
kondisi medis umum, suatu zat atau karna
sebuah kultur.
Menyebabkan penderitaan dan hendaya yang
bermakna
Gejala/defisit tdk hanya pada nyeri dan
disfungsi seksual dan bukan karna gangguan
mental lainnya.

terapi
Psikoterapi suportif beorientasi tilikan atau
prilaku
Hipnosis, anti cemas dan terapi relaksasi
sangat membantu.
Pendekatan psikodimanik seperti
psikoanalisi dan psikoterapi.

HIPOKONDRIASIS
a.

b.

c.
d.

Seseorang yang berpreokupasi dengan


ketakutan dan keyakinan.
Penderita yakin sedang menderita penyakit
serius.
Menimbulkan penderitaan bagi dirinya.
Dapat terjadi pada berbagai usia, tersering
20-30 tahun.

Etiologi :
a. Salah menginterpretasikan sensasi fisik.
Ex. Rasa kembung diinterpretasikan
sebagai sakit perut.
b. Mendapatkan peran sakit : ini memberi
peluang untuk menghindari kewajiban
berat. (model pembelajaran sosial).
c. 80% pasien depresi dan cemas.
d. Agresivitas dan permusuhan yang
ditujukan pada orang lain dipindahkan
lewat keluhan somatik ( teori
psikodinamik).

Gambaran Klinis:
a. Sangat yakin kalau dirinya sakit.
b. Keyakinan bertahan walau hasil pemfis dan
lab negatif.
c. Meskipun DSM menetapkan hypokondriasi
harus sudah berlangsung < 6 bulan,
namun ada yang tiba tiba setelah adanya
tekanan.

Diagnosis :
a. Ketakutan memiliki penyakit serius
b. Menetap walaupun sudah dibuktikan
secara medis
c. Keyakinan pada A tidak berupa waham
d. Menimbulkan penderitaan secara klinis,
sosial, dan pekerjaan.
e. Lama nya sekurang kurangnya 6 bulan.
f.
Bukan disebabkan cemas menyeluruh,
gangguan obsesi komplusif, gangguan
panik, dan somatoform lainnya.

Perjalanan penyakit:
a. Episodik. Berbulan bulan hingga tahuan.
Ada fase tenang yang sama lamanya.
b. Prognosis baik pada gol ekonomi
menengah keatas, pengobatan untuk
cemas dan depresi, awitan mendadak,
tidak ada gangguan kepribadian.
Terapi :
c. Psikoterapi
d. Pemeriksaan fisik teratur membantu
menenangkan pasien.
e. Farmakoterapi bila disertai cemas, depresi,
gangguan mental primer.

BODY DISMORPHIC
DISORDER
Karakteristik:
a. Pasien merasa penampilannya buruk,
padahal normal dan baik.
b. Takut jika dirinya tak menarik dan
menjijikan.
c. Sulit diredakan dengan penentraman dan
pujian.
d. Umumnya usia 15-30 tahun, wanita > pria.
e. Biasa disertai dengan ganguan mental
lainnya.

Etiologi:
a. Belum diketahui, diduga terdapat peran
serotonin.
b. Tergantung konsep kecantikan yang dianut
keluarga atu kulur tertentu.
Gambaran klinis:
c. Bagian tubuh yang menjadi keprihatinanan
biasanya cacat, kekurangan pada wajah,
hasrat pria untuk membesarkan otot
tubuhnya.
d. Gejala lain berupa waham rujukan tentang
orang orang yang memperhatikan cacat
tubuhnya, sering bercermin, menyembunyikan
tubuh yang dianggap deformitas.

Diagnosis:
a. Preokupasi dengan cacat. Bila anomali
ringan, keprihatinan berlebihan.
b. Mengakibatkan penderitaan dan hendaya
sosial, pekerjaan, dll.
c. Preokupasi bukan karena gangguan mental
lainnya.
Perjalanan Penyakit:
d. Bertahap, akan semakin menjadi jadi
hingga butuh bantuan medis. Kronik bila
tidak diobati.

Terapi :
a. Pembedahan plastik biasanya tidak
berhasil mengatasi keluhan.
b. Obat yang bekerja pada serotonin
mengurangi gejala minimal 50%.
c. Apabila dibarengi gangguan depresi atau
cemas, diatasi dengan farmakoterapi dan
psikoterapi memadai.

GANGGUAN NYERI
Karakteristik:
a. Menurut DMS adalah nyeri yang
merupakan keluhan utama dan menjadi
fokus perhatian klinis.
b. Faktor psikologi sangat berperan
c. Gejala utama adalah nyeri satu tempat
atau lebih.
d. Wanita> pria

Etiologi:
a. Psikodinamik : nyeri tanpa penyebab fisik
b. Faktor prilaku : nyeri diperkuata apabila
dihargai atau diperhatikan.
c. Faktor interpersonal : nyeri dimanipulasi
untuk memperoleh keuntungan.
d. Faktor bilogis: adanya peran sistem saraf
dalam penyampaian sensasi nyeri.

Gambaran klinis:
a. Harus terdapat unsur psikologis untuk
menegakkan diagnosis.
b. Pasien menyalahkan rasa nyeri sebagai
sumber kesengsaraan.
Terapi:
a. Farmakoterapi : antidepresan trisiklik paling
ampuh menenangkan pasien.

diagnosis
A. Nyeri pada 1 tempat antomis/lebih menjadi
fokus utama
B. Nyeri menyebakan penderitaan klinis yang
bermakna /hendaya di bidang sosial,dan fungsi
penting lainnya
C. Faktor pikologis berperan aktif dalam awitan,
keparahan, atau bertahannya nyeri
D. Gejala atau defisit tidak dibuat sengaja atau
berpura-pura
E. Nyeri tidak dapat dijelaskan sebagaimana
gangguan suasana perasaan.

Beri kode : nyeri berasosiasi dengan faktor


psikologis
Golongkan :
1. akut : < 6 bulan
2. kronik :> bulan

Daftar pustaka
Kusumawardhani,
A.A.A.A.BukuAjar
Psikiatri
Fakultas KedokteranUniversitas
Indonesia. Badan Penerbit FK UI. Edisi ke 2,
Jakarta: 2013.
Maslim,
Rusdi dr.BukuSaku Diagnosis
Gangguan
Jiwa
Rujukan
Ringkasan
dariPPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atmajaya. Jakarta, 2001.

Trima kasih

Anda mungkin juga menyukai