Anda di halaman 1dari 18

RESIKO BUNUH DIRI

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Definisi Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku ”Keperawatan
Jiwa’ dinyatakan sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas
ini dapat mengarah pada kematian(2007). Bunuh diri juga merupakan
kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat
ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau
percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. (Yusuf,
Fitryasari, & Endang, 2015, hal. 140). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakan
keputusan terakhir dariindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008).
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk menciderai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme kopingyang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalanu untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).
2. Rentang Respon

Rentang respons, Yosep, Iyus (2009)


a) Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b) Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinyadianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
c) Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d) Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada..
e) Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
 Mempunyai ide untuk bunuh diri.
 Mengungkapkan keinginan untuk mati.
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
 Impulsif.
 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
 Verbal terselubung(berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
 Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
 Kesehatan mental(secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).

4. Etiologi
1) Faktor Predisposisi Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman
perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
a) Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
b) Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c) Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab maslah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut,
dan lain-lain.
d) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
e) Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh
diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotinin dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph(EEG).
2) Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress
berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian
hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah
melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh
diriataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.

5. Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
Pohon Masalah

6. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
a. Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg a)
1. Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dam melakukan kegiatan rutin.
2. Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem
ekstra piramidal.
3. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan
CNS Depresi.
4. Efek samping
 Sedasi
 Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung)
 Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas).
 Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
 Metabolik (Jaundice)
 Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang

b. Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
1. Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,
pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
2. Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis
kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan
sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti
emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada
pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60– 70%, kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam.
Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian
besar diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
3. Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif
terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
4. Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi
ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi
gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia,
takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi
hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine,
hiperpireksia, gangguan akomodasi.

c. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg a)
1. Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal
berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
2. Cara kerja Kerja
Obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua
neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat
asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan
kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat
pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
3. Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus
peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak
di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
4. Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan,
amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria,
dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah,
distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis
supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria,
kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti
depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
2) Psikoterapi Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005)
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
(Maramis, 2005)
4) Therapy Modalitas Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri danlatihan praktis
dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang
nyata. Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi
sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

7. Prinsip Tindakan Keperawatan


1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara :
 Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
 Berikan pu$ian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
 Meyakinkan pasien bah6a dirinya pentingd
 Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
 Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan)
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
 Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikanmasalahnya
 Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing:masingcara penyelesaian
masalah
 Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikanmasalah yang lebih baik

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
 Identitas
 Alasan masuk
 Status mental
2. Masalah Keperawatan
 Data Subjektif :
1) Klien mengatakan ingin diakui jati dirinya.
2) Klien mengatakan tidak ada lagi yang peduli dengannya.
3) Klien mengatakan tidak bisa apa-apa.
4) Klien mengatakan dirinya tidak berguna.
5) Klien mengkritik dirinya sendiri.
6) Klien mengatakan enggan berbicara duluan dengan orang lain.
 Data Objektif
1) Merusak diri sendiri
2) Masalah Utama Gangguan konsep diri
3) Menarik diri dari hubungan sosial
4) Tampak mudah tersinggung
5) Suara pelan dan tidak jelas.
6) Kurang energy
7) Kurang spontan
8) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)

3. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.

4. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri


A. Strategi Pelaksanaan Pasien
1) SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
ORIENTASI

Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya Denada Fransiska Mahasiswa
Keperawatan STIKes YARSI Sumbar Bukittingi. Apakah benar ini Ibu Y.
Ohh, senang dipanggil apa bu ? Ohh Ibu Y.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Y hari ini? Saya akan selalu menemani Ibu disini
mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan
saya untuk menemani Ibu selama dirawat di rumah sakit ini.

Kontrak (waktu, tempat, topik)


“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang ibu rasakan
selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin ibu sampaikan.
Bagaimana kalau kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan
berbincang – bincang? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang
Ibu?

KERJA
Bagaimana perasaan Ibu setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan
bencana tersebut Ibu merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Ibu
kehilangan kepercayaan diri? Apakah Ibu merasa tidak berharga dan lebih
rendah dari pada orang lain? Apakah Ibu sering mengalami kesulitan
untuk berkonsentrasi? Apakah Ibu berniat untuk menyakiti diri sendiri
seperti ingin bunuh diri atau berharap Ibu mati? Apakah Ibu mencoba
untuk bunuh diri? Apa sebabnya? Jika klien telah menyampaikan ide
bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk melindungi klien. Baiklah
tampaknya Ibu memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan
untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Ibu untuk
memastikan tidak ada benda- benda yang membahayakan Ibu. Nah,
karena Ibu tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Ibu, maka saya tidak akan membiarkan Ibu sendiri.
Apakah yang akan Ibu lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya,
saya setuju. Ibu harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini
untuk membantu Ibu. Saya percaya Ibu dapat melakukannya.

TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bincang – bincang selama ini ? Coba
ibu sebutkan cara tersebut ?

Rencana Tindak Lanjut


Ibu, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang
meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Ibu
bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama? Ibu, mau dimana
tempatnya?

2) SP 2 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat


bunuh diri ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Saya perawat
Nada.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Ibu miliki. Mau
berapa lama? Dimana? baiklah 30 menit disini ya bu.

KERJA
Apa saja dalam hidup Ibu yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau Ibu meninggal. Coba Ibu ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan Ibu. Keadaan yang bagaimana yang membuat Ibu
merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Ibu masih ada yang baik yang
patut Ibu syukuri. Coba Ibu sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Ibu
lakukan selama ini. Bagaimana kalau Ibu mencoba melakukan kegiatan
tersebut, mari kita latih.

TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saja yang Ibu patut syukuri dalam hidup Ibu? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Ibu jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan. Bagus Ibu. Coba Ibu ingat lagi hal-hal lain yang
masih Ibu miliki dan perlu di syukuri!

Rencana Tindak Lanjut


Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.
Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang
tidak terkendali segera hubungi saya ya!
3) SP 3 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Nada.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!

Kontrak (waktu, tempat, topik)


Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah
Ibu selama ini. Mau berapa lama Ibu? Mau disini saja?

KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat Ibu ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Ibu. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut Ibu cara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan Ibu. Sekarang kita buat rencana kegiatan
untuk mengatasi perasaan Ibu ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.

TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Ibu, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Ibu gunakan. Coba
Ibu melatih cara yang Ibu pilih tadi.

Rencana Tindak Lanjut


Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas
pengalaman Ibu menggunakan cara yang Ibu pilih.

4) SP 4 Pasien : Mendiskusikan harapan dan masa depan


ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Hida.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!

Kontrak (waktu, tempat, topik)


Sekarang kita akan berdiskusi tentang harapan dan masa depan ibu. Mau
berapa lama Ibu? Mau disini saja?

KERJA
Coba ceritakan apa harapan yang ingin ibu capai? Oh iyaa bagus ibu ingin
menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak ibu, ibu juga ingin
mencoba berjualan sayur di rumah setelah pulang dari RS.
TERMINASI
Evaluasi
Baiklah ibu sudah mengungkapkan harapan masa depan ibu, dengan
demikian kemungkinan ibu untuk bunuh diri dapat dicegah.
Rencana Tindak Lanjut
Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas
pengalaman Ibu menggunakan cara yang Ibu pilih.

B. Strategi Pelaksanaan Keluarga


1) SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat
pasien ORIENTASI
Salam Terapeutik“Selamat pagi !”perkenalkan saya Nada. Perawat yang
merawat ibuk Y.

Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”

Kontrak (waktu, tempat, topik


“Bagaimana kalau pagi ini kita ngobrol tentang masalah yang dihadapi
Bapak/ibu dalam merawat ibu Y? Berapa lama waktu Bapak/Ibu? 30
menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

KERJA :
“Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat ibu Y? ohh baiklah
ternyata ibu tidak mengetahuhi penyakit yang diderita ibu Y? Ibu Y
memiliki masalah resiko bunuh diri.” Oleh karena itu Ibu Y membutuhkan
perawatan untuk mengatasi penyakitnya. Maka dari itu ibu harus tau
bagaimana cara merawat Ibu Y”

TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?” oh iya ibu ingin
mengetahui bagaimana cara merawat ibu Y.”

Rencana Tindak Lanjut


“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk memberitahu bagaimana
penyakit RBD dan cara merawat ibu Y. Jam berapa Bpk/Ibu datang? Baik
saya tunggu. Sampai jumpa.”
2) SP 2 Keluarga : Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses
terjadinya risiko bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi !”perkenalkan saya Nada. Perawat yang merawat ibu Y.

Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”

Kontrak (waktu, tempat, topik)


“Bagaimanakalau pagi ini kita ngobrol tentang cara merawat ibu Y?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu? 30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”

KERJA
“Apa yang Ibu ketahui tentang masalah ibuk Y”.“Ya memang benar
sekali Bu, ibu Y mengalami resiko bunuh diri yaitu upaya yang disadari
untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan
berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Ibuk Y aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi , membenturkan kepala.”
Jika benar seperti itu sebaiknya ibu harus memperhatikan ibu Y agar
tidak melakukan hal-hal percobaan bunuh diri.”

TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?”. “Dapatkah Ibu
jelaskan kembali masalah yang dihadapi ibu Y dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”

Rencana Tindak Lanjut


“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada ibu Y” Jam berapa Bapak /Ibu
datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

3) SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri

ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Bapak/Ibu. Benar kalian adalah orang tua dari Ibu Y ?
Kenalkan saya perawat Denada Fransiska dari STIKes YARSI Sumbar
Bukittinggi yang merawat ibu Y selama disini.”

Validasi
Bagaimana bu sudah mengerti apa itu Resiko Bunuh Diri? Bagus sekali
ibu sudah mengerti.

Kontrak (waktu, tempat, topik)


Sekarang kita akan mendiskusikan tentang cara merawat ibu Y. Dimana
kita akan mendiskusikannya? Berapa lama bapak dan ibu ingin
mendiskusikannya?

KERJA
Apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku Ibu Y selama ini?. Bapak/Ibu
sebaiknya lebih sering memperhatikan tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapannya seperti “ saya tidak ingin hidup lagi”.
Apakah Ibu Y sering mengatakannya pak ?. Kalau bapak/ibu
mendengarkan Ibu Y berbicara seperti itu, maka sebaiknya bapak
mendengarkan secara serius. Pengawasan terhadap kondisi Ibu Y perlu
ditingkatkan, jangan biarkan Ibu Y mengunci diri di kamar. Bapak perlu
menjauhkan benda berbahaya seperti gunting, silet, gelas dan lain-lain.
Hal ini sebaiknya perlu dilakukan untuk melindungi Ibu Y dari bahaya
dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.
Usahakan 5 hari sekali bapak dan ibu memuji dengan tulus. Tetapi kalau
sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya bapak dan ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah ke rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah
kembali ke rumah, bapak/ ibu perlu membantu Ibu Y terus berobat untuk
mengatasi keinginan bunuh diri.

TERMINASI
Evaluasi
Subjektif: Bagaimana bapak/ibu ada yang mau ditanyakan? Evaluasi
objektif: Bapak/ibu dapat mengulangi lagi cara-cara merawat anggota
keluarga yang ingin bunuh diri? Ya, Bagus.

Rencana Tindak Lanjut


Jangan lupa untuk selalu mengawasi Ibu Y ya buk jika ada tanda-tanda
keinginan bunuh diri segera menghubungi kami. Terima kasih Bapak/Ibu.
Selamat Siang.

4) SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu. Masih ingat dengan saya? Iya saya perawat Nada.

Validasi
“Bagaimana kabar ibu? Sudah bisa kan merawat ibu Y?”

Kontrak (waktu, tempat, topik)


”Karena hari ini ibuk Y direncanakan pulang, maka kita akan
membicarakan jadwal Ibu Y selama di rumah” Berapa lama Ibu ada
waktu? Mari kita bicarakan di kantor

KERJA:
”Bu ini jadwal kegiatan Ibu Y selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Bu, jadwal yang telah
dibuat selama Ibu Y dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,
baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh ibu selama di rumah. Misalnya kalau Ibu Y terus
menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri
sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit
atau bawa ibu langsung kerumah sakit”

TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian
Bapak

Rencana Tindak Lanjut


Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen,Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1995.

Fitria,Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2015).Buku Ajar Keperawatan


Jiwa. (A. Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.

Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3)

https://www.academia.edu/37615001/LP_RESIKO_BUNUH_DIRI_fix.pdf

Anda mungkin juga menyukai