Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah


Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari
sebuah persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa
dalam proses penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab
pemasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui
pengmpulan data empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas
jawaban suatu masalah.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada
permasalahan dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara
mengumpulkan data dan informasi yang relevan. Dugaan atau perkiraan
semacam ini biasanya disebut dengan hipotesis.
Mereka yang berfikir bahwa ilmu adalah metode yang semata-mata
berpegang teguh kepada jalan fikiran induktif, yang melangkah secara
langsung dari fakta kepada penjelasan. Harus memperhatikan secara
seksama peranan dari hipotesis.
Hipotesis menyusun pernyataan logis yang menjadi dasar untuk
penarikan kesimpulan atau deduksi mengenai hubungan antara benda-
benda tertentu yang sedang di selidiki. Disamping itu, hipotesis dapat
menolong kita dalam memberikan lamaran dan menemukan fakta yang
baru. Penalaran deduktif, yang sedemikian penting dalam tahap hipotesis
ini, ditunjukan oleh pakta bahwa kebanyakan apa yang kita kenal sebagai
pengetahuan keilmuan adalah lebih bersifat teoritis daripada empiris, dan
bahwa lamaran tergantung kepada bentuk logika silogistik.
Dari pembahasan di atas kami tertarik untuk membahas lebih
dalam lagi mengenai Hipotesis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Hipotesis?
2. Apa saja jenis-jenis Hipotesis?
3. Apa Kegunaan Hipotesis?
4. Bagaimana Karakteristik Hipotesis?
5. Apa Dasar Perumusan Hipotesis?
6. Bagaimana Cara Merumuskan Hipotesis?
7. Bagaimana Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis Secara Umum?
8. Bagaimana Prosedur Pengujian Hipotesis?
9. Bagaimana Karakteristik Hipotesis yang Baik?

C.   Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari hipotesis
2) Untuk mengetahui jenis-jenis hipotesis
3) Untuk mengetahui kegunaan hipotesis
4) Untuk mengetahui bagaimana karakteristik hipotesis
5) Untuk mengetahui dasar perumusan hipotesis
6) Untuk mengetahui cara merumuskan hipotesis
7) Untuk mengetahui tahap-tahap pembentukan hipotesis secara
umum
8) Untuk mengetahui prosedur pengujian hipotesis
9) Untuk mengetahui karakteristik hipotesis yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah;
thesa=kebenaran. Jadi hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang
masih diragukan. Hipotesis dapat diartika sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
kebenarannya melalui data yang terkumpul.
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenaranya masih harus di uji secara empiris. Dalam
langkah-langkah peneliltian, hipotesis merupakan rangkuman dari
kesimpulan-kesimpulan teoretis yang di peroleh dari penelaahan
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian
yang secara teoritis di anggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenaranya.
Secara teknis, hipotesis dapat di definisikan sebagai pernyataan
mengenai populasi yang di uji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sample penelitian secara statistik. Hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan di uji melalui statistic
sample.
Secara implicit, hipotesis juga menyatakan prediksi, misalnya,
hipotesis yang menyatakan bahwa metode diskusi lebih baik daripada
metode ceramah secara implicit mengandung predikasi bahwa kelas-kelas
yang di ajar terutama dengan metode diskusi akan lebih baik hasil
belajarnya dari pada kelas-kelas yang diajar terutama dengan metode
ceramah.
Menurut Nana Sudjana, hipotesis berasal dari kata hipo, artinya
bawah dan tesis, artinya pendapat. Hipotesis berarti pendapat yang
kebenarannya masih belum meyakinkan. Kebenaran pendapat tersebut
perlu diuji atau dibuktikan.

3
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka
seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan
pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka…) sebentar lagi
hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudian hujan benar
turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut
hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis
sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis
juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa
diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu Proposisi inilah yang akan
membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian,
salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran,
yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam
pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan
terarah. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu
tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat tergantung kepada taraf
kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoritis yang mendasarinya. Dasar
teori yang kurang sehat (sound) akan melahirkan hipotesis yang di
prediksinya kurang tepat, dan sebaliknya.

4
B. Jenis-jenis Hipotesis
1. Hipotesis berdasarkan kategori rumusannya dapat di bagi atas dua
jenis yaitu :
a. Hipotesis penelitian ( Hipotesis alternatif ) atau hipotesis kerja

yang bisa di lambangkan dengan H , Menyatakan dadanya


saling hubungan antara dua variable atau lebih, atau menyatakan
adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok
yang berbeda. contohnya ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
Hipotesis ini ada dua macam yaitu :
1. Hipotesis Terarah
yaitu hipotesis yang di ajukan oleh peneliti, dmna peneliti duda
merumuskan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel
independent memang berpengaruh terhadapvariabel dependent.
Contohnya :siswa yang di ajar dengan metode incuiri lebih tinggi
prestasinya, di bandingan siswa yang di ajar dengan metode
diskusi.
2. Hipotesis Tak terarah
yaitu hipotesis yang di ajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak
belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap
variabel dependent. Franckel dan Wallen menyatakan bahwa
hipotesisini menggambarkan bahwapeneliti tidak menyusun
prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan di
lakukan. Contohnya : Ada perbedaan pengaruh penggunaan
metode incuiri dan diskusi terhadap prestasi belajar siswa.

b. Hipotesis Nol (H ) adalah hipotesis yang menyatakan tidak


adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih, atau
hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. contohnya tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi
belajar siswa.

5
2. Hipotesis Berdasarkan sifat variabel yang akan di uji

a) hipotesis tentang hubungan

yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara


dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. ada 3 bentuk
hubungannya yaitu :

 Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik, contohnya


hubungan antara kemampuan fisika dan kimia.
 Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik. contohnya
hubungan antara tingkat kekayaan dan kelancaran berusaha.
 Hubungan yang menunjuk pada sebab akibat, tetapi tidak
timbal balik. contohnya hubungan antara waktu PBM dengan
tingkat kejenuhan siswa

b) Hipotesis tentan Perbedaan.

yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu


pada kelompok yang berbeda.Hipotesis ini mendasari bebagaipenelitian
komparatif dan eksperimen. contohnya (1) Ada perbedaan prestasi belajar
siswa SMA yang di ajar dengan medode ceramah + tanya jawab dan
metode diskusi ( Eksperiment ). (2) Ada perbedaan prestasi belajar siswa
SMA di kota dan di desa ( komparatif ).

3. Hipotesis Berdasarkan lingkup vaariabel yang di uji


a. Hipotesis Mayor

yaitu hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabeldan seluruh


objekpenelitian. contohnya “ Ada hubunan antara keadaan sosial ekonomi
orang tua dengan prestasi belajarsiswa “.

6
b. Hipotesis Minor

yaitu hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari


hipotesis mayor. contohnya “ ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi siswa “ dan “ ada hubungan antara pendapatan
orang tua dengan prestasi belajar siswa “.

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan


masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk
rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif
(variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan).
Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu:
hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah deskriptif,
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada
waktu yang berbeda.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih.

C. Kegunaan Hipotesis
Secara garis besar, hipotesis memberikan beberapa kegunaan
dalam sebuah penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
peneliti;
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta;

7
3. Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai
tanpa koordinasi kedalam suatu kesatua penting dan menyeluruh;
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antar fakta (M. Nazir, 1999 : 183).
5. Memfokuskan masalah
6. Mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk di kumpulkan.
7. Menunjukan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang
akan di gunakan.
8. Menjelaskan gejala sosial
9. Mendapat kerangka penyimpulan, dan
10. Merangsang penelitian lebih lanjut

Dalam konsep mengenai hipotesis yang peranannya sangat


menentukan dalam metode keilmuan, kita menemukan baik unsur epiris
maupun unsur rasional di dalam konsep ini, pertama-tama harus terdapat
data empiris dalam bentuk fakta yang dapat di amati dan diukur, di
samping itu harus terdapat pula konsep yang bersifat kategori yang
memisahkan macam-macam data logis dan kemudian menyusunnya
sedemikian rupa sehingga kemungkinan hubungan-hubungnnya dapat di
jajagi.

D. Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan
dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata. Untuk dapat
memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk
menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan

8
sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar
dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara
empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua
variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel
independen dan variabel dependen.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara
empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas
menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau
fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai
makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki
peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di
dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau
dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang
valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji
dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada
metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk
mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis
data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang
menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus
memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel
dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif).

9
Sementara menurut Moh.Nazir ciri-ciri hipotesis yang baik yaitu :
a) Harus menyatakan hubungan.
b) Harus sesuai dengan fakta.
c) Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan.
d) Harus dapat diuji.
e) Harus sederhana.
f) Harus bisa menerangkan fakta.

Dengan demikian secara umum, hipotesis yang baik harus


mempertimbangkan fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak
bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptak

E. Dasar Perumusan Hipotesis


Secara sederhana, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
dirumuskan atas dasar terkaan atau conjecture peneliti. Namun demikian,
terkaan tersebut harus didasarkan pada acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.
Untuk menjadikan teori sebagai acuan penelitian, biasanya peneliti
menurunkan dari teori tersebut sejumlah asumsi dan postulat. Asumsi-
asumsi ini merupakan anggapan atau dugaan yang mendasari hipotesis,
sedangkan hipotesis itu sendiri adalah dasar untuk memperoleh
kesimpulan, setelah diuji menggunakan data yang diperoleh melalui
penelitian (Muhammad Ali, 1992 : 33).
Selain menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan
hipotesis dapat pula menggunakan acuan fakta. Dalam pengertian umum,
fakta adalah kebenaran yang dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan
kenyataan yang dapat dikenali dengan panca indera. Fakta yang dimaksud
dapat diperoleh dengan cara :
1) Memperoleh dari sumber aslinya       
2) Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan
menafsirkannya dari sumber yang asli.

10
3) Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan
menyusunnya dalam bentuk abstract reasoning (penalaran absrtak).

Selain itu semua, Good dan secates secara khusus memberikan


beberapa sumber yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi perumusan
hipotesis, yaitu sebagai berikut:
1) Kebudayaan dimana ilmu tersebut dibentuk
2) Ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori memberi arah kepada
penelitian
3)  Analogi merupakan sumber hipotesis
4)  Reaksi individu terhadap sesuatu dan pengalaman.

F. Cara Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan berdasarkan pada rumusan masalah yang


ada. Pada dasarnya hipotesis merupakan suatu pandangandari peneliti
tentang solusi terhadap beberapa masalah yang di angkat dalam penelitian.
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari beberapa masalah yang
ada, yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Maka dari itu,
merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah. Seperti yang sudah
disinggung sekurang-kurangnya ada tiga penyebab kesukaran dalam
memformulasikan hipotesis.
1. Tidak adanya kerangka teori atau pengetahuan tentang kerangka
teori yang terang,
2. Kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang
sudah ada, dan
3. Gagal berkenalan dengan tekhnik-tekhnik penelitian yang ada
untuk dapat merangkaikan kata-kata dalam membuat hipotesis
secara benar.
Selain kita mengetahui cara mengenai merumuskannya kita juga
harus mengetahui kegunaan dari sebuah hipotesis, yaitu secara garis besar
adalah sebagai berikut:

11
1) Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan
kerja penelitian.
2) Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar
fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3) Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting
dan menyeluruh.
4) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta
dan antar fakta.

Namun, tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung


dari hal berikut:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti
2. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti
3. Kerangka analisis yang digunakan oleh si peneliti
4. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh si peneliti

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah bahwa hipotesis dapat


dirumuskan dengan :
1. Membaca dan menelaah ulang teori dan konsep-konsep yang
membahas variabel-variabel penelitiandan hubungan dengan proses
berfikir deduktif.
2. membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahuluyang
relevan dengan permasalah penelitian lewat berfikir induktif.
Contoh Rumusan masalah Bagaimana hubungan antara kecerdasan
pelajar dengan peningkata prestasi belajar ?
Judul yang tepat adalah Pengaruh Kecerdasan pelajar terhadap
peningkatan prestasi belajar.
contoh rumusan hiposesis : “ kecerdasan pelajar sangat
berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar “

G. Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis Secara Umum

12
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang
biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak
atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil
ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan
dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis)
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak
dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa
hipotesa preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul
mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi,
karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak
dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer
dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum
penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak
terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan
memilih fakta.
4. Formulasi hipotes
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana
logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah
anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan

13
seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum
gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat
diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Terjadi falsifikasi (penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau
koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan
(dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti
cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan
dengan fakta.

Maka dari itu kita juga harus mengetahui manfaat dari sebuah
hipotesis, karena hipotesis banyak memberikan manfaat, baik dalam
proses dan langkah penelitian maupun dalam memberikan penjelasan
suatu gejala yang diteliti. Manfaat hipotesis bagi proses dan langkah
penelitian, terutama dalam menentukan proses pengumpulan data, seperti
metode penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber
data, dan teknik analisis data. Unsur-unsur tersebut dapat ditetapkan
berdasarkan rumusan hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis dapat member
petunjuk yang baik terhadap kegiatan penelitian, khususnya proses
pengumpulan data.
Adapun manfaat hipotesis dalam hal penjelasan gejala yang diteliti
dapat dilihat dari pernyataan hubungan variable-variabel penelitian.
Manfaat lain dari hipotesis ialah memudahkan peneliti dalam menarik
kesimpulan penelitian, yakni menarik pernyataan-pernyataan hipotesis

14
yang telah teruji kebenarannya. Dengan demikian, akan mempermudah
peneliti maupun pembaca menangkap makna kesimpulan penelitian.

H. Prosedur Pengujian Hipotesis   


Fungsi hipotesis adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan
tentang hubungan tentatif antara fenomena-fenomena dalam penelitian.
Kemudian hubungan tentatif ini akan diuji validitasnya melelui teknik-
teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti,
hipotesis bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interes, dalam
artian bahwa hipotesis harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis
ditolak berarti tidak sesuai dengan datanya. Untuk menguji hipotesis,
diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan
terlebih dahulu sebelum sipeneliti mengumpulkan data. Pengujian
hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka
teori, penguasaan, penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-
teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan
desain penelitian yang digunakan. Salah satu cara yang sering dipakai
adalah berdasarkan uji statistik.        
Dalam menguji hipotesis ini, ada beberapa langkah yang harus
dilalui, dikenel dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu sebagai berikut.
1. Menentukan formulasi hipotesisnya, meliputi Hipotesis nol (Ho) dan
Hipotesis alternatif (Ha)
2. Menentukan syaraf nyata dan nilai tabel.
3. Menentukan kriteria pengujian.
4. Melakukan uji statistik.
5. Membuat kesimpulan.

I. Karakteristik Hipotesis yang Baik


1) Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. (pada umumnya hipotesis
deskriptif tidak dirumuskan )

15
2) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran .
3) Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah;
thesa=kebenaran. Jadi hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang
masih diragukan. Hipotesis dapat diartika sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
kebenarannya melalui data yang terkumpul
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh sebuah hipotesis ialah;
hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan
masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi, hipotesis harus
dinyatakan secara jelas, hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat
diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena
yang diteliti, hipotesis harus bebas nilai, hipotesis harus dapat diuji, dan
hipotesis harus spesifik. Sementara bentuk-bentuk yang dimiliki oleh
sebuah hipotesis, yaitu diantaranya; hipotesis deskriptif, hipotesis
komparatif, dan hipotesis asosiatif.
Good dan Secates secara khusus memberikan beberapa sumber
yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi perumusan hipotesis, yaitu seperti
kebudayaan dimana ilmu tersebut dibentuk, ilmu itu sendiri yang
menghasilkan teori dan teori memberi arah kepada penelitian, analogi
merupakan sumber hipotesis, dan reaksi individu terhadap sesuatu dan
pengalaman.
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mengandung
pernyataan-pernyataan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Maka
dari itu, merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah, yaitu; tidak
adanya kerangka, kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka
teori yang sudah ada, dan gagal berkenalan dengan tekhnik-tekhnik
penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan kata-kata dalam membuat
hipotesis secara benar.Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya
ialah; penentuan masalah, hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer,

17
pengumpulan fakta, formulasi hipotes, pengujian hipotesa, dan
aplikasi/penerapan.
Secara garis besar, hipotesis memberikan beberapa kegunaan
dalam sebuah penelitian yaitu seperti; memberikan batasan serta
memperkecil jangkauan penelitian dan kerja peneliti, mensiagakan peneliti
kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, sebagai alat sederhana
dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa koordinasi kedalam
suatu kesatua penting dan menyeluruh, sebagai panduan dalam pengujian
serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Dalam menguji hipotesis ini, ada beberapa langkah yang harus
dilalui, dikenel dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu menentukan
formulasi hipotesisnya, menentukan syaraf nyata dan nilai table,
menentukan kriteria pengujian, melakukan uji statistik, dan membuat
kesimpulan. Tetapi selain itu, karakteristik dari sebuah hipotesis juga
merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, dan dinyatakan
dalam kalimat yang jelas, dan dapat diuji dengan data yang dikumpulkan
dengan metode-metode ilmiah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sylvie,2010.Penelitian.[Online].
(http://sylvie.edublogs.org/2007/05/08/merumuskan-masalah-penelitian/),
diakses 9 Oktober 2015 pukul 14.47

Mujahidin.2011.Merumuskan Hipotesis dan Penelitian.[Online].


(http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/merumuskan-hipotesis-
merumuskan-tujuan-dan-kegunaan-penelitian.html). diakses pada 12
Oktober 2015

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta

19

Anda mungkin juga menyukai